Setiap hari pasti sial baginya, dan hari ini saat matahari mulai memunculkan dirinya, di mana sang empu sedang hendak bangun dari ranjangnya, berniat membersihkan diri, ponselnya berdering kencang, panggilan dari sang ayah adalah awal di mana kekacauan pada harinya.
"Kenapa? Tumben telpon." Ucapnya saat telpon tersebut terhubung.
Tanpa ada sapaan hangat, sang ayah langsung berkata maksudnya, "Berita soal kamu hiatus itu, benar?"
Taehyung mendengus, sudah tahu ujungnya akan seperti apa, "Iya, kenapa?"
"Cih, sudah mulai sok pintar ya? Sejak kapan bergerak tanpa perintah dari saya?"
"Kenapa rupanya? Toh bukan anda yang membuat saya dapat uang."
"Oh, begitu? Memang biadab, mana ngerti kamu cara balas budi. Saya sudah mau repot-repot urus kamu, dasar nggak tau diuntung."
"Kenapa dibuat kalau nggak mau tanggung jawab? Kan anda yang mau saya hadir, kan anda juga yang mau untuk repot ngurus saya. Apa saya pernah minta diurus? Apa saya maksa? Kan pilihannya di anda. Kalau mau ngoceh mending gak usah telpon saya. Udah syukur saya masih mau kasih uang ke anda. Dasar nggak tau diuntung." Dan Taehyung segera mematikan telponnya.
Tidak pernah terpikir olehnya untuk membentak ayahnya sedemikian rupa. Tidak pernah Taehyung berpikir bahkan hanya untuk memanggilnya dengan sebutan anda.
Bahkan ketika yang diharapkannya hanya ucapan hangat, dan kata-kata kasih sayang, tidak pernah didapatkannya, Taehyung tetap tidak berniat membentaknya.
Tapi rasanya letih, muak, dan kecewa.
Memikirkan bahwa ucapan sayang oleh sang ayah adalah kebohongan terbesar. Bahkan ketika dia berusaha untuk paham, dia juga tak kunjung menemukannya. Menemukan di mana kesalahannya, menemukan bagaimana caranya untuk memahami. Ketika dia tahu pasti bahwa ini salah. Sang ayah salah. Dan nyatanya memang dia tidak diharapkan.
Apakah ini tentang perjalanan arus monoton pada hidup. Rangkaian kata orang tentang hidup. Bagaimana seharusnya menjalani kehidupan dengan kehadirannya seorang anak.
Apakah Taehyung hanya hadir karena kewajiban dan prinsip hidup. Atau memang sesungguhnya dia memang diharapkan hadir.
Maka Taehyung tidak akan pernah dapat menemukan jawaban itu. Memilih untuk tidak tahu. Diam. Dan paham. Karena dia tidak ingin menambahkan lukanya yang masih basah.
——
Ketika tidak ada yang menarik dari hidup, seseorang akan memilih cinta. Padahal cinta adalah pusat dari semua masalah. Tapi entah kenapa sangat candu.
Karena pada dasarnya manusia itu egois. Hanya menginginkan sesuatu yang menguntungkan baginya, dan tidak mau menerima akibatnya.
Jadi ketika, bel apartemennya bunyi, dengan sigap Taehyung langsung membukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Swan [Kookv/Kooktae]
Fanfiction[NB: I plan to revise this story, but it will take time. But i will do it as soon as possible. Now, this story hasn't been revised yet.] Pada usianya yang ke delapan tahun, Taehyung pernah bermimpi tentang seorang pria berjubah hitam. Dia memberikan...