Nala Ghumaisha, anak perempuan satu-satunya. Ayahnya seorang Karyawan di perusahaan swasta sedangkan ibunya hanya sebagai Ibu Rumah Tangga.
Kehidupan Nala yang sederhana membuatnya menjadi gadis yang mandiri. Ia juga aktiv mengikuti beberapa komunitas di sekolahnya.
********
Pinggiran jalan raya dengan kerumunan orang yang sibuk mencari tempat berteduh, seakan membuat nafas sesak. Suara riuh dalam pikiran semakin menambah berat tarikan nafas Nala.
"Hffttt... Kenapa rasanya sakit sekali" lirihnya.
Seakan hidupnya mulai runtuh. Kehidupan indah yg diimpikannya seolah hancur begitu saja.
Derasnya hujan seolah menyamarkan derai airmata yang mengalir di pipinya.Beberapa orang yang berjalan disekitar, sesekali melirik hera kearahnya. Tangisannya semakin pecah kala ia mengingat satu persatu kejadian itu.
"Ayo ikut, ku belikan susu coklat kesukaanmu" sambil menarik tangan Nala kedalam mobilnya, Yaksa tidak memperdulikan kursi mobil yg basah karena baju Nala.
**Adyaksa Gunawan, laki-laki tampan yang sedang sibuk kuliah disalah satu Unniversitas Negeri di Jakarta. Sahabat terdekat Nala dan sudah dianggap sebagai kakaknya sendiri.
"Kau kira dengan seperti ini semua masalahmu akan selesai?" Katanya sedikit keras.
Nala kaget mendengarnya, namun iya paham bahwa meski sedang emosi laki-laki disampingnya adalah orang yg paling peduli padanya.
"Tidak Nala, Masalahmu tidak akan selesai dengan menangis. Sia-sia air matamu" lanjutnya.
Nala tetap menangis. Tidak peduli apa yang dikatakan Yaksa, baginya sakit yg dia rasakan seperti sudah hampir membunuhnya.
"Ah percuma saja aku terus berbicara, sedangkan kau tidak sedikitpun mendengarkan perkataanku" Yaksa menurunkan nada suaranya karena tak tega melihat Nala yang terus menangis.
"Tunggu di sini, ku belikan susu coklat kesukaanmu" kata Yaksa sambil membuka sabuk pengamannya.
"Dua ya.." sahut Nala dengan suara lemahnya.
Dengan mata sinisnya, Yaksa melirik Nala lalu pergi masuk kedalam Mini Market. Membeli 2 kotak susu coklat kesukaan nala.
Hari itu hujan turun sangat deras, seakan tau isi hati Nala. Hati yang ia jaga dengan baik namun di sia-siakan oleh laki-laki yang ia harapkan menjadi yang terakhir baginya.
Entah, apakah Pertemuan terakhir Nala dengan laki-laki itu akan membuat ia menjadi seorang pemurung?
Sebab baginya saat ini semua seolah tak ada kebahagia dalam dirinya.Tubuhnya lemas, nafasnya sesak, jantungnya berdetak tak beraturan. Pikirannya sangat kacau. Entah harus bagaimana lagi mendeskripsikan perasaan nala saat ini.
"Tuhan, boleh aku bahagia lagi?" -nala-
Seolah ceritanya tak pernah bahagia. Atau bahkan tak akan bahagia. Mari temukan bahagianya bersama dalam cerita ini. Semoga.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAPTA
Teen FictionTerkadang mencintai tidak harus saling memiliki. Namun, jika semesta mendukung apakah itu menjadi hal yang tabu?