✧•Comeback

803 236 24
                                    

Beomgyu terus memberontak, mencoba melepaskan tangan Hueningkai dari lehernya. Beomgyu merasa sangat tidak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini. Ia dapat melihat pupil mata Hueningkai perlahan berubah mengecil, serta senyumnya yang menjadi semakin terlihat menyeramkan jika dilihat secara terus-menerus.

Sepertinya Tuhan masih berpihak pada Beomgyu. Cekikan tangan Hueningkai perlahan semakin melemah, dan akhirnya laki-laki itu jatuh pingsan di atas lantai, membuat Beomgyu dapat kembali bernapas lega. Sesaat setelah Hueningkai pingsan, Beomgyu terduduk lemas sambil bersandar di depan lemari pakaian laki-laki itu. Napasnya masih terasa sedikit sesak. Maka dari itu Beomgyu butuh waktu untuk memulihkan tenaganya yang sempat hampir hilang total ketika Hueningkai mencekik lehernya dengan sangat kencang tadi.

Ia juga sedikit menjauhkan tubuhnya dari sang sahabat. Takut jika nanti Hueningkai bangun, lalu mencekiknya lagi. Bisa-bisa Beomgyu hanya tinggal nama malam ini. Tak lama setelah itu, samar-samar terdengar suara keluar dari mulut Hueningkai. Laki-laki itu sudah bangun dari pingsannya. Namun tubuhnya terasa sakit semua, sehingga ia merasa kesulitan untuk berdiri.

"Hyung..." Lirih Hueningkai, terlihat setetes air mata keluar dari mata sebelah kanannya.

Beomgyu masih diam. Ia benar-benar merasa sangat takut dengan keadaan dan sikap sahabatnya itu malam ini. Ia juga merasa semakin yakin, ada sesuatu (tak kasat mata) yang sudah mengganggu Hueningkai. Entahlah, mungkin mulai malam ini, Beomgyu akan mempercayai keberadaan hantu. Yang sebelumnya hanya ia anggap sebagai omong kosong belaka.

-The Game-

20.03

"Sebenarnya kau ini kenapa, Kai? Bagaimana bisa wajahmu luka-luka semua seperti ini? Apa yang terjadi padamu?" Tanya Beomgyu sambil mengobati luka di wajah Hueningkai.

Tak ada jawaban dari sahabatnya itu. Hueningkai justru menangis saat mendengar pertanyaan beruntun dari Beomgyu. Ia merasa sangat tersiksa dan sudah tidak tahan lagi dengan semua ini. Hueningkai ingin mati saja rasanya. Daripada hidup tersiksa seperti ini.

"Hyung, kalau nanti terjadi hal seperti ini lagi, ku mohon, segeralah pergi. Sejauh mungkin. Jangan biarkan aku melukaimu sedikitpun. Aku tidak bisa kehilanganmu, hyung. Jebal..." Mohon Hueningkai, ia tak dapat lagi menahan air matanya. Laki-laki itu menangis sejadi-jadinya di hadapan Beomgyu. Membuat Beomgyu semakin merasa kesal dan frustasi.

Karena tersulut emosi, Beomgyupun mencengkram kuat kedua pundak Hueningkai dan menatap tajam ke arah kedua mata laki-laki itu, "katakan apa yang terjadi padaku sekarang! Kai–ya..." Kali ini Beomgyu benar-benar harus tau apa yang sebenarnya telah terjadi pada sahabatnya itu.

Hueningkai terdiam sejenak. Kemudian menatap sendu ke arah Beomgyu, "hyung, dia—ingin kita berdua mati."

Deg!

Jantung Beomgyu seketika berdetak lebih cepat dari tempo sebelumnya. Mendengar ucapan Hueningkai barusan, sukses membuat tubuhnya gemetar ketakutan. Tetapi cepat-cepat ia menyingkirkan rasa takut itu.

"Kau tidur di kamarku saja mulai saat ini." Ucap Beomgyu.

23.08

Di dalam kamarnya, Beomgyu terlihat begitu serius menatap ke arah layar laptopnya. Berhubung Hueningkai sudah tidur, iapun mulai mencoba mencaritahu mengenai permainan yang pernah ia mainkan dengan Hueningkai beberapa hari yang lalu. Beomgyu berpikir, permainan itulah yang menyebabkan Hueningkai menjadi seperti ini. Beomgyu harus segera menghentikannya. Ia tidak boleh membiarkan Hueningkai terus disakiti.

(𝟐) 𝐓𝐇𝐄 𝐆𝐀𝐌𝐄 [𝐂𝐇𝐎𝐈 𝐁𝐄𝐎𝐌𝐆𝐘𝐔]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang