Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
‧₊˚✧˚₊‧
“Hari ini salju akan turun ya? Hm... Nanti malam mungkin, seharusnya aku membeli banyak hotpack tadi” oceh [Name] sembari menaruh belanja bawannya ke lemari pendingin
Albedo sedang duduk di sofa, menonton berita terkini yang membahas perihal musim salju. “Salju itu seperti apa?”
“Es parut yang turun dari langit” Albedo mengangguk paham sementara [Name] tertawa kecil. “Nanti malem ayo ke atap, liat salju turun”
‧₊˚✧˚₊‧
K
eduanya kini berada di rooftop apartement. Bintang di langit tidak terlihat karena lampu yang menyala di daratan terlalu terang
Beberapa orang memakai pakaian tebal bisa terlihat dari atas. Dan ada juga yang menunggu salju turun bersama teman - teman mereka
“Albedo tau gak? Punya teman yang setia itu susah, sekalinya nyaman sama dia, ujung - ujungnya pergi karena punya teman yang baru”
“Jadi Albedo jangan pergi ya? Nanti aku yang jelasin sendiri sama kakak”
Albedo hanya diam menatap langit yang mulai gelap. “Dulu waktu sekolah, rasanya kayak masuk ruang siksaan. Orang yang punya bakat dibidang non-akademik di rendahin. Alhasil gak ada yang mau berteman dengan orang bodoh kayak aku”
“Tapi setiap melihat hasil lukisan aku, rasanya kayak dapet nilai 100 di pelajaran matematika”
“Waktu itu, di saat yang lain ngejauh, ada yang datang dan bilang lukisan aku indah. Tapi aku lupa sama wajah dia”
Salju pertama sudah turun. [Name] mendongak lalu mengarahkan tangannya ke luar pembatas rooftop. “Albedo saljunya turun—”
Kulitnya pucat, dan tubuhnya menjadi abu yang perlahan tertiup angin
“Sekarang ingat siapa dia?”
‧₊˚✧˚₊‧
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
