"Sayang," panggil Cedric menatap istrinya yang tertidur dalam pelukannya namun dengan posisi yang memunggung.
"Hm?" balas Celin yang masih belum sepenuhnya tertidur.
"Gimana kalau kita mulai pertimbangin maunya Mami," sambung Cedric menciptakan jeda yang cukup panjang.
"Kamu mau?" tanya Celin kini membuka matanya.
Cedric menarik punggung istrinya kian dekat. Ia juga menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Celin hingga aroma parfum wanita itu menyeruak di hidungnya.
"Selama kamu setuju," balas Cedric.
"Tapi kita harus tanya pendapat Ann. Aku nggak mau kalau sampai dia marah sama kita karena bertentangan sama maunya dia. Selama ini kan dia senang hidup sendiri. Kalau punya adik, dia harus terbiasa berbagi," Cedric mengangguk mendengar penjelasan istrinya. Ia kemudian membalik tubuh Celin jadi berhadapan.
"Jadi, kamu mau, 'kan?" pertanyaan itu membuat Celin terkekeh. Jadi ada maksud terselubung?
Wanita itu mengangguk mengiyakan. Itu membuat Cedric tersenyum kesenangan. Pria itu langsung mendekat hendak mencium bibirnya. Kalau saja suara ketukan pintu tidak menginterupsi.
"Ck! Ganggu aja, ish!" decak nya sebal
"Ibu? Non Ann sakit," kata seorang dari luar yang tadi mengetuk pintu.
Celin segera bangkit. Masih dengan sleeping dress nya, wanita itu membuka pintu. Di sana, terlihat Sus Tyas menunggu atasannya dengan sabar.
"Badannya panas, suhu tubuhnya lebih 38 derajat," sambung Sus Tyas.
Celin mengangguk kemudian pergi ke kamar anaknya. Disusul Cedric di belakang yang sibuk menelepon dokter keluarganya. Begitu masuk, Celin dapan melihat Ann nampak terganggu dalam tidurnya. Ia mengigau kecil serta kepalanya dipenuhi keringat meski pendingin ruangan sudah dinyalakan.
"Ann..." panggil Celin sembari menyeka keringat putrinya.
Anneliese membuka mata. Tatapan sayu menggambarkan perasaan tak nyaman dalam tubuhnya.
"Apa yang sakit, Ann?" tanya Celin ingin tau.
"Kepala Ann sakit, Mami..." jawabnya lemah.
Kasihan, Cedric mendekat kemudian mengangkat Ann. Menidurkan kepala putrinya di bahu sambil menepuk lembut punggung Ann berharap dengan begitu dapat meredakan sakit yang putrinya alami.
"Tunggu sebentar, ya? Dokternya sebentar lagi ke sini," timpal Cedric
"Ann nggak mau disuntik," pintanya memelas.
"Nggak, Ann nggak disuntik."
Tak lama, dokter pun tiba. Ann langsung diperiksa meski ia tidak mau turun dari gendongan Papinya. Gadis kecil itu terus memeluk leher Cedric tanpa berniat melepas. Meski sedikit sulit, namun akhirnya gadis itu sudah diperiksa dengan baik. Keadaannya tidak buruk, hanya demam dan flu ringan. Dokter pun hanya memberikan beberapa obat sirup saja.
Setelah berterima kasih, Cedric mengantar Dokternya ke depan. Sedang Ann langsung tertidur dalam pelukan Maminya.
"Sus Tyas istirahat aja, Ann biar sama saya," kata Celin pada Suster Ann yang terlihat khawatir pada Ann.
Sus Tyas mengangguk kemudian pergi dari sana. Seperginya perempuan itu, Cedric kembali. Ia menutup pintu kamar putrinya kemudia mengambil tempat di sebelah Ann. Menatap gadis kecil yang kini sudah tertidur tenang. Ia mengecup puncak kepala Ann bergantian dengan istrinya. "Get well soon, Ann. Good night, Love."
𝓒𝓮𝓭𝓻𝓲𝓬'𝓼 𝓒𝓪𝓶
Ann telah menyelesaikan sarapannya. Ia juga sedang minum obat dibantu dengan Sus Tyas dan Mami, sementara Papi bagian membujuk dengan 1001 jenis rayuan maut. Gadis kecil itu nyaris menangis saat minum obat, ia selalu tidak suka obat-obatan meski dalam bentuk sirup yang manis. Terkadang ia memuntahkannya, namun kali ini obat itu berhasil masuk ke lambungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
24hr Pasukan Awan Relay Cam✔
Short StorySequel dari "Nabastala ke Tujuh" Tentang mereka yang semula hanya tau menuruti ego kepala, kini telah mengerti bagaimana menjaga sebuah keluarga. ©sshyena, 2023