Apa musim telah berganti?

575 104 8
                                    

Hari ini aku dan rekan theaterku lainnya disibukkan dengan syuting drama di studio, karena auditorium sekolah kami sedang digunakan pelaksanaan rapat oleh guru sehingga kami diharuskan menyewa studio theater yang ada di pusat kota. Aku sibuk membantu lainnya men-setting panggung, menata lampu juga menyiapkan kamera. Kami tidak tampil secara langsung di depan banyak orang, festival theater nasional itu hanya menerima bentuk rekaman, jadi perasaanku lebih santai tak sampai demam panggung.

"Kak, habis take drama kita jalan-jalan yuk!"

Aku hanya mengangguki ajakan Winter, ngak ada salahnya juga, mumpung lagi di pusat kota ya kan, aesthetic pasti kalau menjelang malam.

Dari jam 7 pagi sampai jam 5 sore hanya kami habiskan untuk theater. Dari gladi bersih, make up sampai take vidio cukup menghabiskan waktu seharian ini, ya karena saat take vidio ada saja yang salah sehingga kita mau tak mau mengulang lagi dari awal, begitu saja terus sampai sempurna.

"Akkhhh akhirnya!!!" Teriakku sambil meregangkan badan, lega rasanya akhirnya selesai urusan theaterku, jadi sisa waktuku ingin ku habiskan motoran bersama Winter keliling kota.

"Hahaha, lega banget romannya."

Aku menyengir membalas Winter, ya jangan ditanya lega apa ngak, lega lah, seharian nge-drama mulu...

Hidup udah drama, aku main drama pula.

"Sini Winter pakein." Tau aku kesusahan mengaitkan tali helm, Winter melakukannya untukku, sedikit berjinjit dia mengaitkan tali helmku. Geli rasanya melihatnya berjinjit seperti itu, gadisku memang lebih pendek dariku.

"Ini kita jalan kemana!?" Tanyaku sedikit berteriak, bisingnya jalan raya bisa meredam suara jika bicaraku tak keras.

"Enaknya kemana!?" Teriaknya tak kalah keras.

Aku melirik ke samping, motor kami melaju di jembatan sehingga aku bisa melihat dengan jelas indahnya pemandangan di pinggir sungai, lampu-lampu menerangi di tepi sana, bangku panjang yang penuh dengan muda-mudi bermesraan, iri rasanya tapi kan aku punya Winter(?)

"Kesana yuk!" Aku menunjuk taman di pinggir sungai, Winter hanya mengangguk dan melajukan motornya lebih cepat untuk kesana, sedikit kaget sebenarnya hingga aku mengeratkan pelukanku pada Winter, bisa kudengar juga kekehannya di balik helm itu, modus.

Kulihat Winter di sampingku tengah melempar kerikil ke sungai, aku maupun Winter hanya duduk dalam diam di salah satu bangku yang tersisa, bahkan dalam diam saja cukup menyenangkan bagiku jika itu bersama Winter.

Udara malam cukup dingin disini, beruntung jaket milik Winter menghalangi angin menerpa kulitku. "Pakai ya, aku ngak mau kakak kesayangan aku sakit, aku masih ada kemeja kok." Senyum-senyum sendiri aku mengingatnya.

"Win, kamu tau ngak si Lia temen aku pacaran sama temen sekelas kamu, si Ryujin-Ryujin itu." Dia menoleh padaku, bisa ku lihat tampang kaget Winter.

"Demi apa sih!? Twing."

Aku terkekeh, "aku juga kaget sih pas dia cerita, bisa-bisanya Lia doyan sama adek kelas." Ucapku sambil melirik Winter.

"Ryujin malah belum cerita pas aku nongkrong sama dia, lagian kok temen kakak bisa suka yang modelan si Ryu ya? Jamet kelas."

Dia kemudian menoleh padaku dengan tampang mengejek, "lagian kakak juga ngak sadar diri, kakak juga doyannya ama yang adek kelas tuh, gitu kok ngomongin kak Lia."

Aku melotot ke arahnya, tanganku dengan bebas memukul bahunya cukup keras. I know that's true, but still hurts.

Aku menengadah menatap bintang yang bertebaran indah di atas sana, bahkan sangatlah indah saat kau bersama orang yang kau sayang. Dalam diam aku menatap indahnya langit malam, hingga diam itu mengundang perasaan yang paling ku hindari, pikiran yang paling ku benci kini mengurungku.

"Minjeong-ah..."

Tau nama aslinya ku sebut, dia menoleh dan melihatku dengan serius menunggu aku membuka mulut lagi.

"Sebenarnya..." Pandanganku kini beralih pada gadis yang sedari tadi menunggu lanjutan kalimatku, "hubungan kita ini apa?"

-

Wanita yang lebih tua membukakan ku pintu setelah beberapa kali ku ketuk, aku tersenyum dan memberi tau maksud kedatanganku, mencari anak gadisnya yang seharian ini tak nampak mataku.

"Permisi tante, Minjeongnya ada?" Tanyaku pada wanita yang berdiri di depanku.

Wanita itu menggeleng, "dia tadi izin nginep di rumah temannya."

Kecewa menghinggapi hatiku, mau bagaimana lagi, aku pun pulang tanpa melihatnya.

-

"Tante, Minjeongnya ada?"

Lagi-lagi gelengan yang ku terima.

"Minjeong tadi keluar sama Ningning, motoran katanya, tapi ngak tau kemana."

Aku tersenyum kecut, lagi-lagi aku pulang tanpa melihat gadis yang dari kemarin tak aku temui.

-

Sudah dua hari ini sejak terakhir kali aku bertemu dengan Winter, kemana dia? Ada apa dengannya? Aku tak lagi mendengar kabarnya setelah aku dengan lancang menanyakan hubungan kita berdua. Aku salah, aku menyesal sungguh aku menyesal. Harusnya aku lebih menahannya lagi, seharusnya aku memendamnya sedikit lebih lama lagi. Dan lihat, kecerobohanku membuatnya pergi.

Sungguh lesu aku menjalani hari-hariku belakangan ini, tidak ada lagi lelucon garing darinya, tak ada lagi tawa renyahnya, bahkan hanya sapa saja aku tak mendapatkannya.

Kamu kemana? Kamu apa kabar? Aku tak sedang rindu sepihak kan?


Tbc

Buat Drama Sendiri Yuk! (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang