Matahari masuk melewati celah tirai jendela kamar yang tertutup. Lelaki akhir dua puluhan ini menguap sembari menggaruk lehernya yang gatal. Matanya sipit dengan pipinya yang agak membengkak. Ia-Hannan menoleh kesebelahnya yang mana wanita cantik tertidur lelap dengan dengkuran halus. Hannan merapikan rambut istrinya yang sedikit berantakan. Ia mengecup singkat pelipis Summer sembari mengusap lembut perut si wanita yang kian hari kian membesar.
Hari ini Hannan tidak punya jadwal apa-apa. Pun jadwalnya kosong hingga lusa. Nah, sebagai suami yang baik dan tidak sombong, ayah satu anak ini berencana ingin memanjakan istri selama tiga hari kedepan. Sebagai permulaan, Hannan akan membuatkan Summer sarapan terenak dan bintang lima approve dari Bunda. Toast!
Hannan bukan tipikal suami yang pintar masak oseng-oseng, atraksi lempar-lempar telur sih. Bisa bikin telur mata sapi nggak pake gosong aja syukur. Jadi, mari doakan saja dapur Summer tak berubah jadi kapal pecah dengan barang dan bahan berserakan di mana-mana.
Pria itu mengambil beberapa lembar roti dan mengoleskannya dengan mentega. Setelah teflonnya panas, ia mulai memanggang rotinya tadi.
Selesai dengan roti, Hannan beralih pada sebutir telur. Ia ingin membuat telur setengah matang dengan bentuk hati. Tapi sebelum itu, di mana Summer menyimpan seluruh peralatan masaknya? Hannan membuka satu per satu lemari gantung yang ada di atas kepalanya. Di lemari ketiga, ia menemukan banyak cetakan kue yang telah disusun istrinya dengan sangat rapi. Satu cetakan berbentuk hati ia temukan. Lantas ia pun mulai memasak sebutir telur tadi.
Tatanan toastnya telah siap. Roti dengan isi telur dan beberapa sayur itu nampak cantik di atas piring kesayangan Summer. Jangan lupa susunya. Bumil lima bulan itu harus memenuhi nutrisi debay yang ada di dalam perut agar si buah hati yang ditunggu kehadirannya bisa tumbuh dengan sehat.
Sudah siap, Hannan membawa nampan itu ke kamar dan membangunkan si bumil.
"Babe?"
"Hm? Why?" mata Summer terbuka saat suara lembut Hannan menyapa. Ia sedikit menggosok matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina.
"Breakfast," jawab Hannan mengambil meja kecil yang biasa Summer gunakan saat makan di dalam kamar.
Hamil anak kedua ini terasa begitu sulit bagi Summer maupun Hannan. Si istri yang mendadak jadi sangat lemah membuat Hannan jadi ekstra sibuk membelah diri antara pekerjaan dan rumah. Bahkan wanita itu sempat harus bedrest karena kondisinya yang tidak memungkinkan untuk beraktifitas.
"Aa yang buat?"
"Ya, menurut kamu?"
Summer tertawa. Membuat Hannan jadi kegemasan sendiri. Semenjak menikah, Hannan sangat suka pemandangannya saat bangun tidur. Melihat raut lucu Summer yang kebingungan. Rambutnya yang sedikit berantakan. Matanya yang jadi sipit, pun suaranya yang terdengar sangat sexy.
"Thank you."
"Nggak ada bayarannya nih?"
Cup! Satu kecupan di pipi kiri Summer hadiahi untuk suaminya yang sudah bekerja keras.
"Yang ini?" tunjuk Hannan pada pipi yang satunya.
Cup!
"ini?"
Yang satu ini tidak boleh sampai terlewat (bagi Hannan). Morning kiss yang manis dengan aroma uap toast yang gurih selalu jadi suasana pagi yang tidak boleh terlangkaui. Kecupan demi kecupan berubah jadi lumatan yang mustahil Summer tolak. Hannan makin menarik tengkuk istrinya guna memperdalam ciumannya. Lidahnya pun ikut serta dalam harmonisasi pagi di antara kamar yang sunyi. Ditambah lagi, ini sudah lama sejak... Tiga? Atau empat bulan yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
24hr Pasukan Awan Relay Cam✔
Short StorySequel dari "Nabastala ke Tujuh" Tentang mereka yang semula hanya tau menuruti ego kepala, kini telah mengerti bagaimana menjaga sebuah keluarga. ©sshyena, 2023