1st

20.2K 1.7K 15
                                    

"Cheers!"

Sekumpulan para penulis yang sedang berkumpul di sebuah bar saling bersulang atas keberhasilan project pembuatan novel berskala besar. Kemenangan ini tidak seru apabila tidak berkumpul sambil makan bersama penulis dan para kru lainnya.

Pembuatan novel kali ini akan di ekspor ke luar negeri saking populernya. Si penulis novel yaitu 'Huang Renjun' tersenyum bahagia karyanya menjadi peminat oleh orang luar. Awalnya Renjun hanya seorang penulis magang sampai dirinya berinisiatif membuat naskah yang mana karyanya membuat nama perusahaan bossnya langsung terkenal.

Novel bertemakan kerajaan fantasi hanya keisengan Huang Renjun semata, namun tak disangka banyak pembaca menyukai karyanya sampai hampir sepuluh ribu pembaca berbondong-bondong mengirimkan pesan E-Mail ke perusahaan agar karya Renjun dijadikan novel lalu di ekspor ke mancanegara.

Penulis asal China itu sudah menyetujuinya. Baru semalam buku novel dikirimkan ke toko-toko offline disetiap negara, buku itu sudah ludes terjual keesokan harinya.

"Selama berkecimpung di perusahaan, aku tidak pernah membuat novel dalam jumlah banyak. Peminatnya pun hanya para remaja sampai orang tua. Aku sungguh iri kepadamu," ucap seorang gadis sekiranya lebih tua dari Renjun. Si empu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal merasa tidak enak dipuji seperti itu.

"Aku sempat meragukan kemampuanmu, ternyata kau begitu mengagumkan!" sahut senior laki-laki Renjun.

"Oh ayolah kawan-kawan, jangan berlebihan memujiku. Aku sangat yakin kalian semua akan menyusulku setelah ini. Aku begitu menyukai karya kalian, bahkan berkat sahabat baikku ini, aku bisa bertemu penulis-penulis hebat seperti kalian semua."

Renjun merangkul pundak sahabatnya yang bernama Donghyuck. Lelaki berkulit tan itu memekik saat Renjun mencekiknya gemas. Sepuluh orang kecuali Renjun dan Donghyuck tertawa terbahak. Mereka semua tahu jika Renjun dan Donghyuck ini seorang sahabat, bahkan keduanya selalu di sebut Tom & Jerry karena selalu bertengkar masalah sepele.

"Bagaimana setelah ini kita berlibur ke pantai? Ajak presdir juga agar sekantor bisa bersenang-senang bersama," usul pria setengah baya yang duduk di sisi kiri Renjun.

Sembilan temannya mengangguk setuju. Mereka semua tidak pernah mengadakan acara berlibur selama beberapa tahun terakhir. Pernah satu kali, itu pun hanya berlibur di halaman perusahaan dengan membuat tenda bak anak pramuka. Cukup menyenangkan tapi sialnya turun hujan deras, mengakibatkan tenda dan barang-barang lain basah sehingga acara bermalam di perusahaan gagal total.

"Aku harap presdir mau," ujar senior Renjun bernama Kim Winter, yang lain hanya mengangguk.

•••

Knock knock knock

"Masuk."

Setelah mendengar perintah dari bossnya, Renjun membuka pintu bercat putih secara perlahan. Di dalam sana sang boss terlihat menyambut kedatangannya membuat seulas senyum terpatri di bibir tipis Renjun.

"Wah Renjun, ada keperluan apa kau kemari?" tanya pria setengah baya sembari menunjuk kursi di depannya agar Renjun duduk.

"Hm, langsung saja ke inti. Jadi, kami semua ingin mengajak anda pergi berlibur, mungkin anda mau bergabung selagi ada waktu senggang?"

Pria bernama Choi Siwon itu menyentuh dagu sambil mengetuk-ngetuknya pelan. Renjun mengulum bibir menunggu atasannya berucap. Sebenarnya Renjun agak ragu menawarkan ajakan berlibur kepada Siwon. Tetapi teman-temannya memaksa karena Renjun baru saja membuat nama perusahaan menjadi terkenal, otomatis Siwon akan berbaik hati mengizinkan mereka untuk pergi.

Terdengar licik, tapi sia-sia jika dilewatkan kesempatan ini.

"Tidak!" katanya cepat. Para senior yang mendengar percakapan Renjun dan bossnya dari luar langsung kecewa. "Maksudku tidak bisa menolak. Sekali-kali liburan biar sedikit refresing, 'kan?"

Renjun menampilkan wajah terkejut. Dari luar sana para senior berteriak heboh. Renjun bisa mendengar suara mereka yang begitu bahagia seolah sedang menonton pertandingan sepak bola.

"Terima kasih presdir, kalau begitu saya permisi."

Renjun membungkukkan badannya lalu pergi dari ruang kerja Siwon. Selepas menutup pintu, senior Renjun bernama Jennie Kim menarik gemas pipi Renjun. Si empu meringis pelan mencoba menjauhkan pipinya dari tarikan kejam sang senior.

Bisa-bisa pipinya melar nanti.

"Kau memang yang terbaik, Huang Renjun!"

•••

"HEY RENJUN!"

Si pemilik nama membalikkan badan, tersenyum masam menatap Donghyuck yang menghampiri. Kebiasaan! Renjun kesal oleh cara Donghyuck saat memanggilnya. Telinga Renjun bisa meledak mendengar teriakkan tak bersahabat dari lelaki berkulit tan itu.

"Bisa tidak memanggilku dengan cara yang lembut? aku bisa mendengar walau kau berkata pelan sekalipun!"

Donghyuck menyengir menunjukkan deretan giginya. "Maaf, hehe."

Renjun merotasikan bola matanya. Ia lanjut jalan diikuti Donghyuck yang mensejajarkan langkah lebarnya dari samping. Mereka semua akan berlibur besok sebab Siwon menyuruh para pekerjanya pulang lebih awal untuk bersiap dan istirahat yang cukup.

"Seperti biasa ya, please~" mohon Donghyuck seraya menampilkan tingkah menggemaskan agar Renjun mau mengasihani dia.

Namun bukannya merasa kasihan, justru Renjun membuang napasnya kasar. Jika sudah seperti ini berarti Renjun harus rela berbagi tempat tidur dengan Donghyuck. Sahabatnya itu seringkali lupa pin apartemennya, bahkan sudah 50 kali kejadian itu terulang. Renjun tidak masalah, tapi ia muak oleh Donghyuck yang tidur seperti hewan, banyak tingkah dan sering tidur berjalan.

Pernah suatu hari saat Donghyuck tidur berjalan, Renjun hendak ke toilet namun dikejutkan oleh bayangan Donghyuck yang membuat Renjun hampir lompat dari atas balkon lantai 10. Renjun merutuki sahabatnya itu bahkan dikeesokannya. Renjun tak ada hentinya mengomel.

"Kurasa kau harus mencatat nomor pinmu sendiri supaya kau tidak pikun," cibir Renjun.

"Niatnya begitu, tetapi kertas yang kucatat takutnya ditemukan oleh orang lain. Aku paranoid jika seseorang masuk ke dalam kamar tanpa seizin dariku."

"Hah terserahlah, aku lelah." Renjun menekan tombol pinnya ketika mereka sudah sampai di lantai 10.

Donghyuck lekas masuk mendahului si pemilik kamar, lompat ke atas ranjang King Size sambil bernapas panjang. Donghyuck dan ranjang bagaikan sahabat abadi yang tidak bisa terpisahkan. Rebahan adalah hobi Donghyuck selepas bekerja seharian, melepas penat sambil tidur seperti orang mati.

"Mandilah dulu, kau bau!"

Donghyuck berguling-guling di atas kasur, membuat Renjun mendecak kesal. Renjun melepas mantel panjang yang membalut tubuhnya lalu masuk ke dapur guna mengambil sepotong buah apel di kulkas.

"Renjun, aku mau bertanya sesuatu padamu."

Renjun kembali membawa sepiring potongan apel yang telah ia kupas tadi pagi. Duduk di kursi kecil sambil menyantap makanannya. Donghyuck mencomot satu iris buah apel yang langsung mendapat tatapan sengit dari Renjun.

"Mengapa kau tiba-tiba terpikirkan membuat novel bertemakan kerajaan?"

Renjun menelan kunyahan apel di dalam mulutnya. "Hanya sebuah keisengan," jawab Renjun singkat. Donghyuck sempat melongo akan balasan Renjun, ia pun lekas melempar bantal lantaran jawaban Renjun tak membuatnya puas.

"Tck! Jelaskan secara rinci, bukan jawaban singkat seperti itu!" tuntut Donghyuck sembari mencomot lagi sepotong buah apel di piring.

"Aku juga tidak tahu karena tiba-tiba ide itu langsung muncul di dalam otakku. Kurasa cerita tersebut cukup menarik, jadi aku menulisnya. Namun tak disangka ternyata semua orang benar-benar suka, jadi itu seperti sebuah keisengan semata."

Donghyuck bergeming sejenak. "Renjun, bisakah aku mengungkapkan sesuatu?"

"Apa?" tanya Renjun sembari memasukkan potongan apel ke dalam mulut.

"Aku menyukai seorang pria."

"Uhuk ... uhukk ...!"

MIDDLE AGESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang