8th

6.9K 1.1K 23
                                    


Suara kicauan burung Kenari terdengar begitu merdu di pagi yang cerah. Embun pagi yang sejuk ditambah kepulan asap dari dapur istana yang menandakan jikalau beberapa dayang tengah berkutat menyiapkan makanan. Ditengah itu, Renjun berdiri mengamati orang-orang dari lantai 2 istana tepatnya berdiri diam di balkon menyaksikan beberapa pria muda tengah mondar mandir, ada pula beberapa anak kecil tengah bermain di samping halaman istana.

"Yang mulia Injoon, selamat pagi!"

Lamunan Renjun buyar tatkala anak-anak itu memanggilnya. Renjun menatap ke bawah kemudian tersenyum tipis sambil melambaikan tangan.

Cklek

"Ayo turun," ucap Jaemin. Renjun menolehkan kepala lalu mengangguk. Ia membuntuti Jaemin dari belakang sesekali mengamati beberapa orang berlalu lalang yang sedang sibuk dengan urusan masing-masing.

"Apakah akan ada acara hari ini?" tanya Renjun penasaran.

Jaemin menengok ke samping, memerhatikan Renjun melalui ujung matanya kemudian mengangguk. "Hm, begitulah. Jeno akan diangkat menjadi raja malam ini. Semua anggota keluarga harus berkumpul termasuk dirimu. Aku minta kau datang malam ini."

Renjun tak menjawab. Ia memandang istana yang akan disulap oleh beberapa hiasan menakjubkan. Melihat Renjun terkagum seperti itu, membuat Jaemin menyunggingkan senyuman tipis. Mereka berdua telah sampai di meja makan di mana sudah ada anggota keluarga lainnya yang menunggu.

"Selamat pagi, Injoonie," sapa Taeyong dengan seulas senyum manis. Renjun membungkukkan badan untuk menghormati Taeyong.

"Baiklah semua, selamat makan," seru Jaehyun.

•••

"Injoon! Injoon! Injoon! Kau mau kemana?"

Kalau boleh jujur Renjun ingin sekali mencakar wajah sosok di depannya ini. Sayangnya, Renjun tidak bisa melakukan itu. Haechan bukanlah Donghyuck, tetapi penampilan mereka jelas sama. Renjun memilih tak mengindahkan pertanyaan Haechan dan pergi meninggalkannya begitu saja.

"Kau ini kenapa, sih? Sepertinya mempunyai dendam besar kepadaku. Aku melakukan kesalahan apa sehingga kau mengabaikanku? Kau benar-benar berubah, Injoon," ucap Haechan setengah berteriak.

Langkah Renjun terhenti ketika Haechan membuka suara. Renjun berbalik badan menatap sengit figur di depannya. "AKU BUKAN INJOON!" bentak Renjun mulai terpancing emosi. Haechan yang melihat itu langsung mengatupkan bibir. Sebenarnya apa yang terjadi pada Injoon lama, mengapa Injoon sekarang sangat berbeda bahkan sering marah-marah tanpa alasan yang jelas?

Renjun mencoba menetralisir amarahnya. Ia melangkahkan kakinya meninggalkan tempat. Sungguh, berada di istana ini membuatnya selalu marah tanpa sebab, dan setelah melakukan itu, pasti Renjun akan menyesali perbuatannya.

•••

Injoon menggaruk kepala belakangnya. Benda-benda di depannya ini sangat asing dan Injoon tidak tahu cara menggunakannya bagaimana. Contohnya seperti benda berbentuk persegi panjang berwarna hitam dengan ukuran yang lumayan besar. Televisi. Injoon sedari tadi tak ada hentinya mengamati benda tersebut. Injoon akui jika masa depan memang menakjubkan, tetapi bukan berarti Injoon mengerti kegunaan semua barang-barang yang ada di dalam kamar bernama apartemen ini.

"Bagaimana cara menggunakannya ya?" gumam Injoon sambil menekan-tekan layar televisi. Netranya melihat benda pipih (remote) yang tergeletak di samping meja.

Injoon mengernyitkan dahi lalu menekan asal remote tersebut. Hingga jemarinya tak sengaja menekan tombol on yang mana membuat layar hitam itu menjadi hidup.

"Arghh, apa itu!!!" jeritnya histeris sambil berlari ke belakang kursi sofa untuk bersembunyi.

Injoon menyembulkan kepala, mengintip ke arah televisi yang menampilkan sebuah acara seperti sebuah penghargaan untuk artis. Injoon tidak tahu apa yang dilakukan orang-orang yang ada di dalam kotak itu.

Injoon menekan tombol lain pada remote hingga sebuah serial drama pun muncul. Injoon berdiri lalu duduk di sofa untuk menonton entah apa itu namanya.

"Astaga, mereka berciuman! masih ada aku di sini, apa kalian tidak malu? Kalian mendengarkanku tidak? Heiii!" Injoon berteriak memperingatkan, namun dua pasangan di dalam kotak itu tidak menggubris ucapannya.

"Benar-benar pasangan gila," cibir Injoon lalu memindah saluran televisi selanjutnya. Sebuah kartun anak-anak berhasil mengalihkan perhatian Injoon. Ia menatap televisi dengan serius. Di dalam televisi, salah satu karakter Kuda Nil berwarna putih membuat Injoon gemas bukan main.

Tiba-tiba perut Injoon berbunyi. Ia memegangi perutnya lalu melirik setiap ruangan guna mencari makanan. Senyum manis itu timbul manakala melihat sebuah toples entah berisi apa, tapi Injoon menduga jika itu pasti makanan. Dengan semangat, Injoon membuka penutup toples lalu memakan makanan yang terbuat dari bubuk tersebut.

Hanya saja Injoon seperti mengenali bentuk dari makanan itu. Tapi karena sudah sangat terpojok, mau tidak mau Injoon tetap memakan makanan yang tidak diketahui apa namanya.

"Hoek, asiiiinnn!"

Injoon memuntahkan lagi makanan atau lebih tepatnya garam dari dalam mulut. Wajahnya meringis. Injoon membutuhkan air, tetapi ia tidak tahu di mana tempat air berada. Injoon melihat kran wastafel lalu memutar handle dan memposisikan mulutnya berada di bawah spout sampai air pun mengalir keluar.

"Apa yang harus aku makan, huhu," rengeknya sembari bersandar pada pintu kulkas.

Matanya tak sengaja melihat roti yang ada di dalam lemari. Injoon mau memastikan jika itu benar-benar roti, bukan yang lain. Ia melangkah mendekat, sedikit berjinjit untuk menggapai gagang lemari gantung. Injoon kembali tersenyum karena itu memang benarlah roti. Dengan lahap ia makan hingga perutnya sudah lumayan terisi.

"Masa depan benar-benar membingungkan," gumam Injoon dengan mulut penuh. Kedua pipinya sampai menggembung dibuatnya.

"Tapi roti ini enak sekali. Bagaimana cara membuatnya ya?" Injoon memasukkan lagi roti ke dalam mulut. Menikmati tekstur lembut pada makanan yang akan menjadi kesukaannya itu.

MIDDLE AGESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang