Gillden tampak merapikan barang-barang digudangnya, sampai sebuah kotak jatuh dari rak atas saat ia menyisipkan kotak lain di sana.
BRUK!
"Ukh.. Dasar.. Kenapa bisa jatuh.. " Gillden menggeser kotak itu ke sampingnya, ia memerhatikan kejanggalan di sana. "Kenapa kotak ini tidak berlabel apapun? Seingatku semua kotak sudah ke beri nama."
Dengan penasaran dan rasa waspada, ia perlahan membuka segel kotak itu, matanya terbelalak kaget saat melihat isi kotak itu, "I-ini-- bukankah ini kotak yang harusnya sudah kubuang saat itu--"
***
"Gill.. Kotak ini mau di kemanakan?" Kranzt mengangkat kotak itu yang terlihat berat."Buang." jawab Gill dingin. Ia tampak sangat ingin menyingkirkan benda itu dari hadapannya.
"Tapi kotak ini berisi barang-barang A-"
"BUANG SAJA! Pria yang meninggalkan keluarganya begitu saja tidak pantas diingat-" Belum sempat Kranzt menyelesaikan kalimatnya, sudah terpotong oleh teriakan amarah Gillden. Kranzt yang melihat respon rekannya itu hanya bisa menghela nafas.
***
Tangan Gillden mengambil sebuah buku album tebal dengan tangan yang gemetaran. Di sampull album itu tertulis nama 'Horatio Orville', itu adalah nama dari ayahnya Gillden tentunya.
Perlahan ia membuka buku tersebut, halaman pertamanya diisi dengan foto-foto Ayahnya saat masih di dalam akademi, tampak ia tersenyum pada tiap foto tersebut, walau terkadang tubuhnya kotor akibat percobaan sihir. Gillden tanpa sadar tertawa kecil melihat ayahnya yang tampak berantakan di foto itu.
"Ayah sejak muda sepertinya tidak pernah berubah..." pikir Gill, ia terus membuka lembaran lain halaman per halaman ia lewati sampai mata nya tertuju pada satu foto.
Foto itu bertuliskan 'ulang tahun Gillden yang pertama, aku sangat senang melihatnya tersenyum di depan kuenya.' Gillden terdiam melihat foto itu, disana kedua orangtuanya memeluknya erat seraya tersenyum.
Di lembaran lain ia menemukan foto berjudul, 'belajar bersama Gillden, ia sangat serius dalam hal sihir.' Tampak disana Horatio sedang memangku Gillden sambil membaca buku, wajah Gillden disana tampak sangat senang bersama ayahnya.
Gillden dengan semangat mulai membuka lembaran lain yang penuh berisikan foto-foto ayahnya bersama dirinya. Sampai pada akhirnya tidak ada lagi lembaran yang berisi foto ayahnya.
Foto terakhirnya adalah sebauh foot yang lecek, foto keluarga bersama dengan Gillden dan ibunya yang sedang menggendong adik Gillden, Anasthasya. 'Foto keluarga sebelum aku mulai menjalankan misi yang berbahaya, aku akan membawa foto ini agar bisa selalu mengingat mereka.'
Gillden menggigit bibir bawahnya ketika memandang foto tersebut, tanpa sadar air matanya menetes ke buku album tersebut. Ia tidak pernah mau mengingat ayahnya lagi, ia tidak sanggup menahan rasa sakit saat kembali mengingat masa menyenangkan bersama pria yang ia kagumi itu.
Karena sekarang.. Ingatan itu tidak akan dapat terulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Genevin Family
RandomKumpulan cerita-cerita OC dan persona yang belum kalian ketahui