3. Bunda untuk Zaky

202 13 1
                                    

"Mas Afif..." Aldan mengela napas ringan sebelum menoleh dan menatapku dengan senyum tipis. "Dulu aku gak tau gimana cara jaga Alea setelah Mas Aren pergi. Aku, Papa dan Mama bener-bener gak tau gimana cara kembaliin dunia Alea setelah pelanginya hilang. Kami benar-benar gak punya cara lagi, sebelum mas Afif datang dan bersedia menggantikan posisi Mas Aren"

Aldan tampak berat melanjutkan ucapannya. Berkali-kali ia menarik napas panjang dan mengalihkan pandangan sebelum kembali menatap ke arahku.

"Alea, dia bagiku bukan cuma sekedar adik. Dari kecil sampai besar aku dan Mama selalu hidup dengan baik sampai kehadiran Alea ke dunia ini, rasanya semua begitu sempurna. Semua rasanya lengkap. Aku punya Papa, Mama dan adik perempuan. Siapa pun yang ada di posisi itu pasti sangat bahagia" ucap Aldan. Aku hanya diam, menyimak.

"Aku berterimakasih banyak karena Mas Afif sudah menjaga Alea di sisa umurnya. Sudah menerima Zaky meskipun dia bukan darah daging Mas Afif, sudah merawat Zaky sampai dia sebesar sekarang. Lihat Zaky, aku selalu ingat Alea, semoga Allah menempatkan dia di tempat terbaik di sisi-Nya" Lanjut Aldan, aku ikut mengaminkan dalam hati.

"Sekarang..." Aldan berdehem pelan. Ia tersenyum tipis dan berkata, "Aku yakin mas Afif pasti sudah tau tentang papa dan Ayara."

Aku mengangkat kepala, mengangguk kecil.

"Mungkin semuanya seperti kebetulan ya, Mas?" Aldan terkekeh pelan. Ia menyandarkan tubuhnya pada kursi sambil mendongakkan kepalanya.

"Allah adalah sebaik-baik perencana," ucapku sembari mengela napas pelan. Ikut menyandarkan tubuh di sampingnya. "Sebelum menikahi Alea saya sudah berjanji akan menjaga Alea dengan baik, menggantikan posisi Mas Aren sebagai suami Alea dan Ayah untuk Zaky. Saya ikhlas melakukan semua itu karena Allah. Saat Alea pergi, saya merasa dunia saya tiba-tiba menjadi gelap. Saya takut tidak bisa menjadi ayah yang baik untuk Zaky, saya takut tidak bisa merawat dan membesarkan Zaky seorang diri. Tetapi saya yakin jika Zaky adalah anugerah terindah yang Allah titipkan untuk saya. Sampai pada saat saya bertemu kembali dengan Ayara"

Aku memejamkan mata sejenak, mengulas ingatan saat aku bertemu kembali dengan Ayara. Saat itu setelah aku mengadakan pertemuan kecil dengan teman masa SMP-ku secara tidak sengaja aku melihat Ayara sedang duduk di kursi depan masjid. Awalnya aku pikir rasanya tidak perlu menghampirinya untuk menyapa atau berbincang sebentar, tetapi aku tidak bisa menahan diri untuk melangkah dan mendekat ke arahnya. Semua terjadi begitu saja sampai pada akhirnya aku bertemu kembali dengannya di perusahaan pak Ridwan. Semakin melihatnya aku merasa perasaan yang dulu pernah hilang kini kembali muncul ke permukaan. Rasa itu kembali tumbuh dengan subur bahkan saat aku melukainya pun aku semakin ingin menjadikan ia sah sebagai milikku.

"Saya mencintai Ayara jauh sebelum saya di pertemukan kembali dengannya di perusahaan pak Ridwan. Sejak dulu saya hanya bisa menatapnya dari kejauhan, berharap dan berdoa, semoga suatu saat nanti Allah menyatukan kami dalam ikatan halal. Selama bertahun-tahun ini saya tidak pernah berharap lagi, bahkan setelah Alea pergi saya tidak berharap akan kembali memulai pernikahan. Saya merasa, bersama Zaky semuanya sudah lengkap" Aku terdiam sesaat, sebelum aku merasakan ada tepukan pelan di bahu kiriku.

"Aku tau, buat Mas Afif ini pasti terlalu berat." Aldan tersenyum mengerti.

Aku mengangguk pelan. Menautkan kedua tanganku dan saling menggenggam erat. "Tetapi saat bertemu kembali dengan Ayara, saya merasa rasa sakit dan beban berat yang saya pikul sebelumnya adalah untuk bertemu dengannya. Harapan saya yang sebelumnya padam tiba-tiba menyala, saya menginginkan kehidupan pernikahan yang baik. pernikahan yang saya idam-idamkan selama ini. Saya ingin memberikan keluarga utuh untuk Zaky, saya juga ingin memberikan ibu untuk Zaky" Aku merasa ada lapisan bening yang membuat penglihatanku sedikit memburam. Sejak kecil, aku akan mudah menangis bahkan karena hal kecil. Tetapi saat ini aku tiba-tiba ingin menangis karena penyesalan yang tidak ada habisnya. Penyesalan karena telah berhasil membuat Ayara terluka. Penyesalan karena telah berbohong dan membuatnya kecewa. Rasa ini begitu sesak dan sangat menyiksa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lelaki ImpianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang