"Rumah kamu sepi, bunda pergi?" Tanya Kavi sambil menengok kedalam lewat jendela
"Gak tau, dari aku keluar tadi bunda gak ada. Tapi gak bilang mau kemana" jawab Nala sambil membuka pintu rumahnya
*cekleeekkk*
Pintu rumah yang terbuka, terlihat keadaan rumah Nala yg rapih dengan harum bunga lavender yg mengisi seluruh ruangan
"Masuk kav, duduk dulu aku buatin minum ya" kata Nala
Belum sempat melangkah, tangan Nala sudah ditahan oleh kavi.
"Nal, eemmm.. boleh gak aku panggil kamu beda?" Tanya kavi ragu-ragu.
Takut permintaannya ditolak, kavi hanya bisa menunduk melihat kakinya yg sedikit gemetaran.
"Mau panggil apa sayang? Sampe gemeter gitu" Goda Nala menarik tangan kavi untuk masuk kedalam rumah.
"Apa nal? Coba ulang" kata kavi dengan mata yg sedikit melotot
"Gak usah salting gitu, udah cepet duduk. Pintunya buka aja soalnya kita cuma berdua" ucap Nala yang kini meninggalkan kavi di ruang tamu sendirian.
"Anj* .. gak salah denger kan gua? Tadi nala panggil gua sayang?" Batin Kavi
Masih menunggu Nala menyiapkan minum untuknya, Kavi memandangi tiap sudut rumah yang kini terasa nyaman untuknya.
Dilihatnya foto-foto kecil Nala yang tergantung di dinding.
"Dari kecil emang udah manis ya Nal" gumam Kavi lirih
"Jangan diliatin terus nanti diabetes" kata Nala sembari meletakan minum dan cemilan di meja.
"Kamu manis banget, gapapa deh diabetes kan manisnya juga dari Kamu" goda Kavi berhasil membuat pipi Nala merah
Nala yang tak pernah mendengar pujian dari orang lain selain keluarga dan sahabatnyapun tidak bisa menyembunyikan salting nya
"Apasih! Udah sini duduk, minum nih" jawab Nala masih dengan rasa malunya
Kavi yang kini duduk di sebelah Nala, mencicipi minuman dan cemilan yang tersedia dengan sesekali memandangi wajah gadisnya.
"Kenapa? Ko liatin aku nya gitu" tanya Nala heran
"Kamu cantik, kamu manis, kamu lucu, tapi kamu galak banget kaya soang" kata kavi sambil sedikit tertawa
*Plak!!
"Aawww..sst .. sakit Nal"
Nala yg di ledek pun memukul tangan Kavi. Sebenarnya Tidak terlalu kencang, hanya kavi sengaja meringis.
"Aduh sakit ya, maaf ya. Sini coba liat merah gak?" Nala yang khawatir melihat Kavi kesakitan, beralih turun dari sofa dan duduk dibawah sambil melihat tangan kavi
*cup
Satu ciuman mendarat di kepala Nala.
"Gak sakit ko ay, noh liat. Jangan khawatir gitu dong gemes nih jadinya" jawab kavi sambil mengelus kepala Nala
Nala yang masih kaget dengan ciuman dikepalanya tadi pun hanya bisa diam.
"Sini naik lagi" lanjut Kavi
Sadar dengan suara itu, Nala kembali duduk di samping Kavi dengan wajah yang memerah menahan malunya
"Udah jangan salting gitu ah makin gemes aku" kata kavi sambil mencubit pipi Nala
"Jangan cium Aku di tempat lain selain kepala sama tangan ya" kata Nala pelan namun masih terdengar oleh Kavi
Kavi tersenyum dan mengusap kepala Nala.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAPTA
Teen FictionTerkadang mencintai tidak harus saling memiliki. Namun, jika semesta mendukung apakah itu menjadi hal yang tabu?