ESKUL MANAJER!?

5 1 1
                                    

Jack mengetuk pintu dan menyembulkan kepala. Pemandangan yang dilihatnya kini berbeda jauh dengan hari sebelumnya. Kamar yang selalu berantakan kini terlihat rapi. Bahkan, piala dekat jendela sudah tak ada lagi. Hanya tirai jendela yang melambai-lambai seolah mengejek kesedihan Jack.

"Aer?" Panggil Jack pelan.

Ibra menoleh, tersenyum melihat sahabatnya. "Oh, hai Jack! Kenapa hanya berdiri diam disana? Bukankah biasanya kau langsung masuk?"

"Dulu. Kini tidak akan terjadi," jawab Jack lemah. "Apakah kau yakin untuk pulang ke Indonesia? Kenapa tidak menyelasaikan akademi dulu?"

Ibra mengambil tisu membersihkan debu pada sepatu.

"Mungkin dulu aku akan melakukan yang kau katakan. Tapi tidak sekarang, Jack. Ada urusan yang harus aku lakukan di Jakarta dan aku ingin menyelesaikan sekolah di sekolah normal."

"Lalu,kau akan berhenti bermain bola begitu saja? Kau berhenti dengan mimpimu, Aer?"

"Aku tidak mengatakan berhenti bermain bola. Bola adalah hidupku, mimpi, dan duniaku. Aku tidak akan bodoh berhenti begitu saja."

"Mungkinkah kau akan kembali lagi? Melanjutkan akademi lagi?"

Ibra menghentikan aktivitasnya dan tertawa. "Hahaha.. ada apa denganmu hari ini, Jack? Kau salah makan? Harusnya kau senang aku tidak lagi mengganggu kencanmu dengan para pria."

"Aku sedang bertanya padamu, Aer!" Jack menatap Aer datar.

"Aku akan kembali, tapi tidak dalam waktu dekat, Jack. Aku belum bisa memastikannya."

Jack menatap Ibra serius. Mengumpulkan keberanian menatap mata Ibra. "Sebelum kau pergi aku ingin mengatakan sesuatu, Aer." Jack menautkan telapak tangan untuk menghilangkan kegugupan saat Ibra balik menatapnya menuggu lanjutan kalimat Jack.

"I like you"

Otak Ibra berusaha mencerna perkataan sahabatnya. Nafasnya tercekat atas pengakuan itu. Apa yang barusan di dengar telinganya? Seketika bulu kuduk Ibra meremang.

Ibra menatap cermin yang berhadapan langsung dengannya. Memandangi detail wajahnya. Tidak jelek-jelek amat, bahkan banyak yang mengagumi wajah Asianya. Tapi, kenapa sampai pria menyatakan perasaan pada Ibra?

Faktanya Ibra telah lama tau kalau Jack mengaguminya. Mengagumi selayaknya lawan jenis. Namun, ketika mendengar langsung, Ibra merasakan kiamat di wajahnya.

Ibra menurunkan tangan Jack dari pundaknya.

"Aku sudah tau sejak lama. But, I'm sorry. I will be only your friend, not your boyfriend gay! Never, Jack," Tandas Ibra

🐙🐙🐙

TAK!

Bayu melempar botol mineralnya asal. Kemudian meluruskan kaki sambil mengipas badannya.

"WOI! Lo gak liat kepala gue?" teriak Razi kesal. Gimana gak kesal, kalo lagi enak-enaknya minum terus ketiban botol yang masih berisi air setengahnya. Alhasil, air yang diminum Razi masuk ke hidungnya sendiri.

"Ya elah, Ji, tempat sampah kan deket lo. Sekalian dong gue minta tolong buangin," ucap Bayu tanpa wajah bersalah.

"Lo ye bukannya minta maaf malah main perintah aje. Untung kapten."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 06, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Trist (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang