Chapter 2 - Café Terrace of The Night; Vincent Van Gogh

385 99 0
                                    

❝𝐼 𝑓𝑜𝑢𝑛𝑑 𝑦𝑜𝑢

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❝𝐼 𝑓𝑜𝑢𝑛𝑑 𝑦𝑜𝑢...

────────────

Keheningan seketika melanda di antara mereka. Bersamaan dengan jatuhnya dedaunan di sekitar mereka beserta bunga sakura yang tampak bermekaran. Diam adalah hal yang kedua insan itu lakukan saat ini. Hanya membiarkan semilir angin menerpa wajah mereka. Meniup surai mereka seirama dengan angin yang berhembus.

"Bagaimana kabarmu?"

Sontak (Y/n) pun menoleh kala lelaki yang duduk di sebelahnya bertanya demikian. Apakah itu adalah pertanyaan yang tepat setelah menghilangnya dirinya dan bertemu satu tahun kemudian?

"Menurutmu?" Pertanyaan dibalas dengan pertanyaan. Itulah yang terjadi saat ini.

"Entahlah. Karena aku tidak tahu, maka aku bertanya padamu." Ia menengadahkan kepalanya menatap ke arah cakrawala yang terbentang dengan luas. Menembus hingga ke ujung dunia yang tak dapat terlihat dari sudut pandangnya. "Namun, kurasa kau baik-baik saja, (Y/n)."

"Kurasa," sahut gadis itu.

"Selama satu tahun ini tanpaku, apa saja yang telah kau lakukan?" tanyanya lagi.

(Y/n) pun diam. Menikmati hembusan angin yang tidak terlalu kencang. Juga menatap ke arah sepatu putih yang dikenakannya.

"Hanya menikmati hidup. Tanpamu, tanpa kita."

"Aku pun demikian." Lelaki bersurai platinum blonde itu diam sejenak. Merasa canggung kala keheningan kembali mengambil alih.

"Yatora-kun."

Itu adalah pertama kalinya Yatora mendengar namanya dipanggil oleh gadis di sebelahnya itu. Seorang gadis yang telah berhasil mengetuk pintu hatinya dan memilih untuk menetap di sana setahun yang lalu. Tidak, hal itu pun masih sama hingga detik ini. Meskipun mereka sama-sama saling melupakan, saling meninggalkan, nyatanya mereka kini disatukan kembali oleh benang takdir.

"Apakah kau benar-benar ingin meninggalkanku saat itu?"

Pertanyaan yang dilontarkan oleh Yatora seketika membuat (Y/n) menoleh. Menatap lurus ke mata milik sang lawan bicaranya. Namun, bukannya menjawab pertanyaan yang diberikan oleh Yatora, kekehan justru keluar dari bibir gadis itu. Menciptakan perempatan imajiner pada kening Yatora.

"Sepertinya kau yang lebih merindukanku," ujar (Y/n) setelah tawanya lenyap.

"Memangnya terlihat sejelas itu?"

"Tidak juga. Aku hanya menebak," jawab sang gadis sambil menyimpan buku sketsanya sebelum Yatora menyadarinya. Atau setidaknya agar Yatora tidak melihat apa yang ia gambar tadi.

"Ya, aku merindukanmu. Sangat."

Tatapan yang Yatora tujukan pada (Y/n) jelas terlihat berbeda dari tatapannya yang biasa. Tersirat kerinduan serta kehangatan yang hanya dapat dirasakan oleh si lawan bicaranya. Ucapan lelaki itu yang berasal dari relung hatinya seketika berputar-putar bak kaset rusak di dalam kepala (Y/n).

Hingga pada akhirnya, air matanya tak dapat ia cegah. Yang kemudian menjadi tangis kala langit berubah perlahan menjadi senja. Membawa sang mentari kembali ke peraduannya di ufuk barat.

Sebuah tangan perlahan melingkar pada punggung (Y/n). Memberikan kehangatan yang sudah lama tak ia rasakan. Bahkan hampir terlupakan. (Y/n) pun membalas pelukannya.  Membiarkan dirinya hanyut ketika kulit mereka bersentuhan.

Hari itu, senja itu, sang mantan kekasih yang terpisahkan saling kembali kepada satu sama lain.

***

Langit telah berubah malam. Suara kendaraan yang berlalu lalang mengisi keheningan. Lampu-lampu jalan mulai dinyalakan bersamaan dengan pintu-pintu toko yang mulai ditutup rapat. Banyak pula orang yang berjalan pulang untuk berkumpul bersama keluarga atau sekedar menghabiskan waktu sendiri di rumah.

Namun, berbeda dengan kedua orang berbeda jenis kelamin itu.

Si gadis berjalan sambil menatap lurus ke depan. Sementara, si lelaki di sebelahnya memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana beserta dengan pandangannya yang menyapu sekitar.

Sejak tadi, hanya kesunyian malam yang menemani mereka. Sama-sama diam, sama-sama menikmati keheningan yang telah berlangsung lama itu. Hingga pada saatnya, keheningan itu pun pergi kala mereka berdiri di depan sebuah bangunan.

Sebuah café dengan gaya vintage berdiri dengan kokoh di hadapan mereka. Bangunan yang didominasi oleh warna cokelat itu tampak sepi. Hanya ada segelintir orang yang masih duduk di bagian dalam café mau pun di bagian luar.

"Ayo," ajak lelaki itu yang disambut oleh anggukan kepala (Y/n) yang masih tampak heran serta kebingungan dengan pertanyaan mengapa Yatora mengajaknya ke sini.

Mereka memilih untuk duduk di bagian dalam café. Jauh dari kerumunan pengunjung lain. Dalam hati, (Y/n) merasa lega karena mereka duduk di tempat yang tidak terlalu ramai dan sedikit menjorok ke dalam café itu.

"Kau ingin pesan apa?"

(Y/n) menatap barisan-barisan menu yang berjajar di atas buku menu. Merasa bingung dan tidak tahu harus memesan apa, (Y/n) pun akhirnya membiarkan Yatora yang memilih untuknya.

Seusai kepergian sang pelayan, kesunyian kembali menyapa. Namun, tidak terlalu sunyi kala lagu yang terdengar mellow mulai mengalun membuyarkan keheningan.

"Mengapa kau mengajakku ke sini?" celetuk (Y/n) setelah diam yang cukup lama.

"Aku tidak tahu harus mengajakmu ke mana lagi," balasnya spontan.

"Oh."

Mereka kembali diam. Namun, kediaman itu tidak berlangsung nama ketika seorang pelayan datang membawakan pesanan mereka. Setelah mengucapkan terima kasih, pelayan itu pun pergi dari sana.

"Kau masih ingat minuman kesukaanku?" tanya (Y/n) yang tampak terkejut. Ia memang tidak mendengar ucapan Yatora kala lelaki itu menyebut pesanan mereka.

"Hanya setahun. Masa aku sudah melupakannya? Lagi pula, tidak mungkin aku lupa apa minuman kesukaanmu." Yatora terkekeh di ujung kalimat. Kemudian, senyumnya mengembang.

(Y/n) hanya mendengus. Dalam hati, ia seketika merasa sedikit senang karena ternyata Yatora masih mengingat hal-hal kecil seperti itu.

"(Y/n)."

"Hm?"

Yatora diam sejenak. Ia mengumpulkan keberaniannya yang sempat terpecah belah kala melihat paras cantik milik (Y/n). Namun, bukan hanya karena itu. Melainkan juga karena ternyata gadis itu pun merindukannya. Mereka saling merindukan, meskipun ada jarak yang tercipta di antaranya.

Ketika (Y/n) mendengar pertanyaan Yatora, gadis itu membeku. Di dalam keheningan yang melanda, jantungnya seketika berdetak dua kali lebih cepat. Dan, tidak terpikirkan jawaban apapun di dalam kepalanya. Ia terlalu terkejut untuk mencerna perkataan lelaki itu.

"Apakah kau ingin menjadi kekasihku lagi untuk yang kedua kalinya?"

────────────

...𝑎𝑛𝑑 𝑦𝑜𝑢 𝑓𝑜𝑢𝑛𝑑 𝑚𝑒.

❞

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
END ━━ # . 'Föst ✧ Yaguchi YatoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang