Obfuscate 〜 10

636 60 36
                                    

- ʜᴀᴘᴘʏ ʀᴇᴀᴅɪɴɢ -

I can't lie. Everything is still for him.

- ᴏʙꜰᴜꜱᴄᴀᴛᴇ -

Cavella benar-benar berantakan. Memang sudah dua hari berlalu sejak malam itu, tetapi rasanya masih sama menyesakannya. Tak ada yang membaik. Bahkan mata sembabnya masih terlihat jelas.

Mungkin ini memang bukan patah hati pertama Cavella, tetapi ini adalah patah hati terhebatnya. Rasa sakitnya jelas sekali terasa.

Hubungannya dengan Carvon memang bukanlah hubungan yang manis. Tetapi, bukan berarti semuanya tak berarti.

Cavella tertawa pelan saat bayangan malam itu kembali hadir bersamaan dengan rasa sesak di dadanya.

"Brengsek," gumam Cavella mengusap matanya yang sudah basah kembali.

Sehebat itu Carvon mengacaukan hidup Cavella. Cowok itu terlalu dalam posisinya. Hingga rasanya Cavella tak bisa menghapusnya.

Bodoh. Cavella terlalu bodoh. Tapi Cavella benar-benar sudah terjebak dalam segala hal tentang Carvon. Hingga malam itu terjadi, semua luluh lantah, terlalu berantakan hingga ia sulit menatanya kembali.

Dering ponsel yang tiba-tiba terdengar menarik Cavella dari rasa sesak itu. Gadis itu mengerjapkan matanya, sebelum menggapai ponselnya. Ada panggilan telepon di sana.

"Udahan, yaaaa."

Perkataan itu yang terdengar pertama kali saat Cavella mengangkat panggilan itu.

"Gak capek, ha?" Terdengar helaan napas dari seberang sana. "Buka, gue depan kamar lo."

Cavella menatap pintu kamarnya. "Gak gue kunci," ujarnya dengan suara serak. Tepat saat ia selesai berbicara, pintu kamar terbuka.

Tenggara menghela napasnya melihat kondisi kamar. Berantakan. Walau begitu, terlihat sekali lebih berantakan pemiliknya.

"Mandi sana," ujar cowok itu memerintah.

Cavella menumpukan dagunya pada boneka beruang di pangkuannya. "Nanti."

"Sekarang," tekan Tenggara pada setiap suku katanya. Cowok itu berdecak pelan. "Lo tau, your appearance is really terrible, Cavella."

Gadis itu menenggelamkan wajahnya pada leher boneka beruang. Tenggara yang melihat itu hanya menghela napas.

Cowok bermanik hijau itu menunduk untuk memungut beberapa tisu yang berserakan di lantai dan membuangnya pada tempat sampah yang tersedia di sudut kamar. Sebelum kemudian, bergabung dengan Cavella di atas ranjang gadis itu.

Tenggara merentangkan kedua tangannya. Cavella tertawa pelan, sebelum melemparkan bonekanya dan berganti memeluk cowok itu erat. Cavella menjatuhkan kepalanya pada bahu lebar Tenggara. Tangan Tenggara bergerak mengusap punggung Cavella secara teratur dan pelan.

"Rangga nanyain lo," ujar Tenggara. Cowok itu sedikit melirik Cavella yang tetap diam. "Lo gak ngasih tau mereka?"

Masih di posisi sama, Cavella menggeleng pelan. Gadis itu terlalu sibuk pada hatinya yang berantakan.

"Lo bilang sama Rangga?"

"Gak, tapi tuh anak udah curiga," ujar Tenggara. "Lagian kalian sama-sama ngilang."

Cavella mengernyitkan dahinya mendengar itu. Kalian? Ia dan Carvon? Jadi Carvon menghilang sejak malam itu? Gadis itu melepaskan pelukan Tenggara.

"Carvon kemana?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐎𝐁𝐅𝐔𝐒𝐂𝐀𝐓𝐄 : 2CTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang