"MALACHI!!!"
"ANNELIESE!!!"
Seruan dua bocah itu menggema hingga mengambil atensi seluruh orang yang ada di ruang tamu. Sepasang sepupu itu berpelukan layaknya teletubbies yang sudah lama tak berjumpa. Kenyataannya, ya. Malachi dan Anneliese sudah hampir tiga bulan tak bertemu lantaran orang tua mereka yang kelewat sibuk. Membuat saudara sepupu itu jadi memupuk rindunya hingga berbuah temu.
"Ann, say happy birthday dulu ke Nanny," sela wanita yang baru saja salim, peluk, cium dan melepas rindunya pada sang Ibu.
"Happy birthday, Nanny!!" seru Ann kemudian mengecup kedua pipi Nannynya.
"Happy birthday, Mi," ucap Cedric sembari mengecup pipi Maminya dengan tak lupa menyerahkan hadiah yang sudah ia dan keluarga siapkan."Thank you," ucap Mami antusias dengan hadiah yang dibawa oleh anak dan cucunya. "Ini dari Ann?" tanya Nanny pada Anneliese yang sibuk bermain dengan Malachi.
"Iyaa, Ann yang pilih Nanny," jawabnya bersemangat.
"Thank you, sweetie," ucapnya kemudian menyimpan paper bag dengan merk terkenal itu di antara hadiah-hadiahnya yang lain.
Celina menghampiri Kakak perempuan dan kakak laki-lakinya yang sedang duduk menyantap makanan. Ia juga memeluk dan mencium pipi mereka sembari melepas rindu yang sudah tumpa ruah ke mana-mana.
"Mas kapan sampainya?" tanya Celin ingin tau.
"Dua hari yang lalu."
Agam Izdihar. Kakak laki-lakinya itu sering bolak-balik Indonesia-Kanada karena mengurus perusahaan utama milik Kakek dan anak perusahaan yang ada di Indonesia. Meski yang di sini sudah diurus oleh Papi, tapi tetap Agamlah yang kerepotan. Malachi, anak pertamanya bersekolah di sini karena ia belum fasih berbahasa Inggris. Pun istrinya lebih suka tinggal berdekatan dengan Bunda hingga mereka memutuskan agar Helia dan Malachi tinggal di Indonesia sedangkan Agam di Kanada sambil sesekali bolak-balik. Itu melelahkan sejujurnya, namun karena beberapa situasi yang tidak bisa dipaksa, akhirnya semua pasrah menjalaninya.
"Ciél mana, Mbak?" tanya Celin yang sejak tadi tak melihat keberadaan anak Kakaknya.
"Tidur, agak demam dia," jawab Cerin melanjutkan makannya yang tertunda karena harus membalas pelukan adiknya.
Celin mengangguk tanda mengerti. Ia kemudian melirik suaminya yang sedang bicara dengan Papi.
"Sayang kamu mau makan sekarang? Biar aku ambilin," seru wanita itu mencuri atensi pasangan mertua dan menantu itu.
"Thank you, tapi nanti aja aku ambil sendiri," balas Cedric karena pria itu belum merasa lapar.
Mendapat balasan Celin mengangguk kemudian beralih pada putri sulungnya yang asyik bermain dengan Malachi. Sejak pagi ia belum makan apapun, hanya biskuit dan segelas susu. Bahkan nafsu makannya menurun. Itu membuat Maminya pusing sendiri. Bahkan jika itu makanan kesukaannya sekali pun, Ann akan menolaknya mentah-mentah.
"Ann, ayo makan dulu," ajak Celin mencoba mengambil atensi.
"Nggak mau, Ann mau main sama Malachi," balasnya tanpa mengalihkan pandangan.
"Tapi Ann belum makan dari tadi pagi. Nanti perutnya sakit kalau nggak makan," masih berusaha membujuk.
"Nggak mau..." rengeknya nyaris menangis. Bahkan dia menyingkirkan tangan Maminya yang ingin menggendong.
Celin menghela napas, menatap Malachi yang sibuk bermain dengan putrinya. "Malachi udah mam belum?" tanya Ibu satu anak itu.
"Udah. Kata Daddy, kalau Malachi tidak makan Malachi tidak boleh main," jawab bocah empat tahun itu.
"Tuh, Malachi udah makan. Ann makan juga yuk?" bujuk Celin lagi.
Gadis kecil itu tak menjawab, tak menghiraukan, bahkan seperti tak mendengarkan.
"Daddy marah ya kalau Malachi tidak makan?" tanya Celin lagi pada anak Kakak sulungnya.
"Ya, Daddy serem kalau angy," jawabnya lucu karena belum bisa mengucapkan R.
"Angy-nya gimana?"
"Malachi! If you don't eat your food, Daddy won't take you to Spiderman!"
Celin terkekeh gemas melihat keponakannya yang menirukan si Ayah kalau sedang marah. Tak hanya Celin. Nanny, Grandpha, bahkan Mamanya sendiri pun tertawa melihat bocah empat tahun itu bicara.
"Tapi Ann nggak suka Spiderman!" celetuk Anneliese marah karena ia tidak mau kalau diajak bertemu Spiderman.
"Because you like princess!" tebak Malachi benar.
Tak melihat perkembangan dari bujukan istrinya, Cedric mendekat. "Ya udah, Ann mau boneka princess yang mana lagi? Tapi habis itu makan, ya?"
Ann kembali menggeleng, "Ann mau main sama Malachi," jawabnya merengut kecil.
"Oke gini aja, Ann makan dulu, nanti lanjut main lagi sama Malachi," usul Cedric.
"Mau bobo di rumah Malachi."
Cedric menatap Helia beserta Agam untuk meminta persetujuan. Pasutri itu mengangguk pertanda gadis kecil itu boleh menginap di rumah mereka.
"Oke, tapi janji Ann tidak boleh rewel, ya?" Cedric mengangsurkan kelingkingnya ke hadapan Ann. Yang langsung disambut semangat oleh gadis itu.
"Sekarang kita makan," setelah dijanjikan begitu, gadis kecil itu berdiri dengan senang hati. Ia bahkan berlari mendahului Maminya menuju meja makan. Ia juga sudah ambil posisi di salah satu kursi meski tubuhnya tenggelam di bawah meja. Tubuhnya masih kecil hingga tidak sampai untuk makan di meja makan.
Cedric mengambil kursi makan Ann agar putrinya bisa makan dengan nyaman.
"Makan yang banyak princess," ujar Cedric sembari mengusap lembut surai Ann yang sudah duduk di kursinya.
"Tapi...gimana kalau anak-anak nginap di sini aja?" celetuk Nanny memberi usulan.
"Nanti Mami malah kerepotan," balas Celin yang tengah menemani anaknya makan.
"Kan ada Sus-nya masing-masing. Lagian rumah tuh sepi kalau Mami cuma berdua sama Papi. Dikira kita nggak kangen apa sama cucu-cucu," sambung beliau.
"Tapi Ciél nggak bisa kalau nginap, Mi. Badannya anget, lagian dia mana bisa kalau tidur nggak megang tangan Papanya, " timpal Cerin.
Nanny menghela napas, merasa kasian dengan cucu ketiganya. "Ya udah, tapi Malachi sama Anneliese mau, ya? Nanti Nanny bikinin cookies yang banyak, oke?"
"Okee!!!" seru dua bocah itu bersemangat. Mana bisa mereka menolak cookies buatan Nanny. Mau sebanyak apa pun brand cookies yang mereka coba, tetap milik Nanny yang paling juara.
"Lagi pula, hadiah ulang tahun yang Mami mau tuh bukan ini..." sambung Nanny menunjuk rentetan hadiah mewah pemberian anak serta cucunya.
"Emang Mami mau hadiah apa?" tanya Celin tanpa menoleh karena sibuk membantu Anneliese menyendok nasi.
"Cucu."
-the Ghazanvar 1/2-
*Pandu Cedric Ghazanvar (Zhong Chenle)
*Celina Ghiya Izdihar (Lee Chaeryeong)
*Lou Anneliese Ghazanvar (@/ hellolion2018)
KAMU SEDANG MEMBACA
24hr Pasukan Awan Relay Cam✔
Short StorySequel dari "Nabastala ke Tujuh" Tentang mereka yang semula hanya tau menuruti ego kepala, kini telah mengerti bagaimana menjaga sebuah keluarga. ©sshyena, 2023