Ben memandang tajam mereka satu persatu anak buahnya ada pemuda imut imut cantik unyu unyu menangis sesegukan dihadapannya minta dilepaskan Ben tidak mungkin melepaskannya karena sudah melihat wajahnya.
"Pergi kalian dari sini dasar tidak berguna bagaimana kalian salah culik begini?"
Mereka pergi takut takut alamat gaji mereka akan dipotong beruntung bukan leher mereka yang dipotong Ben.
"Jangan menangis, aku tidak bisa melepaskanmu kau sudah melihat kami semua"
"Gege mau pulang"
Isakannya semakin menjadi membuat kepala Ben pusing
"Ini anak ibunya ngidam apa sih?"
"Gege tidak punya ibu"
Anak itu menyahut mendengar ucapan Ben barusan padahal Ben tidak sedang bertanya padanya.
"Bagus aku menculik anak yatim"
"Gege juga nggak punya ayah"
Ben tersedak dengan kopinya apa saja yang ia ucapkan pemuda itu menyahut
"Jika kau tidak diam, aku akan melemparmu keluar"
"Nggak mau itu sakit"
Ben memutar matanya malas ia lebih baik diam dan pergi ia ada janji dengan beberapa orang, Gehei dikunci dari luar oleh anak buah Ben.
Hingga saat pagi Ben kembali ia melihat pemuda itu tidur disudut ruangan kerjanya ia berjongkok mencoba membangunkan pemuda tanggung itu
"Hoi bangun bocah"
Pemuda itu membelakanginya memeluk tubuhnya Ben menepuk pipinya Ben tercekat ia meraba pipi dan dahi nya, ia menggendong pemuda itu bahkan masih betah terpejam membawanya kekamarnya dan membaringkannya disana anak buahnya menelpon dokter.
Gehei terbangun diruangan asing miliknya memandang sekitar
"Bangun juga akhirnya kau sangat menyusahkan bocah"
"Bukan Gege yang mau, Gege mau pergi"
"Wah kau sangat berani membantahku ucapanku, ayo aku antar pulang aku yakin meski kau melapor, polisi akan menganggap kau halu"