🕊️5

799 76 4
                                    

Noe mengerjapkan matanya, merasakan hawa panas yang membangunkan dirinya.

"..." Tanpa berkata apapun, Noe berdiri dari kasurnya. Meraih lemari kayu--tempat pakaiannya berada. Mengambil asal setelan bajunya yang berwarna hitam, Noe tidak bisa melihat. Jadi apapun yang dipakainya tidak akan mempengaruhi dirinya.

Noe menghuni kamar kecil ini selama bertahun-tahun lamanya. Noe mengenal setiap perabotan dan letak kasurnya yang dekat dengan jendela. Suasana sepi dan senyap. Bunyi suara burung mulai berkicau dengan merdu pertanda mentari sudah tiba dan hari baru akan bermulai lagi.

Tak!

Noe menghidupkan shower, merasakan air dingin mengalir, membasahi tubuh kekarnya. Air menetes dari surai putihnya yang basah, membasahi dari leher coklatnya yang eksotis.

Noe membuka kedua matanya perlahan, menampilkan warna merah yang tidak pernah pudar.

"..."

Tak!

Noe keluar dengan mengusap surai putihnya dengan handuk yang dikenakannya di leher, Noe menurunkan handuk, mengusap lehernya yang basah oleh air.

Bagi Ras Vampir Kebersihan hal yang Utama sebagai pertanda dari Keistimewaan dari Vampir.

Jauh berbeda dengan Manusia yang lebih memilih menumpuk sampah. Tidak mempedulikan sekitarnya, dan selalu mengotori lingkungan sekitarnya. Salah satu alasan Vampir tidak ingin bertemu dengan Manusia dan memiliki satu dunia dengannya. Vampir sangatlah membenci itu, dan menganggap Ras Manusia sebagai salah satu makhluk yang paling menjijikkan dan kotor.

Hama Sebenarnya.

Noe memakai topi putih khasnya dan berjalan dengan membawa tongkat Tunanetranya keluar dari kamar itu. Melewati kamar yang tidak lagi berpenghuni.

Seolah tidak terjadi apa-apa.

Kamar Louis sejak awal adalah Tempat Kematian dari Louis.

.
.
.
.
.

Noe berjalan--keluar dari rumah penampungan itu. Menuju ke arah belakang rumah, dimana taman indah dengan aliran sungai menghiasinya. Sayangnya Noe tidak akan bisa melihatnya.

Hanya bisa Merasakannya.

Kling!

Suara anting khas pertanda keberadaan seseorang, Suara kuas dan nyanyian seseorang menghiasi taman belakang yang biasanya selalu senyap itu.

Vanitas. Hanya nama itu yang diketahuinya dari Dirinya.

Pelukis Manusia yang Masuk dan berdiam dalam Bagian dari Dunia Vampir. Lebih tepatnya adalah Sang Pengelana. Melukis tanpa adanya Alasan yang jelas.

Berpetualang.

"Noe. Kau mau?" Tanya Vanitas menawarkan buah. Noe hanya diam, duduk di samping Vanitas yang menyukai duduk di atas rerumputan. Beralaskan dinding dari rumah penampungan itu. Karena lebih bebas---Alasan dari Vanitas yang sedikit Abstrak.

"Tidak." Seru Noe, makanan bagi Ras Vampir hanyalah Darah.

Sisanya hanyalah makanan membosankan yang tidak bisa membangkitkan selera makan mereka. Sekedar penghiburan belaka bagi Ras Vampir yang hidup dalam waktu yang lama.

"Padahal enak. Kasihan sekali kalian tidak bisa menikmatinya, enaknya bertahan hidup." Seru Vanitas tersenyum penuh arti.

Bunyi gigitan apel yang begitu nikmat, menikmati setiap dari bagian apel yang manis. Rasanya Nikmat dan Enak, seolah berniat menggiurkan---merasakannnya, menariknya untuk ikut dalam menikmati setiap dari rasanya.

Antar Permata (NoeVani)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang