Malam minggu ini aku ikut Shinsuke keluar. Sebenarnya tidak ada yang aku lakukan, aku hanya ikut Shinsuke pergi keluar dengan motornya. Cari udara kata ku sebagai alasan agar bisa ikut dengannya.
Kita sudah mampir kebeberapa toko untuk membeli keperluan Keluarga Shinsuke. Terakhir, ia bilang akan membeli kopi titipan kakaknya yang masih dirumah. Aku iya-iya saja, karena aku hanya mengisi kekosongan jok belakang Shinsuke.
Sampai di kedai kopi, Shinsuke langsung memarkirkan motornya. Aku ikut turun. Mungkin karena ini malam minggu jadi kedainya ramai sekali. Sebenarnya aku sedikit ragu untuk ikut masuk karena pengunjungnya mayoritas laki-laki.
Akupun memegang ujung baju Shinsuke dari belakang dan berjalan dibelakangnya.
"Pstt! [Name]!"
Mendengar namaku dipanggil, aku mendongakkan kepalaku dan mencari seseorang yang memanggilku tadi.
Ku lihat ada orang yang melambai-lambai kearahku. Ahh, teryata itu Suna dan ku lihat disebelah-sebelahnya ada Aran, Atsumu, dan beberapa teman sekelas ku lainnya tapi aku tidak melihat Osamu.
"Sini." Ucap Suna lagi. Aku kebingungan, untuk apa aku kesana? Malah isi tongkrongannya cowok semua, ya walau sebagian besar aku kenal mereka semua.
Aku ingin menolaknya tapi Shinsuke menyuruhku bergabung dengan Suna dulu saja agar tidak ikut mengantri. Karena Shinsuke menyuruhku begitu, aku nurut saja. Aku berjalan mendekati meja Suna.
"Ciee, yang malmingan sama MAS SHINSUKE." Ucap Atsumu dengan penekanan pada nama Shinsuke. Ku layangkan tanganku namun tidak sampai memukulnya.
"Kenapa? Cemburu?" balas ku.
"Iya." Jawab Atsumu.
"Idih jamet." Ujarku yang dibalas gelak tawa dari orang-orang yang ada dimeja ini kecuali Atsumu yang sok-sokan patah hati.
"Berani lu? Pawangnya Kita Shin loh." Ucap Kak Aran. Atsumu langsung keringat dingin begitu.
"Terus ngapain tadi manggil-manggil?" tanya ku pada Suna yang sedang memegang HP nya.
"Gapapa." Balas Suna sambil menyesap rokoknya.
"Asepnya Sun..." ucapku, karena aku duduk disebelah Suna.
"Ya maaf."
Begitu seterusnya, kita saling melempar candaan yang membuat kedai ini makin ramai. Pantas saja anak laki-laki betah lama-lama nongkrong begini, ternyata banyak topik menarik yang mereka bahas.
Saking asiknya ngobrol dengan mereka tanpa aku sadari aku sudah terpengaruh kata-kata mutiara mereka.
"HAHAHAASU!" ketawa ku sambil memukul badan Atsumu. Mereka tidak menanggapi umpatanku barusan seolah menganggap hal itu biasa.
Namun seketika semua hening setelah aku tertawa ngakak sepeti itu. Aku yang masih ngakak, bingung dengan keheningan mereka ini.
"Kenap-"
"[Name] ayo pulang." Seketika badan ku menegang kaku. Suara tegas yang sangat ku kenal. Aku menengok kearah belakang secara perlahan.
"I-iya?"
"Terima kasih sudah mengajak [Name] ngobrol dan lain kali jaga ucapan kalian di depan [Name]. Kami pamit dulu." Ucap Shinsuke dengan wajah datar.
Semua menjawab iya tanpa melihat wajah Shinsuke. Tangan ku ditarik oleh Shinsuke, membuatku tambah terkejut.
"A-ah, kami pulang dulu." Ucap ku sambil melambaikan tangan ke mereka. Baru mereka mengangguk sambil menatap kepergian ku dengan Shinsuke.
"Fiks, [Name] punya Kita Shin." Ucap Aran. Suna sedang asik memotret aku dan Shinsuke yang meninggalkan mereka sambil berpegangan tangan.
Di tempat Shinsuke memarkirkan motornya, aku sudah bersiap akan diberi ceramah sambil terus membatin apa Shinsuke mendengar umpatan yang ku selingi dengan ketawa tadi?
"Lain kali gak akan mas bolehin kamu gabung sama Suna dan Atsumu lagi. Ternyata kamu mudah terpengaruh ya. Baru ditinggal sebentar udah berani ngomong kasar." Ucap Shinsuke.
Ya memang aku jarang ngomong kasar tapi kalau di dalam hati sering. Entah kenapa saat di tongkrongan tadi rasanya terlalu bebas sampai-sampai aku terbawa suasana dan reflek mengucapkan kata yang terlintas diotakku.
Aku memasang helm ku sambil cemberut karena berhasil mendapat ceramah dari Shinsuke, "Iya."
Shinsuke melihatku yang cemberut saat sedang mengaitkan helm merasa gemas. Ia mencium helm ku. Aku yang merasa ada dorongan kecil dikepalaku segera menatap Shinsuke.
"Ih bukan mahram." Ucap ku.
Shinsuke terkekeh kecil, "Kamu gemesin kalo cemberut begitu." Lanjut Shinsuke mengusap-usap helm ku.
Karena salting reflek aku mengeluarkan kalimat yang terlintas di otakku, "Tadi juga mas pegang tangan ku."
"Eh? Ya Allah gak sadar dek, mas khilaf." Balas Shinsuke. Lalu kita berdua pulang bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Shinsuke {Kita Shinsuke}
Fiksi RemajaCerita [Name] setelah mengenal Kita Shinsuke yang tinggal di depan rumahnya. Tanpa mereka sadari mereka sudah terikat oleh rasa suka namun tidak ingin pacaran. "Mas." "Dalem dek?" Versi lokal~