Obfuscate 〜 01

1.7K 233 19
                                    

- ʜᴀᴘᴘʏ ʀᴇᴀᴅɪɴɢ -

Kamu terlihat nyata, tetapi sulit tergenggam
Rasanya begitu jauh, iya, itu membuatku tahu, di mana posisiku seharusnya (?)

- ᴏʙꜰᴜꜱᴄᴀᴛᴇ -

"Pagi."

Sapaan itu membuat seorang cowok menoleh. Tatapannya seketika beradu dengan manik hitam seorang gadis yang tersenyum padanya.

Gadis itu mendengus saat tak mendapat balasan. "Gak dibales nih? Apaan dih, songong hu!! Bisu beneran baru tau rasa!"

"Heh!" Cowok itu menyentil kening gadis itu. "Mulut lo, Cave."

Cavella mencebik seraya mengusap dahinya. Ia lantas mendudukkan dirinya di kursi samping cowok itu, ia melongok layar laptop yang menjadi pusat perhatian kekasihnya itu. "Apaan tuh?"

Lagi-lagi Cavella diabaikan. "Carvon anjing!"

"Cavella," tegur Carvon. "Masih pagi."

"Emang siapa yang bilang siang?" sahut Cavella kesal. "Lagian ditanya diem aja."

Carvon mendengus. Ia menatap kekasihnya yang menatapnya kesal. "Ya udah maaf, ngapain ke sini?"

Cavella berusaha menahan dirinya untuk tidak memaki cowok tampan di depannya ini. Lagipula pagi-pagi dateng ke rumah pacarnya buat apa? Tidak mungkin, kan, untuk maling?

"Carvon anjing! Untung ganteng," maki Cavella. Mengabaikan tatapan tajam Carvon, ia mengambil dan meminum kopi yang ada di meja, yang ia yakin itu milik Carvon.

"Pulang sana," ujar Carvon datar.

Cavella tersedak seketika mendengarnya. Ia menatap Carvon dengan bibir yang menyunggingkan senyuman, terlihat seperti senyuman terpaksa. "Bukannya disayang, malah diusir."

Carvon terkekeh pelan. Tangannya menepuk tiga kali puncak kepala Cavella. "Bercanda elah."

Cavella memberengut. Ia menepis kasar tangan Carvon. "Jangan sentuh, alergi."

"Calon dokter kok bego," dengus Carvon.

Cavella mendelik mendengarnya. Otak pintarnya tak terima dikatai bego, walau tak sepintar Rangga, seengaknya darah Regardyo yang ada dalam dirinya membuatnya menjadi salah satu mahasiswa dengan nilai tinggi; termasuk anak pintar.

Atensi keduanya lantas beralih ketika seorang pelayan datang membawakan beberapa potong sandwich dan dua gelas susu putih hangat.

"Minum, biar gak bego," ujar Carvon menyodorkan segelas susu.

Cavella melirik sinis cowok yang menjabat sebagai kekasihnya itu. Walau tak urung ia meminum susu itu. Hampir saja ia tersedak ketika tangan besar Carvon menepuk kepalanya dua kali seraya berkata, "Anjing pintar."

"Aku anjing, kamu babi," ucap Cavella kesal yang hanya direspon dengusan cowok itu.

- ᴏʙꜰᴜꜱᴄᴀᴛᴇ -

Hari Selasa Cavella memiliki tiga kelas, dimulai dengan kelas paginya, jam delapan. Walau kelas keduanya masih pukul satu siang nanti, Cavella masih berada di Universitas, menunggu Carvon yang masih ada kelas.

"Hai, bitch," sapa Vino menepuk kepala Cavella, lalu meringis ketika lengannya dipukul dengan buku oleh gadis itu.

Deon tertawa melihatnya. "Makanya berakhlak dikit," ujarnya seraya menarik kursi di depan Cavella untuk Elva, sebelum menarik kursi di sebelahnya untuknya duduk.

𝐎𝐁𝐅𝐔𝐒𝐂𝐀𝐓𝐄 : 2CTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang