RAINER's CAM

218 21 0
                                    

Berbeda dari pagi biasanya, Rainer, Kalea dan Kayena sudah tiba di rumah Ninni dan Nanna. Pasutri itu keluar lebih dulu kemudian membukakan anak bungsunya pintu sembari membawa beberapa tas berisi perlengkapan Kayena dan Lintang. Hari ini Rainer dan Kalea akan pergi keluar kota untuk mencari beberapa bahan yang diperlukan Rainer untuk mahakarya nya. Jadi dua anaknya-Nalintang dan Kayena dititipkan di rumah Ayah dan Ibu.

Pasangan Kakek-Nenek itu sudah menunggu di teras sembari menikmati secangkir teh dan biskuit. Saat anak-anaknya tiba, mereka berdiri dan menyambut si cucu bungsu yang sudah berlari menghampiri.

"Kayena!" seru Ninni menyambut gadis kecil yang nampak anggun dengan dress putih dan rambutnya yang di gerai.

Kayena tertawa geli karena diserbu seribu ciuman oleh Ninni nya. Rainer dan Kalea tiba di sana. Mereka menyambut tangan Ayah dan Ibu untuk salim.

"Nanti Lintang nyusul sekitar jam lima, Bu. Sekarang dia masih main di rumah Kiernan. Aku udah bilang sama Jarrel buat anterin Kakak ke sini," ujar Rainer setelah meletakkan tas bawaannya di dalam rumah.

Ibu mengangguk paham kemudian memindahkan Kayena pada si Nanna yang juga ingin peluk-pelukan manja dengan cucunya.

"Kay, Ayah sama Bunda pergi dulu, ya? Kamu jangan nakal. Denger apa kata Nanna sama Ninni. Besok pagi Ayah jemput, oke?" kini pria itu beralih pada bungsunya yang ada dalam gendongan Ayah.

"Emang kamu mau ke mana sih?" tanya Ayah yang tidak tau alasan cucunya dititip di sini karena Rainer hanya izin dengan Ibu.

"Mau buat Anggaraksa Junior lagi versi cowok," jawab Rainer kembali salim sebagai tanda pamit pada Ayah dan Ibunya.

Ayah tersenyum senang kemudian nyeletuk, "Yang banyak, ya?" hingga membuat Kalea membelalak tak percaya.

"Apanya?!" seru wanita itu histeris.

"Bikinnya," sambung Ayah tanpa dosa.

"15 ronde kelar ini mah," sambung Rainer lagi membuat Ayah terbahak sekencang-kencangnya.

"Ngomong yang bener di depan anak Rainer," tegur Ibu melempar tatapan tajam pada tunggalnya. Beliau juga melirik Kayena yang acuh tak acuh karena sibuk memainkan daun telinga Nanna.

Rainer terkekeh kecil. "Rain pergi ya Ibu, Assalamualaikum..." pamitnya kemudian pergi dari sana.

"Dadah, Kay!!" seru Kalea melambai pada bungsunya.

"Dadah, Bunda!" balas Kay ikut melambai.

Pasutri itu kembali masuk ke dalam mobil. Memasang seatbelt masing-masing dan menyalakan mesin mobil. Namun bukannya bergerak, Rainer justru melempar pandangan pada istrinya. Hingga membuat wanita itu mengerut kebingungan.

"Apa?"

"15 ronde?"

"Jalan buruan keburu sore!!" seru Kalea sembari membekap mulut suaminya untuk berhenti bicara melantur.

Mobil itu pun mulai bergerak meninggalkan rumah Ayah dan Ibu. Sembari membunyikan klakson, Kalea membuka kaca jendelanya hendak menyapa adik bungsunya yang sedang menyiram tanaman milik Bunda dengan selang.

"Woi beban keluarga!!" seru Kalea kemudian buru-buru menutup jendela karena Denis menyiram mobilnya dengan selang.

Wanita itu nampak puas telah meledek adik bungsunya yang nampak makmur hidup sebagai beban keluarga. Alias dia masih belum wisuda padahal sudah lewat tahun ke empat masa perkuliahannya. Namun meski begitu, Denis selalu bisa diandalkan untuk membantu Bunda di rumah.

Perjalanan menuju Bandung memakan waktu sekitar empat jam karena lalu lintas yang sibuk. Akhirnya mereka sampai di tempat teman lama Rainer sewaktu kuliah. Namanya Saadan. Laki-laki itu bilang, ia punya bahan serta properti yang dibutuhkan Rainer. Maka pemuda itu pun tancap gas ke Bandung untuk menjemput barang yang ia butuhkan.

24hr Pasukan Awan Relay Cam✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang