4

63 5 0
                                    

Keluarga Min sangat bahagia dan Jisoo duduk di salah satu kursi yang tidak jauh dari keluarga Min, Jisoo tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca.

"Aku iri pada Suga Oppa dan Jin Oppa mereka sudah sangat dewasa tapi kasih sayang sangat penuh" human Jisoo dengan air matanya.

Disisi lain Eomma Suga sadar Jisoo tak ada dan mencari sepanjang arah dan melihat Jisoo sedang menangis. Eomma dan Appa Suga menyusl Jisoo

"Wae? Kau menangis sayang?" Tanys Sandara
"Ahh aniya ...aniya Ahjooma"
"Jangan berbohong, menangislah ahjooma dan anjeossi siap mendengarkannya"
"Apa yang membuat gadis cantik ini menangis huh" tanya Appa Suga.
"Saya hanya iri melihat keluarga kalian sangat menyayangi satu sama lain, bahkan kalian tidak pilih kasih pada anak-anak anjeossi" kata Jisoo.
"Tidak baik untuk anak jika orangtuanya pilih kasih nak" Eomma Suga mengelus punggung Jisoo. Tapi bukan kenyaman yg Jisoo rasa namun rasa sakit.
"Auh sakit" guman Jisoo yang masih terdengar oleh Appa dan Eomma Suga
"Wae apa ajoomma menyakitimu?" Tampak raut wajah hawatir Nyonya Min
"Aniya...aniya ehjomma"
"Tunggu aku akan memeriksa punggungmu" ketika nyonya Min memeriksa punggung Jiso ada banyak Luka cambukan disana. Bahkan luka itu memenuhi semua sisi punggung Jisoo

"Ada apa ini nak?" Tanya Sandara hawatir.
"Ahh itu hanya alergi" kata Jiso
"Ani.. kau membohongi semua orang kau pura-pura baik-baik saja, wae?"
"Aku tidak apa-apa Ahjooma"
"Kenapa kau memakai pakaian tertutup?" Tanya Appa Suga.
"Aniya Hanya ingin Anjeossi"
"Ani, aku ingin melihat tangan dan kakimu yang sangat tertutup itu" kata Appa Suga.

Suga dan Jin tampaknya sangat penasaran apa yang sebenarnya terjadi lalu menghampiri mereka.

"Buka nak, anjeossi hanya ingin melihat"

Jisoo lalu melipat baju lengan panjangnya dan mengangkat roknya sedikit sungguh betapa terkejutnya keluarga Min melihat kondisi Jisoo yang sangat memprihatikan luka-luka ditubuhnya sangat banyak.

"Apa yang terjadi? Lu boleh ceritakan pada kami" kata Suga.
"Ahh itu hanya Alegri Oppa"
"Haruskan kami percaya? Luka itu bahkan tidak seperti luka Alegri malah seperti luka pukulan dan luka Bakaran Minuman keras" kata Jin
"Aniyo Oppa" mata Jisoo sudah terlihat berkaca-kaca
"Jisoo kami hanya hawatir sama Lu, jangan menjawab anii terus menerus, lu bilang mau jadi adek gue tapi lu rahasiain masalah dari gue" kata Suga. Tampa Jisoo sadar air matanya jatuh.
"Nee, aku akan menceritakannya"
"Pelan-pelan saja sayang, jika tak sanggup maka boleh lain waktu"
"Anii ahjooma aku bisa ceritakan sekarang, selama 5 tahun aku menjadi anak Tunggal tapi eommaku mengandung kembali dan lahirlah 2 adek kembarku awalnya semua baik-baik saja tapi lambat laun orangtuaku mulai melupakanku mereka seperti bahagia tanpa adanya aku tapi aku tidak mau egois aku sudah menikmati hidup 5 tahun Tampa adek sekarang waktunya mereka menerima kasih sayang orangtuaku, akhirnya aku dirawat oleh nenekku bahkan aku lebih dekat dengan nenekku namun Tuhan sangat merindukan nenekku dia menjemputnya disaat usiaku 9 tahun yang membuatku sendiri aku ingin berkumpul dengan keluargaku tapi yang ada malah aku seperti tidak ada bagi mereka atau lebih tepatnya aku hanyalah orang asing dirumah mereka, aku melakukan segalanya bahkan jika tidak aku harus menerima pukulan-pukulan, Orangtua sangat pilih kasih mereka membeli ku baju dan peralatan sekolah 3 tahun sekali berbeda dengan adek-adekku setahun bisa 10-15 kali dibelikan dan digantikan, aku tak apa jika itu membuat adek-adekku senang, itu berlangsung sampai aku kuliah pukulan demi pukulan dan kekerasan fisik yang aku terima mungkin tidak sesering waktu kecil namun ketika mereka mencoba menghajarku maka pukulan itu 10x lipat lebih sakit. Appa dan eommaku memaksaku untuk berkuliah dan bekerja untuk kesuksesan adik-adikku dan aku melakukannya namun entah kenapa satu Minggu sebelum aku berangkat ke sini sifat mereka berubah bahkan mereka memintaku untuk tidak bekerja disini tapi aku bilang pada Appa aku ingin bekerja di Seoul dan mau tidak mau mereka pun mengiyakan"
Cerita Jisoo panjang lebar, Sandara menangis mendengar cerita Jisoo Ia sangat kuat menghadapi luka yang dalam itu sendirian.

"Kau gadis kuat nak, jangan menangis, bagiaman jika kita mengangkat Jisoo menjadi anak Kita saja sayabg" kata Sandara pada suaminya sembari memeluk Jisoo
"Aniii, ahjooma kalian sangat baik aku aku tidak mau Oranglain merasa kasian denganku" kata Jisoo
"Kami tidak kasian padamu, kami bangga. Kami ingin mengangkat mu menjadi anak kami karena kami sudah menyanyangimu bahkan ketika kita belum berbicara" kata Appa Suga.
"Kami akan senang kalo lu jadi anggota keluarga kami, karena tidak ada wanita cantik lain selain Eomma yang ada dirumah ini namun jika ada lu rumah akan berisi 2 wanita cantik " kata Jin
"Benar, gue cuman jaga satu wanita cantik selama ini dan sekarang 2 wanita cantik" kata Suga
"Sekarang panggil kami Appa dan Eomma serta panggil Jin dan Suga Oppa nee"
"Kamsahamnida, kalian semua baik aku menerima kehangatan disini" kata Jisoo mengeratkan pelukannya pada Sandara.
"Gak usah kerja di tempat Tae, biar kita tanggung hidup lu dan Keluarga lu di Busan" kata Suga
"Ani...Ani Oppa aku tetap ingin bekerja aku ingin merasakan hasilku sendiri"
"Arasooo jika itu yang lu mau tapi lu tinggal disini" kata Suga
"Tapi Oppa ak-"
"Aniyo sayang sekarang kau anak kami rumah ini dan segalanya juga milikmu, kau putri kami dan adek dari oppa-oppamu"
"Kamsahamnida Ahjooma, anjeossi"
"Anii panggil kami Appa dan Eomma" kata Siwon
"Ahh nee.. kamsahamnida Appa Eomma" canggung Jisoo
"Kamarmu dipindahkan Ke atas berdekatan dengan kamar Suga dan Jin" kata Sowon
"Nee Appa" kata Jisoo
"Hubungi orangtuamu di Busan mereka mungkin mengahawatirkanmu mengapa tidak menghubungi mereka beri tau mereka aku ingin bertemu mereka" kata Sandara
"Ahh ne Eomma" kata Jisoo masih canggung.

My ChuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang