Chapter 4 - The Scream; Edward Munch

226 60 0
                                    

❝𝐴 𝑏𝑟𝑜𝑘𝑒𝑛

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❝𝐴 𝑏𝑟𝑜𝑘𝑒𝑛...

────────────

Ketika pagi menyapa, embun terjatuh menyentuh permukaan tanah, sang gadis tersadar dari alam mimpinya. Mimpi yang terlalu indah untuk ia tinggalkan demi menghadapi realita yang terkadang terasa menyakitkan.

Tubuhnya tak ingin bergerak untuk bangun. Namun, otaknya menyuruhnya demikian. Terpaksa, gadis itu pun membuka matanya. Manik (e/c)nya disambut oleh sinar matahari yang tidak terlalu terik. Memaksa masuk melalui celah jendela kamarnya yang didominasi oleh warna (your favorite color).

Ia bangun dari pembaringan. Kakinya melangkah menuju ke kamar mandi yang letaknya hanya berjarak sekitar tiga meter dari dirinya. Epidermisnya berjengit kala bersentuhan dengan air dingin yang mengalir dari keran wastafel.

Sesuai selesai dengan urusannya di dalam kamar mandi, (Y/n) segera bersiap untuk pergi ke kampusnya. Pakaian santai yang memenuhi sebagian lemarinya kini telah melekat di tubuhnya. Gadis itu menatap sejenak pantulan dirinya sendiri di depan sebuah cermin. Ia berganti-ganti posisi agar dapat melihat apakah pakaian itu cocok atau tidak. Namun, nyatanya (Y/n) tetap memilih untuk memakai pakaian itu.

"Ohayou, Kaa-san." Gadis itu langsung menyapa ibunya yang sedang berkutat di dapur.

"Ohayou, (Y/n). Bagaimana tidurmu semalam?" Ibunya berbalik kemudian menatap (Y/n) yang masih berdiri di dekat meja makan.

"Aku bisa tidur dengan nyenyak semalam," jawab (Y/n) seraya menata peralatan makan di atas meja.

"Sarapan dahulu ya," ujar ibunya sambil mendekati gadis itu yang sudah duduk di kursi meja makan.

Setelah mengucapkan selamat makan, mereka pun mulai memakan makanan mereka dalam diam. Memang itulah kebiasaan yang diterapkan di keluarga (F/n). Namun, sesekali mereka berbicara agar suasana tidak terlalu sunyi dan tidak mengenakan. Juga untuk saling terbuka satu sama lainnya.

Tetapi, keheningan itu mendadak dipecahkan oleh suara batuk yang berasal dari ibu (Y/n). Ia sontak menyodorkan segelas air putih kepada ibunya. Namun, wanita itu tidak menerima uluran tangan dengan gelas berisi air putih itu. Melainkan ia beranjak dengan cepat menuju dapur. Mengambil sebuah tisu dan segera menggunakannya.

(Y/n) langsung menghampiri ibunya. "Kaa-san, apakah Kaa-san baik-baik saja?" tanyanya cemas.

Yang ditanya pun mengangguk. Memberikan sedikit rasa lega di dalam relung hati (Y/n).

"Kaa-san tidak apa-apa, (Y/n). Ayo, lanjutkan sarapanmu," ujar ibunya tak lupa disertai dengan senyuman.

Dengan ragu, (Y/n) menuruti perkataan ibunya. Ia pun membantu wanita itu kembali ke tempat duduknya sendiri, yakni tepat di depan hadapan gadis itu. Mereka melanjutkan sarapan yang sempat tertunda dalam diam dan keheningan yang menyelimuti.

END ━━ # . 'Föst ✧ Yaguchi YatoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang