"Huhh..duh sakit"keluhku
"Non, udah bangun?"tanya bibi khawatir
"Bibi?"sambil duduk
"Iya non, non tadi kenapa? kok bisa pingsan untung tadi bibi lagi dirumah bukan dipasar,kalo bibi dipasar gak tau kalo non pingsan."
"Makasih ya bi, udah tolongin..,cuma bibi yang bisa jagain aku"kataku tulus
"Sama-sama non, udah tugas bibi buat jagain kamu dan menjaga rumah ini tetap bersih"
"Oh iya bi, tadi bibi yang ngangkatin aku?"
"Enggak, ada anak saya yang bantuin"
"Bibi punya anak?"
"Yaudah lah non, bibi udah tua juga udah nikah"
"Trus anak bibi kemana?"
"Udah pulang, soalnya mau kerjain tugas sekolah katanya"
"Yaampun bi, aku ngerepotin banget ya?,huh..maaf ya bi"
"Enggak papa non,yang penting non gak kenapa-napa"
"Aku lupa bilang makasih ke anak bibi, nanti kalo ada waktu luang bibi bawa dia ya,aku mau bilang mau makasih soalnya"
"Gak usah non,gapapa udah"kata bibi gak enak
"Tapi bi.."
"Non mau makan apa?..bibi bikinin deh ya,laper kan?.. non tunggu disini aja ya jangan kemana-kemana"kata bibi sambil keluar kamar.
Melihat bibi keluar kamar pun aku hanya diam saja. Tapi, aku terus berpikiran tentang anaknya bibi, katanya anaknya bersekolah. Aku cukup iri dengannya bisa bersekolah dan bisa bertemu teman sekolahnya, kenapa aku gak boleh sekolah?. Aku pun hanya bisa menangis berharap ada yang mau membantuku untuk keluar dari sini.
Beberapa menit kemudian, bibi pun datang lagi sambil membawa makananku. Aku pun langsung duduk dan makan tapi sepertinya bibi melihat wajahku daritadi. Bibi bertanya dan aku hanya bilang "gak apa-apa bi" sambil tersenyum. Suasana jadi hening, aku bingung mau ngomong apa karena dirumah cuma ada aku dan bibiku saja sedangkan bodyguard ikut papa ke kantor jadi aku memutuskan untuk berbicara duluan.
"Bi"
"Iya,non?"
"Bibi anaknya cowok atau cewek"
"Cowok non..emang kenapa?"
"Dia kelas berapa?"
"oh,kalo umur dia beda sama non, dia umur 16 tahun, udah kelas 11"
"Ohh gitu.."sambil mengangguk kepala. "Kalo gitu, bibi ajak dia kesini aja, biar bisa ngobrol bareng sama blajar bareng juga"
"Gak boleh non, yang ada nanti tuan marah loh..bisa dipecat bibi"
"Bibi tenang aja, kan ada aku..,papa juga gak sering dirumah jadi gak ada yang tahu"
"Tetep aja gak bisa non, anak bibi paling juga gak mau karena dia fokusnya sama belajar doang."
"Iya sih, tapi aku juga sendirian bi disini, gak ada temen cuma bibi sama guru aku doang dirumah"
"Maaf non, gak bisa belum tentu tuan bolehin"
"Huh, yaudah deh..gapapa bi, maaf ya kalo maksa aku jadi gak enak sama bibi"
"Gapapa non..udah biasa bibi mah"senyum bibi
Aku pun juga ikut tersenyum. Sehabis ngobrol aku langsung makan lagi dan bibi pun juga ingin istirahat karena sudah malam, aku cukup kesian sama bibi dan juga bangga. Bibi sudah beberapa tahun kerja dirumah, tapi tak kenal lelah dan terus bekerja keras demi mendapatkan uang demi keluarganya. Seandainya mama masih hidup, aku ingin peluk dia yang kedua kalinya karena sudah mau berjuang dan melawan penyakitnya waktu itu. Dan seharusnya aku juga seperti itu, kuat, bekerja keras, dan mau mengejar mimpi demi masa depan. Tapi, aku tak bisa..karena hidupku sudah berubah setelah meninggalnya mama. Apa aku masih mampu untuk menjalani semua ini?
Seminggu ini, aku terus merasakan sakit dikepalaku dan juga lebih sering mimisan. Badanku tidak cape tapi kalo melakukan kegiatan yang berat, kepalaku langsung sakit. Setiap malam aku selalu saja menangis karena aku rindu papaku, hampir setiap hari aku begadang dikamar hanya untuk melihat dia masuk kekamar untuk melihatku. Aku rindu sosok ayah yang selalu memberiku semangat dalam ujian, sosok yang selalu ada buat aku selama aku sakit, dan orang selalu memelukku selama aku merasa sedih. Aku selalu menunggu seseorang yang mau mengunjungiku walaupun hanya sekedar melihat, tapi itu sangat cukup untuk ku. Aku pun menangis lagi, cukup lama sampai tertidur lalu masuk kealam mimpiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penolong hidupku
Non-Fiction"Kita sahabat, dan aku gak mau sahabat aku itu menderita" kata Arron kepadaku. Aku menangis dipelukannya, ditenangkan, dia itu seperti malaikat pelindung yang setiap hari aku kagumi. Bagaimana perasaan kamu ketika melihat sahabatmu menderita sendi...