Jouska

1.4K 139 7
                                    

Suasana kantin ramai seperti biasa apalagi di awal waktu istirahat, biasanya meja kantin selalu penuh duluan saat aku kemari, tapi beruntung tadi sempat jam kosong sehingga aku dan temanku lebih dulu kemari dan mendapatkan tempat duduk.

Teman-temanku mulutnya disibukkan dengan santapan mereka, tapi mereka masih sempat-sempatnya spill the tea dan aku diam saja sambil menyuap roti ke mulutku. Aku sibuk dengan obrolan di kepalaku sendiri, lebih asik menurutku dari pada gibah bersama manusia di sekitarku sekarang.

"Woy, Rin!" Aku tersentak merasakan tepukan di pundakku dan teriakan yang memekakkan telingaku, alisku bertaut menunjukkan kekesalan pada manusia yang sekarang menyengir tanpa dosa.

"Habisnya dari tadi gue panggil ngak jawab."

"Apasih sell?" Tanyaku ketus.

Giselle—teman sebangku ku—dia malah menunjuk seseorang dengan matanya, aku ikut melihat kemana arah mata Giselle tertuju, gadis rambut merah dengan wajah khas china yang tertangkap mataku.

"Gemes, calon degem gue itu." Ucap Giselle terdengar percaya diri.

"Itu cici cici juga mana mau sama modelan kadal." Balasku pedas.

"A.S.U, badak!"

Mataku membola melihat betapa sarapnya temanku satu ini, "dih, stress."

"Eh anjir, ngak bilang lo pada kalo lihat Winter." Aku bingung yang diucapkan Shuhua.

"Itu cewek china yang gue tunjuk tadi namanya Ningning, lah yang di sebelahnya itu namanya Winter, mereka kemana-mana bareng mulu udah kayak sandal." Giselle menjelaskan seakan tau kebingunganku.

"Adek kelas sekarang kok pada cakep-cakep banget sih, jadi pengen nikahin." Anak sekalem Lia saja sampai lebay begitu lihat si Winter Winter itu, se-famous itukah Winter?

Aku mengarahkan pandanganku pada dua gadis yang duduk berhadapan di meja yang cukup jauh dari mejaku, banyak pasang mata yang melihat kearah mereka tapi mereka tak sekalipun terganggu dan malah santai bercanda gurau. Aku memang sedari tadi melihat gelagatnya, cantik sih makannya famous, hingga tak sengaja pandangan kami bertemu, manik mataku bertemu dengan manik mata miliknya, gadis berambut pendek dengan pipi tembam bernama Winter itu melihatku.

Pandangan kami terputus karena kedatangan beberapa orang yang aku yakin itu teman si gadis rambut pendek itu, punggung mereka menutup pandanganku dengannya.

"Rin, jangan ngelamun, kesambet mampus." Ucapan Shuhua menyadarkanku.

"Mana bisa kesambet, orang Karina sejenis sama setannya, sejenis mana bisa kerasukan." Demi apa ingin rasanya aku tendang si Giselle ini, kalo ngomong emang suka gak ngaca, kalo Karina setan terus dia apa? Dajjal?

"Balik yuk! mau bell, mana UH matematika lagi, anjir gue belum banyak apalin rumusnya." Lia grusak-grusuk memasukkan bukunya kedalam tas.

Untung tadi malam aku begadang belajar MTK buat UH, siap lah aku ngerjainnya.

"Ngapain panik, orang temen kita tuh kunci jawaban hidup." Giselle bicara sembari melirikku yang memang berjalan di sampingnya.

Bosan aku dengan kelakuannya, aku hanya membolakan mataku tak berniat menjawab.


Tbc

Buat Drama Sendiri Yuk! (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang