"Ada apa Noe?" Tanya domi, saat Noe melepaskan gigitannya. Noe mengelap darah yang mengalir di bibirnya, perlahan bergumam dengan ekspresi yang dingin.
Tanpa adanya Perasaan.
"Maaf Domi." Seru Noe, hanya perkataan singkat itu membuat Domi merasakan denyutan sakit di hatinya. Domi tersenyum kecil dan mengusap gigitan yang dibuat Noe di lehernya. Seolah seperti sebuah tanda kecil.
Hanya sekedar Tanda, Tanpa adanya sebuah Arti. Ras Vampir saling memuaskan satu sama lain, bukan karena adanya perasaan melainkan hanya karena sebuah keharusan.
Ras Vampir istimewa. Untuk menjaga keistimewaan itu. Ras Vampir, menganggap hubungan seperti ini hal yang biasa.
Suatu Kehormatan.
"Kau sudah mendapatkannya, Noe. Selamat." Seru Domi pelan, tersenyum simpul. Dia mendekat ke samping Noe, berbisik pelan di wajah datar Noe. Surai putih yang begitu indah, dengan mata berwarna merah yang hampa.
Keindahan Tiada Batas.
"Sekarang, kau bisa mencari kebahagiaan mu. Sendiri, ya kan Noe?" Seru Domi dengan nada suara yang lirih. Noe dengan ekspresi dinginnya, tanpa ada perubahan ekspresi apapun.
Noe sudah Menemukannya.
Perasaan yang sudah lama dihilangkan oleh ras Vampir hanya demi Keistimewaan.
Vanitas. Segalanya tentang Dia, Sejak Noe mengenalnya. Ada suatu ketertarikan yang menarik Noe ke dalam Vanitas. Sesuatu spesial yang begitu menawan. Warna Biru yang begitu indah, berbaur dengan Warna Merah. Perpaduan antara Permata, saling mempesona satu sama lainnya. Vanitas, seorang Pelukis manusia yang menariknya, Noe yang adalah Vampir ke dalam suatu keistimewaan yang dirasa tidak pernah didapatkannya.
Antara Vampir dan Manusia.
Perputaran Takdir.
.
.
.
.
.Tak!
Tak!
Bunyi langkah kaki menjauh, beriringan dengan bunyi desiran rumput yang bergesekan.
"Kau mengikuti ku, Jeanne?" Tanya Vanitas dengan tenang.
Dia terhenti, membuat seseorang yang sedari tadi berjalan di belakangnya. Mengikuti Vanitas seketika terhenti. Vanitas sedikit memiringkan wajahnya, dengan senyuman tipis mempesonanya.
Seolah Mencengkam dalam Diam. Membuat setiap orang yang melihatnya, terdiam dan mendalami keindahannya.
"Ck, kau manusia. Kenapa kau ada di dunia Vampir?" Tanya sosok wanita manis, surai putih begitu indah. Berbaur dengan kedua mata menatap tajam, ada kebencian di tatapannya.
"Aku? Aku hanyalah Pelukis Pengelana. Aku mencari suatu Objek yang digambarkan." Seru Vanitas dengan sangat tenang.
Vanitas mengarahkan telunjuknya pada bibirnya, seolah menggoda Jeanne.
"Kau sendiri? Sedang apa Jeanne? Apa kau takut, aku akan merebut Domi-mu itu?" Sinis Vanitas sengaja mengejeknya.
Wajah Jeanne memerah. Membuat dada Vanitas semakin berdebar. Wajah itu, kebencian yang terlihat begitu Indah.
"Berhenti berbicara dengan suara menjijikan itu, Manusia!" Sinis Jeanne. Vanitas tertawa.
Mendekat, menatap dengan mata birunya yang mematikan. Jeanne semakin mundur, hingga Vanitas menariknya ke arah rerumputan dibawahnya, dan jari telunjuknya mengusap pipi Jeanne yang kini memerah.
"Indahnya." Puji Vanitas, mengecup surai putih Jeanne yang terlihat berantakan.
Srek!
Kling!
KAMU SEDANG MEMBACA
Antar Permata (NoeVani)
FantasyApa itu Warna? Bagi seseorang yang tidak diberi kesempatan Melihat sejak lahir. Itu semua tidak penting, Bahkan nyaris tidak pernah terpikirkan. Noe yang adalah bagian dari Ras Vampir, hidup dalam Dunia Gelap Gulita. Orang yang terbuang di antara Ra...