Epilog

982 112 27
                                    

"Karina!"

Kedua gadis yang sedari tadi bercanda kini menoleh pada lelaki yang sekarang tengah berlari ke arah mereka.

Jeno, lelaki itu kini berdiri di hadapan Winter dan Karina. Jeno sekilas melirik sosok di balik tubuh Karina, sedangkan yang dilirik hanya diam dan semakin menutupi tubuhnya dengan tubuh gadis di depannya. Tau arah pandang Jeno, Karina meraih tangan Winter untuk digenggamnya, bisa dilihatnya Jeno menatap tak suka.

"Apa?" Suara datar Karina menghentikan aktivitas iri dengki lelaki di depannya.

"Tadi aku nge-chat kamu buat ngajak kamu ke pantai, dan kamu balas gak bisa karena ada kepentingan. Ternyata kepentingannya ini? Kamu bohong ternyata kamu juga pergi ke pantai tapi bukan sama aku." Protes Jeno.

"Ya terus? Salah kalau kepentingan saya itu menghabiskan waktu dengan kekasih saya?" Balas Karina yang sengaja menekan baris terakhir kalimatnya.

Tentu saja itu membuat Jeno terkejut dan menggeram tak suka. Dia kemudian memandang Winter maupun Karina secara bergantian seakan meremehkan sosok Winter yang masih dengan beraninya bersanding dengan Karina padahal gadis itu sudah ia gertak di hari lalu.

Karina terusik gadisnya dipandang seperti itu oleh lelaki di depannya, ia pun maju satu langkah agar tubuh kekasihnya ter-cover olehnya, netranya juga menajam memandang laki-laki yang dengan kurang ajarnya mengganggu mood sore mereka.

"Rin, jadi gue gak ada kesempatan? Lebih baik gue Rin dari pada dia."

Karina geli sendiri mendengarnya, ia menanggapinya dengan tawaan yang terkesan meremehkan.

"Memang kapan saya kasih kamu kesempatan, Jeno? Kamu sendiri yang nekat mendekati saya walaupun saya sudah terang-terangan menolaknya. Dan saya tanya, lebih baik dari mananya dengan mengintimidasi orang lain yang kamu anggap lawan?"

Jeno terkesiap, ia tak menyangka Winter akan berani mengadu pada Karina tentang hal itu. Wajah lelaki itu pun merah padam menahan kesal juga malu dengan apa yang keluar dari mulut Karina.

"Jeno yang katanya sosok berwibawa itu ternyata cuma cawan kosong. Ah... Bagaimana jika mereka tau yang sebenarnya? Mereka percaya tidak ya?"

Karina berhasil menggiring emosi sang ketua Osis itu, wajahnya semakin memerah dengan tulang rahang yang tercetak jelas di sana.

Karina tak sedikitpun gentar dengan hal tersebut, bahkan saat tangan lelaki itu terangkat pun ia masih tetap diam dengan tatapan tajamnya. Namun begitu, tangan kekar Jeno tak sempat mendarat di kulit pipi Karina, gadis yang sedari tadi diam di belakang tubuh Karina lebih dulu menahannya di udara.

Karina yang tadinya sudah siap menerima kerasnya tangan Jeno pun dibuat terkesiap dengan apa yang dilakukan gadisnya itu.

Lebih membuat terkejutnya lagi, Winter dengan beraninya menendang keras tulang kering lelaki itu. "Mampus kan lo! Jauh-jauh dari cewek gue!"

Karina meringis ngilu melihat Jeno yang kesakitan sembari memegangi kakinya dimana itu bekas tendangan Winter.

Karena kesal, Jeno yang tadinya memegangi kakinya kini bergerak seakan ingin menerjang Winter dengan pukulan. Namun belum juga mendarat, gadis yang entah dari mana datangnya langsung menarik kebelakang kerah baju Jeno, hampir saja dia terjengkang ke tanah.

"Tuh lihat! Macem-macem gue sebar vidio lo tadi!"

Ketiga orang yang tadi terlibat cekcok langsung melihat ke samping kiri mereka, terlihat gadis lain tengah memegang handphone, merekam setiap kejadian yang beberapa menit tadi berlangsung. Winter maupun Karina terkejut, mereka sama sekali tak tahu jika Ningning merekam mereka bertiga sedari tadi. Ningning berjongkok di belakang gazebo ya mana mereka lihat tadi.

Ningning pun berhenti merekam dan menghampiri rekan-rekannya, berdiri dengan percaya diri di depan Jeno sembari menenteng handphonenya.

"Masa iya vidio ketos mau mukul cewek gak bisa viral. Ya gak?"

Jeno yang sudah emosi sedari tadi pun berusaha merampas handphone gadis di depannya itu, tapi sialnya dia kalah cepat dengan Ningning.

"Hapus gak!?" Jeno berteriak frustasi.

Giselle, gadis yang tadi menarik baju Jeno sekarang mengambil alih handphone Ningning.

"Jangan mentang-mentang lo punya jabatan di sekolah, lo jadi bisa seenaknya intimidasi adek kelas lo sendiri. Ya sekarang kita balik keadaannya, Jeno. Kita bisa aja kirim vidio ini ke akun gosip sekolah kita, gak susah kok buat vidio ini viral, apalagi lo ketos ya kan?" Giselle tersenyum kemenangan saat melihat lawannya sudah dibawah tekanan.

Jeno menjambak rambutnya frustasi kemudian menatap Giselle nyalang, "mau kalian apa, huh!?"

"Simple aja sih, gak usahlah banyak bertingkah, apalagi sampai gunain kekuasaan buat dapetin sesuatu. Jangan sampai kejadian lagi kayak lo sama Winter kemarin. Saingan ya saingan aja, gak usah intimidasi segala, gak sehat itu namanya. Akhirnya juga Karina milih Winter kan, ya karena Winter beda sama lo. Lo juga harus hargai keputusan Karina, jangan maksa! Emang lo siapa? Bapaknya?

Inget! Kunci lo ada di kita. Gampang sebenarnya buat nyebarin nih vidio, tapi kita milih buat kasih perhitungan aja sama lo. Kalau sampai kita denger lo buat ulah lagi, palingan nih vidio cuma bertengger di akun lambe turah." Ucap Giselle santai tak memperdulikan Jeno yang terlihat ingin menerkamnya.

"Ngapain tuh mata gak enak banget ngeliatin doi gue!? Tak culek loh matamu! sana pergi!" Kesal Ningning dengan aksen khas kota asalnya.

("Gue tusuk ya mata lo!")

Jeno yang tak ingin lagi membuat masalah dengan keempat gadis tersebut, pun pergi meninggalkan mereka dengan emosi yang masih tersisa. Sedangkan keempat gadis tersebut bersorak kemenangan sepeninggal lelaki itu.

Sebenarnya Karina tak hanya dengan Winter saja di sana. Karina maupun Winter sama-sama membawa sahabatnya untuk bergabung dengan mereka, sekalian mendekatkan Giselle dengan Ningning rencana mereka.

"Jadi kakak tuh doi kamu dek?" Tanya Giselle yang tak bisa menahan senyumnya.

Sedangkan Ningning? Ningning yang memerah wajahnya pun pergi beralibi membeli minum. Tapi Giselle yang kesenangan juga tak membiarkan Ningning lepas begitu saja, ia terus saja mengikuti gadis yang lebih muda kemanapun kakinya melangkah.

"Tapi tadi kita udah beli minum loh dek."

"Habis!"

"Lah itu air laut loh banyak."

"Sudah gila!?"

Winter Karina yang melihat interaksi kedua sahabatnya itu pun tak bisa menahan gelak tawanya.

Sore itu benar-benar pengalaman paling berkesan bagi mereka. Kebahagiaan bagi Karina dan Winter, juga awal cerita dari Giselle dan Ningning.

Bahkan terbenamnya matahari pun tak membuat kebahagiaan mereka ikut terbenam jua.

End

Gimme gimme now!
Gimme gimme now!
Zu zu zu zu.

GIMME OXYGEN JUSEYOOO! TT

Buat Drama Sendiri Yuk! (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang