Chapter 4 - Dr. Trost

317 21 6
                                    

"Hey, you're awake?"

Kau tahu, tiba-tiba mendengar suara di ruangan yang tenang dan sunyi itu seperti mendengar ledakan dalam telingaku. Aku spontan membuka mataku dan tubuhku tersentak.

"Hahaha. It's funny, you know. Seeing someone surprised by my doing."

Aku menoleh ke kanan untuk melihat sumber suara yang mengejutkanku. Dan ternyata suara itu berasal dari... Dr.Trost.

"Dokter??" tanyaku.

"Hey..." dokter Trost melambai dari ambang pintu.

Trost Jameson Connor. Ilmuwan asal Amerika yang mendapat gelar PhD (profesor) di usianya yang sangat muda. Yaitu 25 tahun. Yah selain jenius, dia adalah pria yang sangat pintar, baik, lucu, ramah, dan... tampan. Yah tampan untuk pria usia 30-an ke atas dan (mungkin) terjenius di dunia. Matanya yang biru keabu-abuan (sangat seksi), kumis tipis yang menghiasi bagian atas bibirnya yang seksi, rambut cokelatnya yang tersisir rapi diatas wajahnya yang perfect, dan hidungnya yang mancung menandakan ke-bule-an dirinya... Astaga, apa yang kupikirkan! Dia itu umurnya lebih dari dua kali lipat usiaku! Apa yang kupikirkan! Maksudku, dia bukanlah uh atau semacamnya. Tapi, tetaplah. Dia dokter pribadiku dan teman yang baik dan bisa diandalkan. Meskipun, orang yang melihatnya pertama kali akan berharap lebih.

"You're okay? Well, I didn't mean 'okay' after I surprised you. You get it?" dia menghampiriku.

Uhh tidak?. Ada yang berubah dari hidupku semenjak aku bertemu dokter enam tahun lalu. Aku jadi pintar berbahasa inggris! Yeay. Yah, itu sangat membantu nilaiku yang 'biasa-biasa' saja. Tapi aku masih belum terlalu fasih berbahasa inggris. Jadi, yah apa adanya.

"Iya, gak papa. Uh, fine." well, tidak buruk bagi sesuatu yang keluar dari mulut seseorang baru bangun tidur.

"Yeah, okay. Um, can you walk?? 'cause I've got something to tell you. And you very much... uh, okay nevermind." dokter memegangi kepalanya seperti dia baru melakukan sesuatu kesalahan.

"You know, doc. You can always speak Bahasa." aku memandanginya dengan tatapan yang menurutku aneh.

"Uh, ya benar. Aku hanya mecoba melatihmu saja. Hehehe." akhirnya dia berbahasa Indonesia. Tetapi, tawa dokter terdengar aneh. Entah apa hanya perasaanku saja, atau seperti ada sedikit keanehan di dalam tawanya.

Aku pertama kali bertemu dengannya saat aku berumur sembilan tahun. Waktu itu aku sedang check-up di rumah sakit. Dan dokter yang biasanya memeriksaku tiba-tiba saja pindah dan kebetulan yang menggantikan adalah seorang dokter asing yang sedang melakukan riset tentang penyakit-penyakit unik di seluruh dunia. Dan saat itulah aku bertemu dengan dokter Trost. Dokter Trost menemukan keunikan di dalam penyakitku dan sedang berusaha untuk menemukan penyembuhnya sejak saat itu. Tetapi, sampai saat ini dokter hanya bisa menemukan obat untuk memperlambat pertumbuhan penyakitku. Dan itu sangat membantu. Aku sudah jarang-jarang kambuh, tidak ada sakit kepala setiap malam, jarang mimisan, yah intinya membuat tidurku nyenyak.

Hm, biasanya orang tuaku berada disampingku. Aku tahu mereka sibuk dan sebagainya, tetapi mereka masih peduli terhadap anaknya kan. Aku melihat ke kanan dan ke kiri. Tidak ada papa sama mama. Hm, mungkin mereka memang sibuk. Eh, tapi tunggu dulu. Kalau mereka tidak ada di sini, berarti siapa yang mengantarku?. Oh iya, mungkin mereka hanya mengantarku dan menitipkanku ke dokter lalu pergi. Lagipula aku bukan anak kecil lagi hehehe.

"Jadi, um. Bisakah kau duduk?" dokter kelihatan aneh, tidak seperti biasanya yang ceria dan sebagainya. Tapi aku merubah posisiku seperti yang dokter minta.

"Oke , terus?" aku penasaran apa yang akan dia katakan.

"Uh, I've got to tell you something. But, I don't know how to tell you." dia mengambil kursi terdekat dan meletakannya di depanku lalu duduk.

BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang