Play song : TXT Nap of a Star
“Terimakasih makanannya!”
“Sama-sama. Aku pamit pulang. Selamat malam dan selamat beristirahat.”
Ceklek!
Beomgyu dan Hueningkai segera berjalan menuju ke sofa ruang tamu rumah mereka setelah kepulangan tamu laki-laki yang tadi datang ke rumah mereka untuk memberikan serantang makanan dan beberapa cemilan.
Tamu tersebut ternyata adalah anak dari Bu Kim, pemilik kos-kosan dimana Beomgyu dan Hueningkai tinggal. Ah, lebih tepatnya anak tiri dari Bu Kim. Karena setelah perbincangan singkat di antara mereka bertiga tadi, laki-laki itu bercerita bahwa ayahnya menikah lagi dengan Bu Kim setahun setelah ibunya meninggal.
“Hueningkai, apa kau lapar?” Tanya Beomgyu sambil membuka tutup teratas rantang makanan yang diberikan oleh anak Bu Kim tadi.
Hueningkai mengangguk singkat, “kau mau makan juga, hyung?” Tanya balik Hueningkai.
Beomgyu yang mendapatkan pertanyaan seperti itu hanya menggelengkan kepalanya, lalu membuka paper bag coklat yang ternyata berisi kue brownis, beberapa cemilan, serta minuman dingin. Iapun mengeluarkan semua isi paper bag coklat itu dan mulai memilih mana yang pertama kali ingin ia makan.
“Aku ingin makan kue ini saja.” Balas Beomgyu. Hueningkai mengangguk-anggukan kepalanya pelan, lalu berjalan ke dapur rumah mereka untuk mengambil piring dan sendok makan.
“Makan yang banyak. Kau harus selalu sehat agar kita cepat lulus dan pindah dari rumah ini.” Ujar Beomgyu sambil mengunyah kue brownis yang ada di dalam mulutnya.
“Hyung, apa kau yakin kita bisa keluar dari sini hidup-hidup?” Tanya Hueningkai yang membuatnya seketika ditatap tajam oleh Beomgyu.
“Apa maksudmu? Kau pikir kita akan mati konyol di sini?”
“Bukan begitu. Tapi makhluk itu pernah berkata padaku kalau, kita berdua tidak mati, maka salah satu di antara kita pasti akan mati.”
Seketika Beomgyu terdiam. Awalnya ia kepikiran dengan ucapan laki-laki itu, namun segera ia tepis pemikiran tentang apa saja hal buruk yang mungkin akan terjadi setelah mendengar ucapan dari Hueningkai barusan.
“Bertahanlah sebentar lagi. Aku yakin kita pasti akan baik-baik saja.” Ucap Beomgyu sambil menatap Hueningkai lekat. Mencoba membuat Hueningkai yakin bahwa apa yang telah makhluk itu katakan padanya tidaklah benar.
Hueningkaipun tersenyum kecil mendengar ucapan Beomgyu, “baiklah.”
Ia hanya dapat berharap, semoga saja Beomgyu benar. Dan takdir yang telah diucapkan oleh iblis itu padanya, dapat mereka berdua ubah sesuai dengan harapan mereka.
-The Game-
23.18
Krek
Krek
Krek
Hueningkai mengerjapkan matanya berulang kali ketika ia samar-samar mendengar suara seperti kursi ada yang bergoyang di dekatnya. Iapun mengusap-usap kedua matanya pelan sambil mencoba membuka matanya secara perlahan.
Dan betapa terkejutnya Hueningkai, ketika ia menyadari dirinya sudah duduk di atas kursi goyang yang terletak di pojok ruang tamu rumahnya. Padahal seingat Hueningkai, kursi itu ada di halaman belakang rumahnya karena kursi itu sudah terlalu tua dan akhirnya Beomgyupun meletakkannya di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
(𝟐) 𝐓𝐇𝐄 𝐆𝐀𝐌𝐄 [𝐂𝐇𝐎𝐈 𝐁𝐄𝐎𝐌𝐆𝐘𝐔]✓
Fanfiction(Completed) [Ft. Hueningkai] 📍 Prequel of The Doll ❝Seharusnya, kita tidak memainkan permainan itu.❞