19

9K 1K 19
                                    

Baiklah, ayo mulai!

Aku lanjut berkonsentrasi kepada jalan di depanku agar tidak menabrak orang.

Dengan kekuatanku ini, aku tidak perlu mencari tempat yang sepi, jadi aku akan langsung mencari target di tempat yang ramai saja.

Masalahnya, di sekumpulan orang banyak ini, bagaimana aku bisa menemukannya?

Ya, hanya itu masalahnya.

"Tolong tanya tentang itu sama Jack." ujar Zav dari earzoom-ku.

Ah iya!

"Okay."

Eh? Omong-omong kenapa dia bisa membaca pikiranku?

Ah, mungkin dia hanya menebak.

Tapi, apa aku akan mengganggunya? Mungkin saja dia sedang sibuk dengan target-nya sekarang.

Aku akan mencoba dulu.

'Ya, gak susah. Sekarang 4 target di sekitarku sudah tamat.' batin Jack.

Wahh!!

Secepat itu!?

Kalau dia sudah selesai, berarti aku tidak akan mengganggu, kan?

'Jack, ini aku, Val. Apa

kau sedang tak sibuk? Boleh minta tolong?' Batinku memasuki pikirannya.

Dia sama sekali tidak membatin kaget atau apapun itu karena aku memasuki pikirannya tiba-tiba.

Ya, di saat apapun juga yang namanya Jack akan tetap tenang.

'Ya, apa?' Batinnya dengan sangat sangat sangatt singkat.

'Boleh aku minta bantuanmu untuk mendeteksi ada berapa target di daerahku dan juga Zav?'

Dia diam sebentar, mungkin sedang melakukan scanning..

'Di sekitarmu ada 4, dan di sekitar Zav ada 6.'

'Oke, terimakasih.' batinku di pikirannya.

Tak ada jawaban.

Ya ya, apalagi yang kau harapkan dari seorang Jack kalau kau bukan Claire? Hahaha.. seketika, aku teringat batinnya waktu itu..

Eh?

Itu dia!

Target pertama sudah kutemukan! Ia sedang berbisik sendiri dengan jam tangannya.

Mengapa aku mencurigainya?

Mudah saja, murid biasa tidak mungkin bertingkah seperti seorang agen yang sedang melaporkan sesuatu melalui earzoom-nya.

"Ada 4 target di sekitarku, dan 6 target di sekitarmu." ucapku pada Zav seraya berjalan kearah target pertamaku itu.

"Terimakasih. Kamu hati-hati." Ujarnya serius.

"Sama-sama, iyaa iya."

Saat aku mendekat ke arah perempuan yang berstatus sebagai target pertamaku itu, dia berhenti berbisik dengan earzoom-nya.

Haha, dia pasti kaget.

"Hai!" sapaku.

Ia tersentak.

"Oh hai... kamu siapa, ya?" Tanyanya.

"Aku?" Aku mendekatinya dan menekan tombol di jam tangannya. Dengan kata lain, aku telah mematikan earzoom-nya.

Dia pun terlihat kaget, dan seketika... wajahnya pucat.

Setelah itu, aku melirik saku jasnya, barangkali ada benda perekam disana.

AGENT: Agent of MutansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang