Tragically, This is Called Destiny

464 43 7
                                    

Langit terlihat masih gelap, tetapi Kyuhyun sudah harus memulai hari. Sudah menjadi rutinitasnya untuk mengantarkan koran dan susu segar di kompleks perumahan elit di Seoul. Bagi Kyuhyun, pekerjaan ini adalah pekerjaan paling mudah dari beberapa pekerjaan yang ia ambil. Sejak tinggal bersama sang ibu, Kyuhyun sudah melakukan pekerjaan ini meski bayarannya tidak seberapa. Setidaknya, dari mengantar koran dan susu, ia bisa memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa merengek kepada ibunya yang mulai sakit-sakitan.

Sesekali Kyuhyun mengusap wajahnya yang mulai basah karena keringat. Karena jangkauan pengantarannya lumayan luas, pemilik agen koran meminjaminya sepeda. Kyuhyun tidak pernah mengeluh. Ia hanya merasa beruntung karena banyak orang yang membantunya.

Kyuhyun menyandarkan sepedanya, mengambil beberapa koran, lantas memasukkannya ke beberapa kotak surat di gerbang-gerbang rumah mewah itu. Demi memburu waktu, ia harus cepat. Jika terlambat sedikit saja, pelanggannya akan komplain dan itu sangat merugikannya.

Kyuhyun menyeka keringat di pelipis seraya mengembuskan napas lelahnya setelah meletakkan koran terakhir di rumah paling ujung. Ia pun bergegas menghampiri sepedanya. Namun, nahas. Sebelum ia mencapai sepedanya yang terparkir di seberang jalan, suara klakson mobil membuatnya terkejut hingga membuat tubuhnya oleng dan terjatuh.

Ingin rasanya mengumpat dan memaki pemilik mobil yang sudah membuatnya terkejut, tetapi ia telan kembali semua makiannya. Kyuhyun mencebik kesal, lantas berdiri dan membuang pandangan dari sosok yang kini menatapnya dengan cemas.

"Kyuhyun-ie?"

Kyuhyun tidak peduli. Ingin sekali ia segera pergi dari sama, tetapi tangannya dicekal dengan kuat.

"Kau baik-baik saja? Ada yang terluka?"

Kyuhyun menghentakkan tangannya kuat, lantas menatap tajam pemuda dengan wajah serupa dirinya.

"Berhenti mengurusi urusanku," ujar Kyuhyun dingin. Ia pun menatap Kibum yang sudah rapi dengan seragam sekolah swasta di kawasan elit Seoul. Kyuhyun tersenyum getir. "Kau akan terlambat. Pergilah."

Kyuhyun meninggalkan Kibum yang masih bergeming dengan tertatih. Bohong jika ia mengatakan baik-baik saja. Nyatanya, kaki kiri dan tangan kirinya sedikit terasa nyeri. Kyuhyun pun mengambil sepeda yang tadi ia sandarkan, lantas menuntunnya perlahan karena memang tidak sanggup untuk mengayuhnya.

Seolah baru tersadar kembali, Kibum bergegas menghampiri Kyuhyun. Dari cara jalan kembarannya saja, Kibum sudah bisa menebak jika Kyuhyun memang kesakitan.

"Kakimu pasti sakit. Kita ke rumah sakit, ya." Kibum masih berusaha membujuk Kyuhyun dengan halus. "Jika dibiarkan, lukamu akan infeksi dan membengkak. Besok pasti akan terasa lebih sakit."

Kyuhyun bergeming. Ia terus saja berjalan tanpa mempedulikan perhatian Kibum. Lain halnya dengan Kibum. Pemuda itu tampak sudah tidak bisa bersabar lagi.

"Jangan keras kepala, Kyu!" Suara Kibum meninggi dan tanpa sengaja menarik tangan Kyuhyun yang terluka.

Kyuhyun meringis. Matanya memejam, mencoba manghalau perih dan nyeri yang mendera.

"Maaf ...." Mendengar ringisan Kyuhyun, Kibum merasa bersalah. Bukannya memperbaiki hubungan, ia justru menambah kesakitan untuk adiknya. Kibum menyesal, benar-benar menyesal. "Kyu, aku-"

"Jangan pernah muncul di hadapanku lagi, Kim Kibum-ssi," ujar Kyuhyun dingin dengan tatapan tajam. Ia merasa harus menegaskan hal ini kepada Kibum yang memang keras kepala itu. "Jika kita bertemu lagi tanpa sengaja, pura-pura saja tidak melihatku. Aku akan sangat menghargai itu."

"Bagaimana bisa?" tolak Kibum. "Bukankah ini takdir? Kita bertemu di sini tanpa kita rencanakan sebelumnya. Tuhan menginginkan kita memperbaiki hubungan, Kyu. Mungkin oemoeni juga menginginkan hal yang sama. Cobalah untuk membuka hati untuk kami, untukku. Bukankah kita satu? Jika kau sakit, aku juga merasakan sakit. Jika kau bahagia, aku juga bahagia. Kita sudah ditakdirkan selalu bersama dan berbagi semuanya, bahkan sebelum kita lahir dan mengenal dunia. Kenapa kau menyangkal takdir Tuhan?"

WHEN WE WERE USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang