DILABRAK

25 14 8
                                    

"Lo kenal cewe yang tadi, Yu?" tanya Ical sembari mendudukkan pantatnya di meja Diva.

"Ihh, Cal. Lo bisa ngambil kursi kan? Lo dudukin buku gue," usir Diva melihat bukunya menjadi tempat duduk Ical.

"Apa sih, Va. Ambil aja buku lo. Gak gue berakin kan buku lo," sungut Ical menarik kasar buku Diva dan menghempaskan pada Diva.

Roman menggelengkan kepala menatap kelakuan kedua teman sekelasnya. Sudah menjadi rahasia umum kalau Ical menaruh hati pada Diva, tapi sepertinya cewek kutu buku itu tak peka sama sekali.

"Va, Ical tuh ada bisul. Ati-ati aja buku lo kena bisulnya yang pecah," ledek Roman yang dihadiahi lemparan bungkus kacang. Diva menatap tak senang ke arah Roman dan menggandeng Sella pergi.

"Makanya, kalo suka tuh bilang enggak usah ditelen sendiri. Kalo gak enak kasih kucing aja," ucap Bayu akhirnya membuka mulut.

"Gue gak suka Diva. Lo jangan sok nyeramahin gue, emangnya perasaan lo udah bener?" tandas Ical. "Btw, cewek baru tadi kok lo bisa kenal? Dia kudu ati-ati sih kalo udah kenal sama lo," lanjutnya.

Bayu menaikkan kaki di meja dan melonggarkan dasinya bertanya heran pada Ical. "Emang kenapa?"

Kali ini Roman mengetukkan penggaris ke jidat Bayu. "Lo enggak lupa, kan, kalo tiap ada cewek deket sama lo pasti dilabrak Mirza sama dayang setianya. Mirza kepedean banget ngakuin lo sebagai pacarnya. Dih, najis. Lo juga ngapain diem aja pas Mirza ngomong begitu?" omel Roman panjang lebar menyalahkan Bayu, tanpa menghentikan gerakan tangannya menyalin tugas.

Mirza. Nama kakak kelas yang dengan frontal mengakui jika Bayu adalah pacarnya. Bahkan, cewek itu dengan berani mengancam cewek yang lain untuk menjauhi Bayu atau jika tidak Mirza akan membully mereka.

Bayu, tidak bisa berbuat apa-apa. Karena orang tua Bayu dan Mirza berencana untuk menjodohkan mereka berdua, walaupun Mirza lebih tua darinya. Bayu tak ingin persahabatan orang tua meraka akan hancur hanya gara-gara dirinya. Ya, Bayu mengakui dirinya yang bodoh terlalu menuruti kemauan semua orang. Tapi, Bayu tak bisa jika harus menentang orang tuanya. Ical dan Roman tak tahu apa-apa tentang perjodohan Bayu.

Namun, untuk beberapa siswa, ancaman Mirza hanya dipandang angin lalu. Sampai sekarang masih ada yang mengirimkam cokelat pada Bayu. Tentunya tanpa sepengetahuan Mirza.

Bayu mengusap wajah memandang papan tulis dengan pandangan kosong. "Gue cuman mau lindungin Dean," lirih Bayu.

"Dean lagi Dean lagi. Katanya lo mau lindungin tapi gak gini caranya, pe'ak. Lo cuman nyakitin Dean aja. Lo kira Dean diam gak cemburu? Dia pasti ngerasain sakit hati liat lo gak nolak pas Mirza ngakuin lo pacar. Tapi, dia diem aja, karena emang dasar anaknya punya hati lembut," ucap Ical kesal menendang pelan meja Bayu.

Ical tak mengerti jalan pikiran Bayu seperti apa. Bagaimana bisa mendiamkan kelakuan iblis bisa membuatnya melindungi orang lain. Justru itu akan memperparah keadaan, membuat pelaku makin menindas korban. Walaupun, Ical tau sejauh ini Mirza tak pernah membully Dean. Alasannya, karena Mirza emang enggak tau gimana hubungan Bayu dan Dean.

Bayu mendesah pelan. "Gue gak bisa, karena gue ada janji sama Mirza."

"Putusin aja janjinya. Ribet banget," sahut Ical santai.

"Lo kata gue sama Mirza layangan?"

Tepat. Ical tersenyum miring.

"Bener, lo tuh ibarat layangannya si Mirza. Cuman ngandelin angin doang sama tarikan Mirza. Coba deh lo, putusin tali layang-layang."

Bayu tertawa mendengar ucapan Ical. "Sa ae lo, kadal gurun. Gue jadi pesawat bukan layangan."

"Ahh akhirnya pakar sosiologi bisa napas," sahut Roman meregangkan tangan.

Trist (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang