11th

6.4K 1K 6
                                    


"Donghyuck, raja yang memimpin kota ini siapa? Apakah tahun sekarang sudah tidak ada perang?" tanya Injoon disela-sela kegiatan berjalannya sambil memandang kagum pemandangan kota di malam hari yang penuh oleh gemerlap lampu menyala.

"Bukan raja melainkan presiden. Raja memimpin di abad berbeda dengan abad sekarang. Untuk perang ya, adanya tawuran antar siswa dari sekolah menengah atau mungkin perang antar negara. Seperti Korea Utara. Korea Selatan sedang perang dingin oleh mereka. Entahlah, aku cukup kesal membahas ini."

Injoon terkekeh. "Seperti apa Korea Utara itu?" tanyanya penasaran.

"Negara yang menciptakan banyak sekali bom nuklir dan senjata berat luar biasa, militer yang kuat bahkan presidennya sangat kejam terhadap penduduknya. Hahaha, aku tidak menghina negara tersebut, hanya saja aku mengatakan apa yang sesungguhnya. Meskipun begitu, peraturan mereka juga bagus, karena apa? Tidak ada korupsi, tidak ada kriminalitas, tidak ada perseteruan sehingga enak untuk menjalani kehidupan dari orang semena-mena. Tetapi ya seperti perkataanku barusan, orang-orang di sana sangat tertekan oleh peraturan tak berbelas kasihan."

Injoon mengangguk paham. Setelahnya mereka berdiam diri tanpa ada yang mau berniat kembali bersuara.

"Aku ingin bertanya."

Injoon lekas menoleh. "Ingin bertanya apa? Aku siap mendengarnya," balas Injoon sambil menatap Donghyuck.

"Apa kau serius bukan Renjun? Kau ini dari abad pertengahan yang tidak tahu mengapa bisa berada di dalam tubuh Renjun?"

Injoon bergeming untuk beberapa saat. Mengapa tiba-tiba Donghyuck menanyakan hal tersebut? Mungkin akan percuma menjelaskan, karena Donghyuck tidak akan mempercayai perkataannya.

"Jika aku bilang iya, apa kau akan percaya?"

"Tapi itu mustahil. Tidak ada konspirasi di mana kedua jiwa saling bertukar, tidak. Akan tetapi setelah melihatmu berperilaku berlebihan terhadap masa depan, membuatku juga semakin yakin bahwa kau ini seseorang dari masa lampau. Jika jiwamu ada di sini, apakah jiwa Renjun berada di masa lalu?"

Injoon mengedikkan bahu. "Aku rasa iya, tapi aku tidak tahu pasti. Sejujurnya berada di masa depan itu menyenangkan, tapi aku merindukan keluargaku, merindukan suamiku dan juga merindukan orang-orang di sana. Aku tidak tahu kapan semua ini berakhir, aku hanya bisa pasrah jika akan terjebak selamanya di masa depan."

"Suami? Kau sungguhan sudah menikah?"

"Iya, suamiku sangat tampan, hehe."

"Jadi siapa namamu?"

"Nakamoto Injoon, tapi sudah berganti Jung Injoon. Suamiku bernama Jung Jaemin. Kau tahu, dia sangat ahli dalam segala hal dan itu membuatku kagum padanya. Selain itu, kau juga sangat mirip dengan kakak iparku yang bernama Seo Haechan. Seo Haechan sendiri merupakan istri dari Jung Jeno, kakak kandung suamiku. Kupikir dia sudah dinobatkan sebagai raja," jelas Injoon berantusias.

"Tetapi yang membuatku heran adalah, sosok Renjun ini juga mempunyai wujud mirip denganku. Beginilah bentukan ratu Sirius, itu sangat membingungkan," tambah Injoon diakhiri ringisan kecil.

Donghyuck yang mendengarkan hanya bisa terdiam tanpa bisa berkata-kata. Ia masih sedikit ragu untuk mempercayai cerita Injoon meskipun itu terdengar cukup meyakinkan.

•••

"Renjun."

Si pemilik nama menengok. Haechan datang mendekat sambil membawa kotak dengan hiasan indah lumayan besar. Renjun berdiri guna membantu Haechan yang tampak kesulitan membawa kotak tersebut.

"Maaf telah membuatmu repot," ucap Haechan saat selepas kotak itu sudah di letakkan di pinggiran gazebo.

"Tidak masalah," balas Renjun santai. "Tapi, apa isi kotak ini?" Renjun menambahkan dengan pertanyaan.

"Alat untuk merajut. Mari merajut bersama. Aku ingin membuatkan Jeno syal sebagai hadiah karena dia sekarang pemimpin kerajaan Ermìs. Kau bisa membuatkan Jaemin pakaian hangat atau mungkin ingin membuat syal juga? Aku juga mempunyai alat untuk membatik, hanya saja tintanya sudah hampir habis."

"Kalau begitu mari kita merajut." Renjun memajukan tubuhnya ke depan, membuka kotak berhias bunga sakura dengan garis memanjang diakhiri lingkaran memutar.

Renjun cukup terperangah oleh berbagai aneka warna benang rajut yang tersimpan pada kotak bening berukuran kecil. Hampir sebagian warna tersedia. Renjun mengambil dua pasang Hook dan benang rajut. Mulai membuat kerajinannya sendiri sesuai ide yang muncul, begitu pula dengan Haechan.

Kegiatan yang berlangsung lumayan lama lantaran merajut juga tidak musti jadi saat itu juga. Justru membutuhkan proses apalagi menggunakan tenaga manusia. Renjun tersenyum tipis memandang karyanya yang baru selesai secuil. Tak tahu mengapa tiba-tiba Renjun berkeinginan membuatkan syal untuk Jaemin. Mumpung ada bahan yang bisa digunakan, mengapa tidak?

"Injoon, kau sungguh lupa ingatan?"

Pertanyaan Haechan membuat Renjun langsung menghentikan kegiatan merajutnya. Kelopak mata Renjun memandang Haechan yang masih sibuk pada garapannya.

"Entahlah."

Haechan mengerutkan dahi. "Bagaimana bisa kau mengatakan 'Entahlah' padahal seharusnya kau tahu. Kau merasakannya, bukan? Kau merasa tidak mengingat kerajaan Sirius, Jaemin, Ayahanda, Ibunda, hingga keluarga dan kerabatmu? Itu tandanya kau memang lupa ingatan, Injoon."

Renjun mendengus tak suka. Tidak tahu saja Haechan, bahwa sekarang yang ada di depannya ini bukanlah sosok ratu Sirius melainkan Renjun. Meski rupa mereka sama, tetapi jiwa mereka berbeda. Sifat keduanya pun bertolak belakang dari lembut menjadi galak.

"Tak apa Injoon, aku akan membantumu untuk mengingat semua. Jika tidak ada aku, masih ada Jaemin yang akan membuatmu kembali mengingat kenangan kalian."

"Hm."

Renjun tidak suka pada percakapan yang mengarah seolah-olah sosok ratu Sirius lupa ingatan. Dia tidak lupa ingatan, tapi bertukar jiwa dengannya. Namun, jika boleh jujur, secara bertahap Renjun mulai menerima Jaemin di hatinya. Entahlah, hanya sekedar membiasakan, tak tahu akan berakhir bagaimana.

MIDDLE AGESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang