5th

9.4K 1.3K 4
                                    

"Istirahatlah. Panggil aku jika kau membutuhkan sesuatu," ucap Jaemin seraya menurunkan Renjun di tepi tempat tidur.

"Kau ini siapa sebenarnya?"

Renjun menatap Jaemin dengan mata berkaca-kaca. Ia masih tidak bisa menerima jika dirinya berada di abad pertengahan. Bagaimana tidak, ia memiliki keluarga di China yang harus ia hubungi dan jangan lupakan, Renjun harus menjitak kepala Donghyuck sekeras-kerasnya karena telah membuatnya terjebak.

"Tampaknya kau memang bukan Injoon-ku." Kini Jaemin berjongkok di depan Renjun.

"Hhh ...." Jaemin menghela napas. "Baiklah aku percaya itu. Aku tidak tahu mengapa kau bisa bertukar raga dengan Injoon. Apa sebelumnya kau seorang penyihir atau ahli sulap?" tanya Jaemin. Kepalanya sedikit ia miringkan dengan alis terangkat.

"Kau tahu? Di masa depan hal semacam itu tidak lagi dipercayai. Sulap hanya kebohongan sedangkan sihir itu tidak ada. Hanya menyesatkan manusia dan aku heran dengan orang-orang yang mempercayai itu."

"Lantas bagaimana itu bisa terjadi?"

Renjun mendengkus geram. "Aku sudah menjelaskannya padamu. Awalnya aku terjatuh dari tebing karena keisengan temanku dan saat aku terbangun, sudah berada di sini. Kumohon bantu aku, kau ingin ratumu kembali bukan? Maka biarkan aku tenggelam ke danau sama seperti yang dilakukan oleh istrimu."

Jaemin berdiri cepat memandang tajam Renjun. "Jangan konyol! Aku tidak mengizinkanmu untuk melakukan itu! Aku akan memikirkannya nanti, untuk sekarang beristirahatlah."

Jaemin memutuskan pergi dari kamar. Namun sebelum menutup pintu, Renjun memanggilnya.

"Tolong, bawakan makanan untukku," pintanya yang kemudian mengalihkan pandangan ke arah lain.

Jaemin mendecih. "Bukannya tadi kau menolak, huh?" Diakhiri dengan kekehan renyah. Renjun mengulum bibir. Pipi sampai telinganya memerah menahan malu.

•••

"Haeㅡ ah maksudku Donghyuck, di mana aku akan tinggal, ya?"

Donghyuck mengernyit mendengar penuturan Injoon barusan. "Kau bahkan tidak ingat tempat tinggalmu? Apa jangan-jangan kau melupakan kedua orang tuamu?"

Injoon bergeming sejenak. Keterdiaman Injoon membuat Haechan tertawa terbahak-bahak. Ekspresi yang di tunjukkan Injoon benar-benar lucu. Setelah sadarkan diri, temannya itu berubah. Bukan Renjun yang galak melainkan Renjun yang menggemaskan dan lembut saat bertutur kata.

"Baiklah, karena ini kesalahanku, aku akan bertanggungjawab. Kau tinggal di apartemen. Ayo aku antar."

Injoon berjalan di samping Donghyuck menuju halte. Mereka berdua pulang naik bus umum. Sedari tadi Injoon dibuat menganga oleh gedung-gedung pencakar langit yang menurutnya sangat menakjubkan.

Masa depan sangat indah.

Tatapan Injoon beralih pada kendaraan beroda empat yang berlalu lalang. Matanya mengerjap memerhatikan banyaknya orang-orang berpakaian formal tengah berjalan cepat.

Bahkan pakaiannya pun tak kalah indah, tapi, astaga gadis itu memakai rok sangat pendek sekali! Apa raja di sini tidak melarang?

Injoon memekik di dalam hati kala melihat seorang gadis berdiri di sampingnya. Memakai rok di atas lutut tengah memandang sebuah benda berukuran sedang dan berbentuk persegi panjang yang bisa menyala.

Donghyuck mengawasi Injoon. Sejak tadi, saat temannya itu menatap takjub gedung-gedung menjulang tinggi, Donghyuck semakin merasa bahwa temannya benar-benar berbeda. Ia berpikiran, mungkin saja saat terjatuh, kepala Renjun tak sengaja membentur bebatuan sampai melupakan segalanya. Padahal dokter memvonis, Renjun terlalu banyak memasukkan air ke paru-parunya sehingga membuat dadanya terasa sesak dan nyeri. Renjun terlihat seperti orang kuno baru pertama kali melihat masa depan.

Tak lama kemudian, bus berhenti. Donghyuck menarik tangan Injoon, namun lelaki itu menarik kembali tangannya. Lelaki berkulit eksotis itu menoleh ke belakang untuk melihat. "Kenapa?" tanya Donghyuck heran.

"Kereta kuda macam apa ini?"

"Hah?" Donghyuck mengerjap beberapa kali.

"Kita akan naik ini? Tapi ... aku takut ...."

Donghyuck memandangi wajah Injoon. Masih sama, namun ada yang salah dalam dirinya. Donghyuck tak mengerti mengapa temannya bisa sampai se-kampungan itu melihat sesuatu yang jelas-jelas sudah pernah dilihatnya, bahkan dinaikinya.

"Kau tidak perlu takut, yakinlah denganku. Ini bus bukan kereta kuda, kau ada-ada saja," kekeh Donghyuck kemudian menarik Injoon agar masuk.

Injoon sangat ragu pada akhirnya ia pun mematuhi dengan membuntuti Donghyuck dari belakang. Ia menggenggam erat tangan Donghyuck yang mana membuat Donghyuck kembali mengerutkan dahi. Apakah semenakutkan itu menaiki bus? Pikir Donghyuck dalam benaknya.

•••

Cklek

Renjun menoleh ke arah pintu di mana dua orang laki-laki memandangnya dengan tatapan sendu. Laki-laki berwajah manis mendekat kemudian berhambur memeluk Renjun dengan tangisan. Si empu yang dipeluk berusaha melepaskan, namun pelukan itu sangat erat sampai membuat Renjun mau tidak mau membiarkan laki-laki itu berbuat semaunya.

"Injoon, kau mengingat Baba, 'kan?"

Laki-laki berwajah manis itu melepas pelukannya. Renjun langsung mengerutkan dahi. Ia tidak mengenal kedua laki-laki di depannya ini.

"Siapa kau?" tanya Renjun.

"Huweee ... Injoonieku melupakanku! Aku Babamu, yang mengandungmu lalu melahirkanmu, mengapa kau tega sekali melupakan keluargamu sendiri?!"

Mata Renjun membelalak. Sungguh, ini tidak dapat dipercaya bahwa laki-laki bisa mengandung? Renjun mendorong tubuh laki-laki itu hingga dia tersungkur ke belakang.

"Aku anakmu? Itu tidak mungkin. Ayolah peradaban ini benar-benar sangat aneh. Bahkan perempuan sama sekali tidak ada di sini! Ini gila! Kalian pergilah!"

"Injoon, kau tidak boleh mendorong Babamu!" Sosok laki-laki berwajah tampan itu membantu laki-laki satunya untuk berdiri.

"Kalian bukan orang tuaku!"

Mendengar teriakan Renjun membuat Jaemin segera menghampiri kamar. "Maaf Ayah, Baba, atas perilaku buruk Injoon kepada kalian. Dia baru saja siuman dan sedikit melupakan semuanya. Mohon maklumi karena aku akan berusaha membuatnya mengingat kita semua," ucap Jaemin meyakinkan kedua mertuanya. Renjun mencubit tangan Jaemin yang ada di pinggangnya.

"Injoon, Baba mohon ingatlah Baba, kau membuatku ingin menangis melihat keadaanmu yang melupakan kita semua."

"Baba dan Ayah tunggulah di aula, aku ingin berbicara dengan Injoon," titah Jaemin sambil tersenyum ramah kepada mertuanya. Kedua orang itu lantas pergi meninggalkan kamar Jaemin.

Renjun lekas menepis tangan Jaemin yang bertengger di pinggangnya. "Kau tahu? Kerajaanmu ini melawan hukum alam! Mana ada laki-laki bisa mengandung?" sungut Renjun tak tertahankan. Amarahnya tidak bisa ia kontrol lagi. Renjun terlalu geli kepada orang-orang di kerajaan ini.

"Tentu saja bisa, kau pikir hanya perempuan saja yang bisa mengandung? Renjun, aku meminta padamu sampai aku memecahkan permasalahanmu agar bisa kembali ke masa depan dengan berpura-pura menjadi Injoon sampai aku menemukan jawabannya. Jika kau berperilaku seperti ini, kau akan merusak harga diri istriku."

"Kenapa kau mengaturku! Aku tidak suka berpura-pura!"

Jaemin menatap tajam Renjun. "Jika kau tidak mau, jangan harap kau bisa kembali lagi ke masa depan. Apa susahnya menuruti permintaan kecilku? Aku tidak ingin Injoon mendapat cap buruk karena perilaku burukmu, Renjun!"

Renjun langsung terdiam. Iris gelapnya menatap Jaemin yang baru saja mengatainya 'buruk' kepadanya. Entah mengapa tiba-tiba hatinya sedikit tergores karena ucapan Jaemin barusan. Apa seburuk itukah perilakunya sampai Jaemin berkata jujur namun menusuk hati?

Renjun melengos, ia mendorong Jaemin agar keluar dari kamar. "Pergi! Aku tidak ingin melihatmu!"

BLAM

Renjun menutup pintu dengan sedikit membantingnya. Tidak tahu kenapa hatinya menjadi sangat sakit. Renjun kesal dengan Jaemin. Sedangkan Jaemin, laki-laki itu menghela napasnya panjang. Ia merutuki dirinya sebab telah membuat Renjun tersinggung atas ucapannya.

"Dia akan membenciku," gumam Jaemin pelan.

MIDDLE AGESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang