GUE BAYU

20 15 3
                                    

Suara kunci gerbang di belakang Tris membuatnya menghela napas bersyukur. Telat satu detik saja, Tris yakin ia tidak akan berdiri di halaman sekolah barunya ini dan sudah pasti akan kena marah Anti lagi.

"Yes, hampir aja!" gumam Tris melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul tujuh tepat bersamaan dengan bunyi bel otomatis.

Jika mengikuti kemauan hatinya, Tris belum mau sekolah hari ini. Tapi, Anti memaksanya memilih sekolah atau gak dibolehin main bola. Mau tak mau Tris membuka matanya dan memaksa tubuhnya menikmati air dingin.

Suara siswa di luar gerbang agar diperbolehkan masuk kini melemah. Mungkin mereka memanjat pagar atau mencari jalan pintas lainnya. Tris berpikir ia akan mencari jalan alternatif nanti, untuk persiapan jika dia telat.

Tulisan timbul SMA Gantara terpampang diatas aula masuk sekolah. Tris berjalan melintasi aula berdecak kagum melihat SMA barunya. Beberapa anak cowok masih berjalan santai meskipun bel sudah berbunyi. Melihat dari penampilannya, Tris yakin jika mereka pasti most wanted SMA Gantara. Tris sudah terbiasa dengan siswa modelan seperti mereka.

Di SMA Wisteria --sekolah lamanya-- Tris kenal dekat dengan siswa semacam itu. Bahkan sempat menjalin hubungan, tapi tidak lama hubungan mereka kandas karena ulah Tris sendiri. Ini bukan saat yang tepat untuk membahas SMA Wisteria. Ada hal yang lebih penting harus dilakukan sekarang.

Kemudian Tris terdiam tersadar sesuatu. "Oh iya, gue harus ke ruang kepsek sama tata usaha dulu," gumam Tris menepuk jidatnya sendiri.

"Tapi, ruangannya dimana ya? Siswa udah pada masuk lagi. Goblok banget emang lo, Tris, pagi-pagi ngedrama. Nah, ngapain juga gue ngobrol sendiri? Bisa gila gue kelamaan gini terus," ujar Tris bermonolog.

Tris meyakinkan diri berjalan menelusuri koridor. Membaca satu-persatu papan kecil di sudut pintu.

"XI IPS 2, IPS 3, IP.."

BRUUK!

Tubuh Tris terbanting ke sisi kiri sebelum dia tau apa yang terjadi. Kedua lengan Tris sigap menahan wajahnya yang berjarak lima sentimeter dari lantai. Hampir saja Tris mencium lantai yang telah dijejaki banyak sepatu. Bayangan sepatu yang menginjak kotoran ayam dan lantai ini hampir mengambil ciuman pertamanya memenuhi otak Tris. Iww.. membayangkannya saja Tris mau muntah.

Tris melihat tak percaya bola basket yang menggelinding di dekatnya. Bagaimana bisa mereka main bola dalam kelas tanpa ketahuan guru. Yang cewek apa enggak risih?

"Woy, ambil bolanya. Nanti diliat Pak Hikmah," teriak cowok panik dari dalam kelas.

"Bukan gue."

"Apalagi gue," timpal suara lainnya.

"Si Afif tuh. Fif ambil bolanya, kan elo yang lempar."

"Gue gak mau. Gue denger ada orang jatuh kena bola gue. Kalo misalnya itu guru gimana? Sekelas bakalan  dihukum."

Tris mendengar percakapan dari luar kelas dan menoleh melihat posisinya sekarang. Seperti putri duyung terdampar. Argh sial! Tris jatuh dengan sangat tidak indah.

"Auw.. siku gue," ringis Tris.

"Woy.. liat! Putri duyung dari pantai mana nih terdampar di SMAGAN?" teriak cowok rambut keriting di depan pintu 11 IPS 3 berkacak pinggang.

Mendengar itu, Tris tersadar banyak pasang mata yang kini menatap heran padanya. Seingatnya tadi, semua siswa masuk kelas. Tapi, kenapa sekarang dirinya menjadi tontonan di koridor.

"Loh Tris, lo ngapain ngesot di lantai? Mau ngepel?" tanya seorang cowok langsung jongkok merangkul Tris berdiri.

Tris termundur kaget melihat wajah cowok itu. Dia cowok yang sama dengan yang menyapanya kemarin. Tetangga lamanya. Tris melepas tangan cowok dari bahunya.

Trist (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang