Obfuscate 〜 02

1.8K 259 133
                                    

- ʜᴀᴘᴘʏ ʀᴇᴀᴅɪɴɢ -

Dia tahu perasaan cinta kamu, tapi bukan cinta kamu yang dia inginkan.

- ᴏʙꜰᴜꜱᴄᴀᴛᴇ -

Cavella melangkah lunglai ke dalam rumahnya. Ia menoleh ketika seseorang menepuk pundaknya. Gadis itu menghela napasnya melihat Papinya-Arsen.

"Kenapa kamu? Abis nyabu?"

Pertanyaan itu membuat Cavella melotot. "Pi, astaghfirullah," ucapnya mengusap dadanya.

Arsen tertawa. "Kenapa sih? Lemes banget." Tangannya mengacak rambut anak gadisnya itu.

"Anakmu lagi patah hati," lirih Cavella melengkungkan bibirnya ke bawah. Matanya sudah berkaca-kaca, terlihat ingin menangis.

"Patah jadi berapa?" tanya Arsen. "Mau Papi satuin, gak? Pake lem," lanjutnya tanpa beban.

Bahu Cavella merosot, Arsen memang tak ada akhlak. "Pecat aku Pi, pecat aku jadi anak Papi."

"Heh!"

"Mau pindah bapak, mau jadi anaknya Om Radith aja," ujar Cavella lagi.

Arsen melotot mendengar itu. Tangannya terulur mendorong kening Cavella. "Kamu itu dari kecebong Papi, bukan Radith."

Cavella mendengus. "Udahlah, Pi. Males Vella ama Papi. Mau ke rumah Thera aja," ucap gadis itu berbalik pergi.

Melihat tingkah anak gadisnya itu, Arsen mendelik. "Heh, kamu tuh baru nginjek lantai rumah!" serunya melihat Cavella yang sudah berlalu. "Papi doain kamu diusir Rangga!"

Sisi lain, Cavella menggerutu pelan mendengar doa Arsen. Tak ada simpatinya melihat anak kesayangannya ini sedang patah hati.

Cavella memasuki mobilnya dan menjalankannya menuju rumah Thera. Tak terlalu jauh, hanya butuh 20 menit, ia telah sampai di rumah minimalis milik Rangga.

Dengan tak sabar, ia memencet bel rumah berkali-kali. Gadis itu tersenyum lebar saat pintu rumah dibuka oleh seorang pelayan. Cavella mengangguk ketika dipersilahkan masuk.

"Thera, yuhu!!" teriak Cavella menyusuri rumah itu. "Where are you?!"

"Berisik."

Cavella mendelik saat satu bantal sofa melayang padanya. Sangat ramah dalam menyambut tamu.

"Rangga anjing!!"

- ᴏʙꜰᴜꜱᴄᴀᴛᴇ -

Rangga menatap datar Cavella yang duduk di karpet seraya memakan buah strawberry. "Pulang sana," usir cowok itu.

Cavella mendelik mendengarnya. Tatapannya beralih pada Thera. "Ra, cari cowok yuk," ajak Cavella tiba-tiba.

Puk!

Satu bantal sofa kembali melayang padanya. Cavella mengerucutkan bibirnya, ia mengambil bantal sofa, lalu melemparnya kembali pada Rangga.

𝐎𝐁𝐅𝐔𝐒𝐂𝐀𝐓𝐄 : 2CTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang