47

3.7K 654 1
                                    

[Author's POV]

Hening.

Claire menyeryit. Ia menghentikan tangannya yang sudah siap melayangkan serangan. Tak berbeda dengan Claire, teman-temannya juga mengerutkan alis mereka bingung. Mereka saling bertukar pandang keheranan.

Diam-diam, Nancy menyeringai saat melihat Claire menghentikan serangannya.

"Kak?" ujar Claire bingung. Meski begitu, ia tak lengah dan tetap waspada pada perempuan di depannya.

Nancy mengadah, sudut-sudut bibirnya terangkat menjadi senyuman tipis. Tanpa berkata apapun, ia bangkit berdiri perlahan.

Tanpa diduga, sebuah cahaya muncul dari puncak kepala Nancy. Cahaya itu berputar mengitari puncak kepalanya, lalu turun sedikit demi sedikit.

Saat cahaya itu turun, rambut cokelat terangnya berubah menjadi hitam, semakin turun melewati wajah, wajah Nancy berubah total mulai dari dahi ke dagu... menjadi wajah orang yang berbeda. Cahaya itu berputar di sekeliling tubuhnya, semakin turun sampai ke ujung kakinya.

Kini perempuan di depan mereka adalah orang yang berbeda seratus delapan puluh derajat dari sosok fisik Nancy Katherina. Satu-satunya yang tak berubah adalah manik cokelat terangnya.

Gadis itu memiliki rambut hitam lurus se-bahu, manik cokelat terang dengan tatapan tajam dan dingin, wajahnya sama sekali tak terlihat lebih tua dari mereka, tubuhnya yang tegap dan tak terlalu tinggi itu memakai pakaian yang sama persis dengan Claire, hanya saja, setelan miliknya berwarna merah gelap.

Penampilannya membuat orang seisi ruangan itu terkesiap kaget.

Itu... adalah pertama kalinya.

Mereka benar-benar terkejut... 'Nancy' sangat mirip dengan Claire.

Saking miripnya... mereka seperti...

"Lama tak bertemu, Kak." Ujar gadis itu dengan senyuman tipis.

Claire menutup mulutnya, tangannya gemetar, kakinya melemas serasa akan jatuh. Ia bahkan tak dapat percaya akan apa yang dilihatnya itu.

"... Rhea?"

Ke-enam agen itu menyernyit kebingungan saat mendengar Claire menyebut nama 'Rhea'. Tapi mereka bisa menyimpulkan suatu asumsi yang kemungkinan besar benar.

Sementara itu, Claire merasa darahnya telah mendidih, ia menggertakan giginya. "RHEA KENAPA?! KAU... YANG MELAKUKAN INI SEMUA DARI AWAL?!" ia mengepalkan tangannya kesal, "itu berarti..." ia menoleh ke arah Alan Clark, ayahnya yang sudah tak bernapas itu, "... ITU PERBUATANMU JUGA?!!"

Perempuan bernama Rhea itu tertegun, reaksi Claire diluar ekspektasinya. Claire malah terlihat tambah kesal. Tapi ia menutupi ekspresi terkejutnya dan langsung berpura-pura tenang. Ia tak akan membiarkan rencananya selama ini berakhir sia-sia.

Rhea menyeringai, ia mendekatkan wajahnya dengan Claire, lalu mengecup pipinya. "Jangan kaget, Kak. Pria itu pantas mati, karena kalau tidak..."

"... kau yang akan kubunuh."

Saat Claire baru membuka mulutnya ingin berbicara, Rhea menempelkan telunjuknya pada bibir Claire. "Ssshh... tak usah berkomentar. Anak istimewa sepertimu tak tahu apa yang aku rasakan." Ujar Rhea. Tadinya ia hanya mengatakan itu sebagai alasan, tapi entah mengapa kalimatnya barusan keluar dari hatinya yang terdalam. Tanpa direncanakan, ia tulus mengatakan itu dengan emosi.

"Selama ini kau bahkan tak memprihatinkan keadaanku. Terlalu nyaman di atas, sampai tak pernah melihat ke bawah."

Melihat wajah Claire yang terkejut, Rhea sadar... ternyata dirinya benar. Karena kakaknya itu bahkan tidak mengelak.

AGENT: Agent of MutansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang