Sudah siang hari, aku pun masih dirumah sakit untuk mau dicek lagi. Kata dokter aku boleh pulang tapi aku sampai rumah gak boleh capek-capek dulu, karena kalo capek nanti aku bisa sakit lagi. Sehabis dicek tadi, aku dan bibi langsung menuju ke tempat parkir. Sebelum masuk mobil, aku melihat seseorang dari jauh. Dia memakai masker dan memakai baju biasa seperti hoddie dan celana jeans, dia seperti sedang melihatku dengan sangat serius walaupun aku harus terburu-buru masuk mobil dan pulang. Dan pada akhirnya aku harus terus berpikir positif tentang orang tadi sampai akhirnya aku pun terpikiran dengan "laki-laki itu" yang dikantin. Aku sampai tersenyum terus dimobil sambil melihat kejendela mobil.
"Non?"
"Iya,bi?"
"Kenapa senyum-senyum daritadi"
"Oh,enggak kok bi,aku gak senyum tadi"gugup aku
"masa?,jujur deh tadi mikirin apa?"
"enggak kok bi.."
"cowok ya?"goda bibi
"Ih..bibi,ya enggak lah"sambil terkekeh
"Aduh..siapa tuh..ganteng gak ya?"goda bibi sambil tertawa
Aku dan bibi pun saling mengobrol satu sama lain daripada sepi dan bikin ngantuk lebih enak ngobrol bareng. Sudah sampai dirumah, aku pun masuk kerumah akhirnya langsung menyenderkan diri disofa.
"Sofia Calderioz" ucap seseorang yang barusan turun dari tangga. Aku pun kaget kalo orang itu adalah papa, papa turun dengan tangan dimasukkan dikedua kantong celananya dan dengan raut muka yang dingin. Aku pun langsung berdiri darisofa dan terdiam di tempat.
"Papa?..,papa sejak kapan dirumah?"tanya gugupku. "Baru semalem, pulang dari kantor langsung dapet kabar buruk kalo kamu masuk rumah sakit."kata papa sambil menekankan kata-katanya. Aku pun langsung terdiam kaku karena tidak tahu harus mau ngapain
Papa berjalan mendekatiku, aku pun menundukkan wajah sedikit karena takut melihat muka marahnya. Plak.., satu tamparan sampai di pipi kiriku, aku pun kaget dan memegang pipiku perlahan. "Dasar anak manja!" kata papaku marah. Aku pun melihat kearah papa dengan mata berkaca-kaca, rasanya aku ingin membentak dan teriak, tapi tak bisa. "Kenapa?!..mau nangis iya?, kelebihan kamu cuma nangis aja,cuma ribetin tau gak?!..Dasar anak gau tau diri!" ucap papa tegas lalu pergi darisana. Tangisanku pun pecah, aku sama sekali gak nyangka kalo aku bakal ditampar oleh papa, pertama kali aku diperlakukan seperti ini dihidup aku. Rasanya aku gak tahan, aku ingin pergi dari rumah. Aku pun bergegas lari untuk keluar, awalnya aku hampir tertangkap tapi aku berhasil bebas, aku terus lari sampai bodyguard papa tidak mengejarku lagi.
Sudah beberapa menit aku berlari, aku melihat kearah belakangku mengecek apakah ada yang mengikutiku atau tidak. Tidak ada, aku berngos-ngosan lalu berjalan menuju taman yang ada tempat duduknya. Taman itu sepi, tidak ada orang kecuali aku, aku melihat sekitar taman dan mengagumi keindahan taman itu.
"Heh..liat tuh"
"Apaan?"
"Ada cewek..cantik lagi,mau kesana gak?"sambil menunjuk kearahku
"Eh iya,yodah yuk"sambil tersenyum nakal.
Aku yang masih duduk tidak sadar bahwa ada sekumpulan pria yang mau mendekatiku. "Cantik.."panggilnya. Aku pun kaget dan sedikit takut karena mereka berdua memakai pakaian yang seperti penjahat,kalung rantai,celana yang robek,jaket jeans hitam bahkan ada rokok. Aku pun ingin menjauh dari mereka,tapi salah satu dari mereka menarikku kasar. "Mau kemana?..kita mau cuma main doang kok." katanya nakal. Aku pun mendorong dia sekuat mungkin sampai dia jatuh, dan melihat dia seketika berubah menjadi marah. "WOI!..APA-APAAN LO, DORONG GUE?!" teriak dia."Ma- maaf saya gak sengaja.." ucap takutku sambil berjalan mundur. "SINI LO!" ucap dia yang ingin menghajarku dan aku pun menutup mataku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penolong hidupku
Non-Fiction"Kita sahabat, dan aku gak mau sahabat aku itu menderita" kata Arron kepadaku. Aku menangis dipelukannya, ditenangkan, dia itu seperti malaikat pelindung yang setiap hari aku kagumi. Bagaimana perasaan kamu ketika melihat sahabatmu menderita sendi...