Back to Reality... And More

510 94 12
                                    

[Yoo Joonghyuk: Apakah kau makan siang dengan baik?]

[Kim Dokja: I did. Kau ngambek lagi!! :YooJoonghyuk membuang muka:]

[Yoo Joonghyuk: Tak ada salahnya menunjukkan perhatian pada pacarku.]

[Yoo Joonghyuk: :menyilangkan tangan:]

[Kim Dokja: Ya, ma. Aku cinta padamu, mama.]

Pria yang mengenakan jas putih sambil menyeret koper raksasa serta beberapa tas kecil sedang tersenyum pada ponselnya saat dia berdiri di luar pintu geser otomatis di aula kedatangan. Kesibukan di bandara berada pada level yang belum pernah dialami Kim Dokja sebelumnya, berapa kali dia ke luar pulau, dan bahkan ke luar negeri, bisa dihitung dengan satu jari.

"Permisi, apakah kau tau di mana aku bisa membeli kartu SIM?" Kim Dokja menghentikan seorang pejalan kaki secara acak, bertanya dengan amat sopan. Hal paling pertama yang ia butuhkan adalah akses internet.

Pria yang berhenti di jalurnya hanya menatapnya kesal, seolah-olah hampir dia mengira Kim Dokja adalah alien. "Jangan ganggu aku," hanya itu yang dia ucapkan sebelum bergegas pergi.

"Apa? Kasar sekali!" Diabaikan tanpa alasan yang jelas, Kim Dokja mengendus lalu berjalan ke arah konter informasi, merasa sangat tersinggung.

Manusia dari luar pulau sangatlah kejam.

Setelah dia menavigasi kerumunan yang berdesak-desakan dan mendapatkan kartu SIM dari konter untuk dirinya, dia kini berada di stasiun kereta yang terhubung ke bandara. 

Kim Dokja kini sedikit uring-uringan setelah harus mengalami tarik-menarik serta dorong-dorongan orang di bandara. Dia berpikir kalau dia harusnya memilih waktu yang tidak terlalu sibuk untuk penerbangannya.

Dengan pikirannya yang kacau, menatap peta kereta besar dengan pandangan kosong  pada akhirnya tidak membantu usahanya untuk menemukan kereta yang tepat untuk dinaiki. Alamat Yoo Joonghyuk berada di daerah yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya, dan seiring dengan fakta bahwa kereta api bukanlah kendaraan di Pulau Ojingeo, ia masih dianggap belum berpengalaman.

"Hmm." Sambil menghela nafas, Kim Dokja setengah melangkah, setengah menyeret barang-barangnya menuju taksi, bertanya-tanya apakah keputusannya untuk mengagetkan Yoo Joonghyuk merupakan ide yang buruk. Pacarnya bisa membuat semua hal ini dengan mudah sementara dia, yang hampir tidak bisa menangani betapa banyak tasnya, berjuang sambil sangat berharap dia bisa dengan bebas menggunakan tentakelnya di depan umum untuk kali ini. Jauh lebih mudah untuk menggunakan wujud aslinya di pulau untuk membawa barang-barang, di mana kemungkinan saksi berkurang ribuan.

Sudah beberapa bulan sejak perjalanan berakhir, dan Yoo Joonghyuk telah kembali ke kehidupannya sebelum liburan. Mereka saling berhubungan, tidak pernah gagal untuk saling menyapa setidaknya sekali sehari. Itu adalah fase honeymoon mereka, tetapi dalam hubungan jarak jauh ini tidak disukai. Mereka hanya bisa puas dengan panggilan telpon serta video call yang sering, hampir tidak berhasil memenuhi keinginan untuk melihat lebih satu sama lain.

Tentu saja, semua kerinduan itu akan berakhir hari ini, karena Kim Dokja sekarang ada di sini.Tanpa sepengetahuan Yoo Joonghyuk, Kim Dokja  diam-diam mengikat ujung yang longgar di sisinya dan mempersiapkan kepindahannya ke luar pulau untuk sementara waktu kini. Setelah berdamai dengan perasaannya dan membagi dengan teman-teman terdekatnya, Kim Dokja telah bekerja lebih keras dari sebelumnya, menabung cukup banyak uang untuk membeli tiket penerbangan sekali jalan ke luar pulau.

Teman-temannya sangat enggan dirinya pergi untuk meninggalkan pulau itu, mempertanyakan apakah dia yakin akan  perasaannya terhadap Yoo Joonghyuk, tapi mereka juga mengerti bahwa keputusan Kim Dokja dalam hidup adalah keputusannya sendiri. bahkan mereka membantu dalam bersiap dan mengepak untuk keberangkatan Kim Dokja, tindakannya membuat sahabat mereka menangis.



The Lost Summer By colddrinksnoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang