22nd

6.5K 837 13
                                    


"Makanlah, akan ada dayang Kim yang akan membantumu jika kau menginginkan sesuatu. Aku harus bergegas menemui Ayahku dan para menteri. Maaf aku tidak bisa menemanimu seharian nanti."

Renjun mengangguk maklum. Pagi ini dia mengeluh area anusnya sakit sehingga Jaemin harus bolak-balik memenuhi kebutuhan Renjun. Jaemin sampai melupakan bahwa dirinya harus berkunjung ke istana Ermìs untuk membahas penyerangan yang dilakukan sekelompok bandit kepada rakyat Ermìs tadi malam.

Sebenarnya Renjun tak ingin di tinggal, dia membutuhkan Jaemin di sisinya. Tapi mengetahui ada pertemuan penting terkait keselamatan para rakyat, Renjun tidak bisa bersikap egois melarang Jaemin untuk tetap tinggal.

"Aku berjanji, setelah kembali akan menemanimu." Jaemin mencium kening Renjun sebagai tanda perpisahan. Lagi-lagi Renjun membalasnya hanya dengan anggukkan, tentunya diselingi deheman singkat.

Kepergian Jaemin meninggalkan kesunyian di dalam kamar. Renjun memakan sarapannya antara minat tak minat sebab dia sedikit tak berselera. Tak lama setelah itu masuklah sesosok pria tinggi setelah mengetuk pintu tiga kali, pria tersebut membungkuk memberi penghormatan kepada Renjun.

"Selamat pagi Yang Mulia, hamba datang atas perintah Mang Mulia raja Jaemin. Jika anda menginginkan sesuatu, katakan saja kepada hamba."

Pria itu kembali menegakkan badan. Memperlihatkan senyuman tampan yang membuat Renjun membulatkan kedua mata.

"A-Ayah?!"

Pria itu mengerutkan dahi. "Ayah?" Dia mengulang kalimat Renjun dengan raut kebingungan. Mencoba untuk memastikan apa yang didengarnya tidak salah.

Renjun mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Membungkam mulutnya dan menggantinya dengan tatapan shock. Wajah, postur tubuh, dan suara, benar-benar sangat mirip dengan sosok Ayahnya yang ada di Cina. Sungguh hal tak terduga secara tidak sengaja malah mempertemukan Renjun kepada seseorang yang paling dia rindukan.

"Kau Ayahku, kau mirip dengan beliau." Renjun menitikkan air mata. Dia sangat merindukan sang Ayah sehingga tak kuasa menahan tangisannya. Sosok pria yang berdiri di dekat pintu itu kelimpungan menyaksikan ratu Sirius menangis.

"Astaga Yang Mulia ... aduh, bagaimana ini?!" Pria itu menggaruk tengkuknya lalu melirik keluar mencari seseorang yang mungkin bisa membantunya. Bertepatan datangnya ibu suri alias Jung Taeyong menghampiri kamar sang anak dan menantunya saat tak sengaja mendengar isak tangis Renjun.

"Jungwoo, ada apa ini? Injoon, astaga, mengapa kau menangis?" Taeyong menghampiri Renjun kemudian memeluknya guna menenangkan sang menantu.

Renjun tak menjawab. Taeyong yang sangat penasaran segera menatap pria bernama Kim Jungwoo untuk meminta penjelasan.

"Yang Mulia ratu sempat menyebut hamba Ayah dan setelah itu beliau menangis. Hamba tidak mengerti mengapa Yang Mulia ratu memanggil hamba dengan sebutan itu." Jungwoo membungkuk sebagai tanda permintaan maaf. Taeyong mengangguk paham lalu beralih menatap Renjun yang masih terisak.

"Jungwoo, kau boleh pergi."

"Baik ibu suri, saya pamit undur diri Yang Mulia ratu." Jungwoo kembali membungkuk, melangkah mundur tanpa mengubah gestur sampai luar kamar sebelum akhirnya menegakkan badan dan berlalu.

"Injoon, berhentilah menangis. Ada apa? Kau bisa bercerita pada ibu mertuamu jika kau berkenan ingin menceritakannya. Apa kau merindukan Yuta dan Winwin? Aku bisa mengantarmu ke sana jika kau menginginkannya."

Renjun menggeleng pelan. Dia menghapus airmatanya dan bersitatap dengan mata cantik milik Taeyong. Jujur, lelaki manis di hadapannya ini mempunyai wajah tampan sekaligus cantik dalam waktu bersamaan jika di lihat dari dekat.

MIDDLE AGESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang