•11• Teman dan Luka lama

522 110 15
                                    

_____W O N D E R W A L L_____

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_____W O N D E R W A L L_____

Duduk menopang kan raga di kursi santai belakang rumah, memberi kenikmatan tersendiri bagi istri si Haitani itu. Bosan teramat bosan selalu meredupi kesehariannya. Tak ada sosok Rindou yang bisa diajak bertengkar, ataupun teman main. Apakah dia perlu bermain bersama para arwah-arwah perempuan murahan sebagai pengusir jenuh?

Bukan ide buruk, tapi y/n terlalu malas. Mereka sudah mati, hanya tinggal arwah penasaran saja. Itu tidak seru.

"Aku butuh teman. Rumah sebesar ini terlalu membosankan."

Mengambil ponselnya, y/n mencari beberapa gambar hewan dari internet, "Anjing Helder bagus juga. Tapi aku ingin yang mungil dan imut."

Terus menggeser layar, atensinya fokus mencari rupa dari hewan favoritnya.

"Kalau Anaconda boleh juga. Terus aku minta dia melilit Rindou waktu tidur. Tapi, jangan deh, terlalu beresiko."

Menolak menyerah, dia terus menggulirkan permukaan benda pipih tersebut.

"NAH INI DIA!!! INI NIH YANG BAGUS!!" sahutnya senang ketika melihat sosok hewan berbulu dan berukuran kecil yang memenuhi kriteria teman mainnya.

Gambar tupai berwarna coklat itu y/n tarik hingga mengeluarkan mahluk yang sama persis di foto tadi dari ponsel.

Seperti kebanyakan fauna pada umumnya, Tupai tak bisa bicara. Itu telak tak bisa diganggu gugat. Para ilmuwan sudah menjabarkan dan meyakinkan bahwa tupai memang tidak bisa bicara - kecuali the chipmunk, garis bawahi mereka semua hanyalah kartun. Tapi, bukan si gadis aneh namanya jika tidak bisa melawan hukum alam.

Jentik jari sedetik terdengar. Tupai seakan bisu itu kini mulai membuka mulutnya dan berbicara seperti manusia.

"Hey!! Aku ada di kebun binatang tadi!! Kenapa bisa ada di sini?!! Lalu kau ini siapa??" Ucap si tupai heran.

"Aku y/n, mulai sekarang kau jadi temanku!!" Ujar y/n spontan.

Bingung beberapa saat, tupai menggaruk-garuk kepalanya.

"Tunggu sebentar ... KENAPA KAU BISA MENGERTI APA YANG AKU BICARAKAN?!!" Fauna itu melongo hebat menyaksikan perempuan di depannya bisa paham setiap kata darinya.

"Karena sihir lah. Hanya aku yang bisa paham apa yang kau bicarakan. Orang lain hanya akan menganggap kau bisu dan membuka mulut tak bertujuan untuk apa."

Paham maksud perkataan sang puan, tupai mengangguk sejenak.

"Baik-baik. Kita berteman sekarang. Tapi beri aku kacang kenari!! Jika kau tidak punya, pulang kan saja aku ke kebun binatang. Aku malas jika punya teman tak bermodal."

Tertawa renyah y/n menyunggingkan senyum aneh, "Jangankan kacang kenari, kacang dari batu berlian pun bisa kau dapatkan dariku jika kita berteman."

Tawaran bagus, tupai tingkat elite pun tak akan mampu menolak kesepakatan ini. Si tupai mesam-mesem sendiri karena tertarik, "Oke!!"

Kacang kenari pun muncul tiba-tiba dari atas kepala si Tupai.

"Karena kau baru di sini, jadi mari beri nama. Aku akan menamaimu, Chewy saja. Sepertinya cocok untuk dirimu yang mulutnya lentur dan suka mengunyah." Jelas y/n.

Mendapati panggilan baru untuknya, sang tupai setuju-setuju saja dan malah giat memasukan satu persatu kacang kenari dalam mulut kecilnya.

"Lalu sekarang kau mau apa? Mengurungku di kandang?"

"Salah besar!! Kita akan menemui Rindou Haitani, suamiku yang hobi selingkuh. Mari kita lihat sedang apa dia sekarang." Cakap y/n digerogoti antusiasme.

✾✾✾

Sapuan udara menerpa di penghujung kawasan berdominasi pohon dan beberapa batuan yang berjejer. Aroma khas wewangian tercium dari ujung ke ujung. Area yang begitu sunyi. Penghuninya ada ratusan, tapi tak ada satu pun tuturan terdengar. Lebih baik demikian. Jika pun mereka bersuara, mungkin itu lebih buruk lagi.

Sang puan bersama Chewy, bersembunyi di balik pohon. Memerhatikan satu sosok siluet di seberang sana lekat-lekat. Lelaki berpakaian polos. Lelaki dengan watak keras. Sekaligus lelaki yang berstatus sebagai suaminya sendiri, Rindou Haitani. Tengah duduk seorang diri. Sambil menyetuh batu dirasai bagai hati teriris-iris.

Sorot penuh rasa tidak perduli, bibir setajam belati, hati sekokoh baja, mimik datar kerap tak berekspresi kala itu ... menghilang - semuanya tidak tersisa.

"Maaf baru menemuimu sekarang, Ran." Sahut Rindou pada sebuah batu nisan dengan bertuliskan marga yang sama dengannya.

Dia menahan tangis, meratapi kepergian yang sudah berlalu dalam waktu lama. Berusaha agar tak terisak kencang, saat terpaksa kembali membuka luka lama dalam hatinya di masa lampau. Mengingat lagi waktu itu, ketika kabar duka datang menegur hidupnya. Tatkala menyadari bahwa sang kakak, Ran Haitani ... Sudah pergi untuk selamanya meninggalkan Rindou, hingga menyisakan hati yang kosong diiringi rasa bersalah.

"Andai saja aku sempat mencegahmu pergi kala itu ..." Tutur Rindou dipenuhi keputusasaan tentang penyebab kematian sang saudara tertua.

Hai ...

Semoga suka ya update kali ini dan nantikan kelanjutannya ...

#Ranudahmokad🙆

Itu aja sih, see u guys

☆ ☞ ⭐

WonderwaLL || Rindou Haitani x ReadersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang