14th

6.2K 1K 69
                                    

Saya gak suka konflik yang terlalu berat, mungkin dalam cerita Middle Ages ini tidak ada konflik. Justru hanya komedi dan percintaan, setuju?


















"Kita harus membuat pertahanan kuat supaya kejadian serupa tidak terulang lagi. Bagaimana kalian bisa lengah menjaga perbatasan antara Sirius dan Lembah Kematian?" tanya Jaemin pada 3 orang prajurit yang bertugas menjaga perbatasan.

"Mereka terlalu banyak. Saat itu sebagian dari kami sedang berpencar mengawasi pergerakan musuh dari arah timur Sirius. Siapa sangka mereka akan datang dan menyerang sebagian dari kami yang berjaga 5 orang saja. Maafkan kelalaian hamba, Yang Mulia."

Jaemin menggeleng. "Tak apa, ini semua bukan kesalahanmu. Tapi kita harus mengkoordinir ulang siapa-siapa saja yang akan bertugas menjaga perbatasan dari kerajaan dan lembah. Menteri Kang, kau bisa mengatur semuanya, 'kan?"

"Hamba sanggup, Yang Mulia."

"Baiklah, rapat kali ini kita akhiri. Selamat beristirahat." Jaemin beranjak dari singgasananya, berjalan keluar menuju kamar.

Perilaku Jaemin barusan mengundang berbagai tatapan bingung dari orang-orang yang ada di dalam ruang rapat istana. Mereka hanya sedang terheran. Akhir-akhir ini sikap raja Sirius sedikit berbeda dan lebih sering terburu-buru.

Dilain sisi kini Jaemin sudah berada di dalam kamar. Pria yang menjabat sebagai raja Sirius itu melepas jubah hitam yang membalut tubuh berototnya kemudian berbaring di samping Renjun yang terlelap. Posisi Jaemin menyamping, menghadap ke arah Renjun. Ditatap sejenak makhluk manis nan menggemaskan yang terpenjam sangat damai. Mengingatkannya pada sang istri meskipun di depannya sekarang adalah rupa Injoon tetapi jiwanya adalah jiwa orang lain.

Entah keberanian dari mana, Jaemin membelai pipi halus Renjun dengan pergerakan lembut. Tersenyum manis mengagumi kecantikan Renjun yang saat tertidur begitu mempesona. Sangat berbeda ketika Renjun tidak tidur. Renjun akan terlihat seperi induk ayam betina saat anaknya merasa terancam.

"Kau menyebut dirimu seorang homophobia, tapi kau sendiri terlihat seperti seorang submisif. Bagaimana aku tidak menyukaimu."

Jaemin menjauhkan tangannya dari pipi Renjun ketika si manis melakukan pergerakan kecil. Sadar tidak sadar Renjun justru malah mendekati Jaemin dan memeluknya seakan tubuh Jaemin adalah guling. Jaemin menahan napas merasakan embusan napas Renjun mengenai dadanya, membuat bulu kuduk Jaemin seketika berdiri.

"Laki-laki mana yang tidak terangsang saat melihatmu seperti seorang penggoda. Kau bernapas di dadaku sudah membuatku tegang."

Jaemin meringis merasakan bagian bawahnya bangun dan mengeras. Jaemin tidak tahu cara menuntaskannya bagaimana, mengingat abad pertengahan belum mengenal istilah namanya senam jari atau dalam bahasa gaul coli atau mengocok batang kemaluan.

Jika dibiarkan akan membuat miliknya terasa seribu kali lebih menyakitkan. Jaemin tidak bisa tidur jika dalam keadaan tegang seperti ini. Jaemin juga tidak mungkin mengambil keperjakaan Renjun karena pasti keesokannya Renjun akan membunuhnya.

"Aku membutuhkan pelacur."

Jaemin bangun dari tidurnya sesaat melepas pelukan Renjun. Ia mengambil jubah hitam yang tersampir di gagang lemari lalu mengenakannya secara tergesa. Meninggalkan kamar guna mencari pelacur pria yang bisa menuntaskan hasratnya.

•••

Suara ayam berkokok di pagi hari membangunkan sesi tidur nyenyak Renjun. Renjun mengusap perlahan kelopak matanya kemudian bangun dalam posisi terduduk. Ia masih mengumpulkan nyawa sebelum pergi membersihkan diri.

Sebelum itu Renjun mengernyit lantaran tidak ada sosok Jaemin yang tidur di sebelahnya. Tidak mungkin Jaemin bangun pagi mengingat raja Sirius itu seringkali bangun jika matahari sudah menghangatkan seluruh isi bumi oleh cahayanya yang panas.

Renjun tidak ingin pusing sekedar memikirkan kemanakah Jaemin berada. Toh itu bukan urusannya.

Hampir memakan banyak menit Renjun habiskan mendekam di kamar mandi, sekarang tubuhnya sudah lebih segar dan harum. Renjun melihat Jaemin datang dan yang membuatnya gagal fokus adalah tanda keunguan di leher pria itu.

"Kau habis dari mana?" tanya Renjun penasaran. Iya, Renjun penasaran oleh tanda ungu yang hampir dibeberapa tempat.

"Bercinta."

Seketika kedua mata Renjun membulat. "Apa?!" Renjun berteriak kaget oleh balasan kelewat santai Jaemin.

"Kenapa kau berteriak, ada masalah?"

"Tentu saja ada. Kau sudah mempunyai istri dan bagaimana bisa kau bercinta dengan orang lain selain istrimu, dasar bodoh!" sembur Renjun.

Jaemin memandang datar Renjun yang sedang mengomel. Ia melipat kedua tangannya ke depan dada mendengar setiap kalimat cemoohan yang Renjun lontarkan untuknya.

"Baiklah kalau begitu, aku akan bercinta denganmu saja sewaktu aku dalam keadaan terangsang."

Sepasang mata rubah itu kembali melotot lebar. "Apa, aku, kau gila?!" pekiknya bersiap mengeluarkan omelan panjang untuk Jaemin.

"Kau sudah mempunyai istri dan bagaimana bisa kau bercinta dengan orang lain selain istrimu." Jaemin mengulang ucapan Renjun tadi. "Jika kau lupa, kau sedang berada di dalam tubuh siapa saat ini, huh?"

Renjun terdiam seribu bahasa. Ia baru ingat jika saat ini jiwanya sedang singgah di dalam tubuh Injoon, istri Jaemin. Renjun menatap Jaemin yang masih dalam posisi semula, Renjun menyengir menampilkan deretan gigi rapinya.

"Jadi, aku boleh bercinta denganmu, secara 'kan kau adalah istriku. Walaupun jiwanya bukanlah jiwa Injoon, tetapi tubuhnya adalah tubuh dia dan aku sebagai suami tentu saja boleh melakukannya, benar bukan?"

"Tidak benar!"

"Kenapa, aku suaminya. Kau hanya menumpang di dalam tubuh istriku, jadi jangan protes semisal aku benar-benar menyetubuhi istriku sendiri."

"Heh!" Renjun melempar bantal yang tadinya sudah ia susun dengan rapi ke arah Jaemin. Jaemin tertawa puas berhasil menggoda Renjun sambil berlindung dari serangan brutal Renjun.

"Mana ada seorang laki-laki sejati saat kesal berteriak lalu melempar bantal. Hanya kau seorang, kau ini submisif, jangan malu untuk mengakui."

"Jaemin sialan, raja bodoh menyebalkan!" Renjun mendekati Jaemin dengan wajah sudah merah padam. Jaemin yang paham kondisi selanjutnya pun bergegas lari keluar kamar. Renjun mengejar Jaemin. Ia tidak akan mengampuni pria itu.

Kegiatan kejar-kejaran mereka menjadi bahan tontonan gratis oleh para dayang dan prajurit. Bahkan Jeno dan Haechan yang baru saja tiba, melihat mereka berlari melintas tanpa mempedulikan kedua pasangan raja dan ratu itu datang. Jeno dan Haechan saling berpandangan heran.

MIDDLE AGESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang