Part 9 - Ciuman

21 5 1
                                    

Keesokan paginya Seline mempersiapkan set pertama pakaian dari salah satu koper sesuai instruksi. Bonita dan timnya sudah mempersiapkan dengan detail. Setiap set pakaian sudah disimpan dalam kantung ziplock yang divakum rapi, termasuk pakaian dalam.

Pagi itu Seline mengenakan midi dress berwarna kuning polos tanpa corak dengan model kancing depan, dipadukan anting kecil berbentuk bulan sabit. Seline menggunakan make up tipis.

Melihat pantulan dirinya didepan cermin, Seline merasa cukup manis dan feminim.

'Tuntutan pekerjaan' ujar Seline geli pada dirinya sendiri.

Seline keluar kamarnya dan menemukan Alexander sudah duduk santai di sofa berlengan didepan TV. Alexander terlihat seperti model majalah dengan celana krem selutut dan kemeja putih. Seline tidak ingat apa yang dikenakan Alexander kemarin mengingat ketegangan yang dia rasakan.

Alexander menatap wanita yang berdiri dihadapannya, matanya sedikit melebar menemukan fakta bahwa Seline terlihat sangat manis dengan pakaian dan make up naturalnya. Alexander menepuk bagian kosong disebelahnya dan memberikan tanda Seline untuk duduk.

Seline menghampiri, duduk dengan nyaman, dan berusaha santai. Kali ini Seline merasa sudah lebih siap dan berjanji akan bereaksi lebih baik dari kemarin. Toh, kejadian kemarin diluar dari agenda yang diberikan padanya.

"Jadi briefing apa kita pagi ini?" tanya Seline berusaha santai dan menghadap kearah Alexander.

Alexander menaikkan satu alisnya, sedikit terkejut dengan perubahan keberanian yang ditunjukkan Seline padanya.

"Ok, Selena.. Ba-"

"Uhm, Alex? Kau ingin aku memanggilmu dengan nama langsung kan? Bisakah kau memanggilku Selly?" potong Seline cepat, bagaimanapun dia tidak nyaman menggunakan nama orang lain.

"Baiklah.." Alexander menyetujui "Ok, Selly.. Bagaimana jika kita mulai dengan kau sebutkan memorimu tentangku dan tentang hubungan kita?"

Seline tersenyum dalam hati mendapatkan pertanyaan mudah, dia sudah menghabiskan beberapa hari terakhir menghafalkan dokumen dari Bonita seolah akan menghadapi ujian sekolah.

"Alexander Jefferson, 33 tahun, CEO Jefferson Corporation juga.." Seline menjawab dengan jelas dan tepat semua yang tertulis didokumen mengenai Alexander Jefferson.

".... Kita bertemu di Foyeur Winery saat aku mencari wine untuk keperluan klienku, dan kau sedang ada pertemuan disana. Kita bertukar nomor telepon, lalu kencan pertama kita juga di Foyeur Winery. Disana juga jadi tempat kita pertama kali ciuman.." Seline mendadak menghentikan penjelasannya, wajahnya bersemu merah.

"Yah, keluargaku tidak akan bertanya detail. Mungkin adikku Clarissa - mengingat dia sangat ekstrovert dan serba ingin tahu, tapi kurasa wajah merahmu akan menutupi fakta bahwa semua itu kebohongan. Jadi bisa kubilang, aktingmu cukup meyakinkan" gurau Alexander.

Suasana hatinya cukup baik hari ini, terlebih wanita dihadapannya cukup menghibur. Awalnya ia tidak ingin berurusan dengan wanita, terlebih dia lelah dengan banyak wanita yang dikenalkan keluarganya ataupun anak dari partner bisnisnya. Tapi yang satu ini jelas pengecualian karena sangat menarik untuknya.

"Ayo kita makan sebelum berangkat ke Mansion keluargaku." Alex mengecup pipi Seline dan beranjak ke ruang makan.

Seline menggigit bibir bawahnya karena gugup dengan kecupan Alexander, ini bukan yang pertama kalinya. Semalam Alex juga mengecup pipinya. Ketenangan hatinya yang sudah dipersiapkan semalaman seolah menguap. Seline duduk menghadap kearah Alexander dan menatap beberapa pilihan makanan dihadapannya.

"Tidakkah ini terlalu banyak untuk kita berdua?" Tanya Seline berusaha mencairkan suasana, melupakan kecupan barusan.

"Aku memang lebih suka makan dengan beberapa pilihan hidangan. Pilih sesukamu dan tak perlu khawatir, aku tidak pernah membuang makanan."

Seline tidak bertanya lebih lanjut kemana sisa makanan berakhir jika tidak dibuang. Seline melihat pilihan sereal, beberapa pilihan roti termasuk kue kue manis, juga selai, omelet, sosis, dan bacon.

Seline mengambil selembar roti dan merasa lega bisa makan dengan tenang melupakan rasa malu yang sebelumnya ia rasakan. Setengah jam kemudian Seline sudah makan tiga lembar roti, pastry, semangkuk sereal dengan susu, beberapa potong sosis dan bacon.

"Aku yakin seseorang berkata makanannya terlalu banyak untuk dua orang." Sindir Alexander seolah berbicara dengan dirinya sendiri dan menekankan kata 'terlalu banyak'.

Seline berhenti mengunyah dan tersipu malu dengan sindiran Alexander. Seline memang merasa kelaparan, mengingat dia belum makan sejak kemarin siang karena kedatangan Alex yang mendadak. Seline memutuskan berpura-pura tidak mendengar apapun dan tetap melanjutkan kunyahannya. Toh Alex yang menawarkan makanan padanya pagi ini.

Melihat Seline tidak bereaksi, Alexander berjalan mengelilingi meja kesebelah Seline dan menunduk sejajar dengan telinga Seline"Yahh.. Setidaknya aku tidak perlu khawatir tentang membuang makanan sisa." Bisik Alexander memastikan Seline mendengar kata-katanya.

Seline menghabiskan jus jeruk digelasnya dan sengaja berdecak tidak sopan, berharap bisa menyinggung sedikit pria itu. Seline berdiri menatap pria dihadapannya. Seline merasa lebih berani dari sebelumnya.

"Berhenti menggodaku."

Alexander menegakkan diri dan membuatnya terlihat menjulang tinggi dibandingkan Seline.

"Kita perlu terbiasa satu sama lain dan lebih rileks." Alexander menjawab lembut, menunduk dan kembali mengecup pipi Seline.

"Bisakah kau berhenti menciumku?" Ucap Seline sebal.

Seline juga bertanya-tanya kepada dirinya sendiri, kenapa baru sekarang dia mengeluh soal kecupan itu - setelah beberapa kali mendapatkannya. Mungkinkah karena dia juga menikmati kecupan itu?

"Itu bukan ciuman--" Alexander akan menjawab namun sudah dipotong Seline yang berkacak pinggang "Apa maksudnya bukan--" giliran Seline tidak bisa melanjutkan kalimatnya.

Alexander menyelipkan tangannya dipinggang Seline dan memberikan ciuman dibibirnya. Ciuman Alexander lembut tapi menuntut Seline membalasnya. Sedangkan Seline sendiri masih syok dan tidak tahu apa yang harus dilakukannya untuk membalas ciuman itu. Setelah beberapa saat Alexander melepaskan Seline dari ciumannya.

"Itu yang disebut ciuman." Ucap Alexander lembut

"Dan ini yang disebut kecupan" Alexander kemudian mengecup pipi Seline.

==========

Love and Hate Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang