siang ini saat istirahat tiba, hera yang sedang menyibukan diri di perpustakaan, untuk mencari buku dan sebuah novel untuk ia baca sekarang.
Ia sendiri di sana, tanpa di temani teman temannya. Ia berjalan di lorong lemari buku yang tinggi itu. Melihat di kanan dan kiri nya, dan membaca satu persatu judul buku di sana.
Saat ia melihat ke bagian atas rak buku, ia melihat buku yang dari tadi ia cari. Buku tersebut berada di jajaran paling atas di sana.
Hera menjingkitkan kaki nya untuk mengambil buku tersebut. Namun nihil, karena tubuhnya yang mungil, ia sangat kesusahan untuk mengambil buku tersebut.
Tanpa ia sadari, sebuah tangan ber urat nan putih itu, mengambil buku yang sedari tadi menjadi incaran hera. Laki laki itu adalah bara. Bara mengambil buku yang sedari tadi hera cari, dengan posisi bara berada tepat di belakang hera, dengan jarak yang sangat dekat.
Hera terkejut dengan kedatangan bara, ia sama sekali tidak tahu siapa yang berada di belakangnya dan membantunya. Hera sedikit takut, karena ia tahu jarak mereka sangat lah dekat.
Dengan pelan hera berbalik ke arah di mana ada dada bidang tepat di depan wajahnya. Saat ia mengangkat kepalanya ke atas, ia melihat bara di sana, yang sedang menatap dirinya.
Mereka kini terdiam dengan tatapan nya. Posisi nya belum berubah, di antara dari mereka sangat enggan untuk membuang tatapan nya itu. Posisi sekarang semakin dekat di tambah lagi hera dan bara yang saling berhadapan.
Bara tersenyum kepada hera seketika ia sudah menatap hera beberapa detik yang lalu. Hera pun ikut tersenyum di sana, dan bergeser agar mereka tidak berada di posisi yang sangat dekat.
Bara memberikan buku yang ia ambil tadi kepada hera. Hera lalu mengambil buku tersebut dari bara, dan tersenyum kepada nya. Di ikuti oleh bara yang ikut tersenyum kepada hera.
"makasih!" Ucap hera. Bara pun mengangguk dan tersenyum kepadanya.
Mereka berdua berjalan ke arah meja dan kursi yang di hususkan untuk baca buku di sana. Mereka duduk secara berhadapan. Bara memegangi buku yang akan ia baca.
"Mmm kamu suka baca buku kaya gitu?" Tanya braga.
"Iya. Jadi aku suka baca buku yang bersangkutan dengan keadilan, Jadi aku berharap bisa menjadi seorang pengacara yang membela keadilan!" Hera mengangkat tangan kanannya yang kelima jarinya di kepalkan, lalu tersenyum gemas di depan bara.
Bara yang melihatnya terpukau atas lucu nya seorang wanita di hadapannya. Ia tersenyum lebar kepada hera, sampai sampai jantung bara serasa ingin copot dari tempatnya.
"Kamu pasti bisa, ra, jadi apa yang kamu mau. Kamu juga pintar, kan!" Bara tersenyum kepada hera.
"NO. Kamu lebih pintar, iya kan, bara!" Hera mencoba menggoda bara, bara pun tersenyum dengan ekspresi gemas yang di salurkan oleh hera. Melihat bara yang tertawa hera pun ikut tertawa di sana.
"Oh iya, kamu jujur sama aku, hera!" Ucap bara.
"Kenapa?!" Tanya hera santai.
"Kemarin kamu nangis kenapa?" Tanya bara.
"Kenapa harus bahas itu sih. Oke, aku jawab!" Ucap hera lalu menegakan badannya.
"Jadi.. aku liat.. braga dan katar, berdua di kamar mandi..." hera ia menjelaskan kejadian yang ia lihat pada saat itu secara jelas dari A ke Z kepada bara.
Mendengar penjelasan dari hera bara mengerutkan kening nya. "Apa? Ga mungkin, braga ga mungkin lakuin itu!" Ucap bara.
"Ya, aku juga ga percaya, tapi buat apa, serajin rajin nya aku, ga pernah ngarang cerita tentang keburukan nya orang!" Ucap hera lalu membuka buku yang ia sedari tadi biarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRAGA GARANTARA
Teen FictionBraga garantara, seorang siswa yang terkenal atas ketampanannya di SMA SATELIT, yang kemudian di angkat menjadi ketua osis, yang membuatnya semakin terkenal satu sekolah. Dan di sukai oleh para wanita, lebih tepatnya adik kelasnya. Beda nasib denga...