Obfuscate 〜 04

461 74 33
                                    

- ʜᴀᴘᴘʏ ʀᴇᴀᴅɪɴɢ -

Kapan semuanya tentang aku?

- ᴏʙꜰᴜꜱᴄᴀᴛᴇ -

Semalam Carvon berkata akan menjemputnya. Tetapi sudah setengah jam Cavella menunggu, cowok itu belum juga datang.

Cavella menghela napasnya. Melihat jarum jam yang sudah hampir menunjuk angka tujuh, gadis itu akhirnya memilih berangkat sendiri. Ia tak ingin telat, hingga harus menerima konsekuensinya nanti.

Hancur sudah paginya ini. Dan semua kian hancur begitu melihat Carvon sudah berada di parkiran kampus bersama Vino.

Vino yang menyadari kedatangan Cavella, tersenyum menyapa. "Eh Vella, ada kuliah pagi?" tanya cowok itu itu.

Cavella tersenyum tipis. "Iya, gue duluan ya, udah hampir telat." Gadis itu lantas beranjak. Sebelum benar-benar melangkah, gadis itu sempatkan melirik Carvon yang diam menatapnya datar.

Sesampainya di kelas, terlihat kelas belum di mulai. Padahal seharusnya kini Cavella sudah terlambat dua menit. Untung saja dosen yang mengisi belum datang, membuat gadis itu bernapas lega.

Setelah mengikuti kelasnya hingga selesai, kini gadis itu beranjak keluar kelas. Berhubung hari ini hanya ada satu kelas, Cavella berniat untuk langsung pulang. Tanpa berminat untuk bergabung dengan lainnya. Anggap saja Cavella sedang menghindari Carvon. Ah atau lebih tepatnya, ia sedang malas bertemu dengan cowok itu, setidaknya untuk saat ini.

Sayangnya, saat melewati koridor menuju parkiran, Cavella justru bertemu Carvon. Gadis itu mendengus, apalagi saat Carvon memblokir jalannya.

"Maaf," ujar cowok itu pelan.

Cavella menaikkan tatapannya. "Kenapa?" tanya gadis itu. Ia mengulum bibirnya. "Kalau emang gak bisa, gak usah nawarin," ujarnya pelan, "tadi aku hampir telat karena nunggu kamu."

Carvon menatap bersalah gadis itu. "Maaf, Cave. Gue lupa tadi."

"Katanya, orang cepat lupain sesuatu karna nganggap hal itu gak penting," ujar Cavella menatap sepatunya.

"Gak gitu," sahut Carvon cepat.

"Terus apa?"

Carvon menatap Cavella. Sejujurnya ia tak benar-benar lupa, bahkan tadi pagi ia sudah bersiap untuk menjemput gadis itu. Hanya saja, "Tadi pagi, mendadak Vino telepon gue dan minta bantuan. Mobil dia mogok dan dia harus anter Kinar buat kelas pagi atau gak dia bakal ketinggalan kelasnya," jelas cowok itu.

"Gue juga," sahut Cavella pelan masih dengan menatap sepatunya. "Kalau aja gue masih nunggu lo, gue mungkin bakal ketinggalan kelas dan gak bisa ikut buat dua pertemuan berikutnya."

Cavella mendongakkan kepalanya dan menatap Carvon yang diam di depannya. Matanya terasa memanas, bahkan manik gelap milik gadis itu sudah terlihat berkaca.

"Car, kenapa Kinar dan selalu Kinar?"

Kapan semuanya hanya tentang Cavella?

- ᴏʙꜰᴜꜱᴄᴀᴛᴇ -

Untuk kesekian kalinya helaan napas keluar dari bibir cowok bermanik biru itu. Tangannya terangkat memijat sekilas pangkal hidungnya.

Vino yang melihat hal itu mendesah jengah. "Napa sih lo? Masalah hidup apa?" tanya cowok itu menendang pelan ujung sepatu Carvon.

"Berantem lagi sama Cavella?" timpal Baron menebak.

Carvon menatap Baron sekilas, tanpa berniat menjawab atau menyanggah. Hal yang membuat Baron mengangguk paham. "Udah tau dah gue."

𝐎𝐁𝐅𝐔𝐒𝐂𝐀𝐓𝐄 : 2CTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang