Cahpter 1 - Home to school

748 20 1
                                    

Aku mempunyai sebuah penyakit. Penyakit yang tidak pernah ada di dunia ini sebelumnya. Dan penyakit itu hanyalah aku satu-satunya yang memilikinya. Penyakit itu sangat mengerikan. Tidak seorang pun dapat menyembuhkannya. Penyakit yang tidak ada penawarnya, seberapa mengerikannya itu?.
Sangat mengerikan...

*krringg!* *krringg!* *krringg!* *tak*. Aku mematikan jam beker ku yang sangat mengganggu. "Uhhm. Hoaam. Jam lima. Sekarang, itu... " aku melihat kalender yang berdiri di meja sebelah tempat tidurku. Betapa malasnya aku. "Ahh, hari senin lagi nih. Males banget ada pak Amin. Mana fisikanya gak ada yang ngerti lagi nih." aku berusaha untuk membuat diriku niat untuk sekolah.

Aku berdiri dengan susah payah dari tempat tidur. Menuju kamar mandi seperti membawa beban 100 kilo di kaki. "Aduh, lupa lagi bawa baju." aku berbalik menuju lemari baju dan mengambil seragam putih abu-abu serta yang lainnya dan segera menuju ke kamar mandi.

"Huuu, dingin banget airnya" kataku menggigil.

*****

SMA tempatku belajar adalah SMA yang biasa-biasa saja akan tetapi, aku menyukainya. Aku mempunyai banyak teman yang baik. Yah... nilaiku juga biasa-biasa saja sih. Guru-guruku? Yah, ada yang enak dan ada yang tidak sih. Kebanyakannya enak. Tapi guru yang satu ini nih, guru fisika yang pelajarannya tidak pernah diperhatikan. Salahnya sih. Dosen kok ngajar SMA. Kan anak SMA itu bukan mahasiswa. Huft, makanya aku tidak suka hari senin, hari dia mengajar.

Aku turun dari lantai atas dimana kamarku berada. Semua sudah lengkap, buku, kotak pensil, tugas-tugas, baju putih abu-abu lengkap dengan dasi, topi, dan ikat pinggang. Setelah mencapai lantai bawah, aku menaruh tasku dan langsung menuju pantry (dapur bersih). Aku mengambil sarapan ku dan memakannya di meja makan. "Lena sudah minum obatnya belum?" tiba-tiba papa yang sedang makan di seberang meja makan nyeletuk.

"Iya, nanti pa. Abis makan nanti Lena langsung minum obat" kataku.

Namaku Lena Christianti. Aku tinggal bersama papa dan mamaku. Aku anak tunggal. Papaku bekerja di perusahaan. Dan ibuku membuka toko pastry dan cake di sebuah mal.

Setelah aku makan, aku berjalan menuju tempat obat-obatan. "Hmm, mana ya. Amoksapin...." jariku menelusuri setiap bagian rak. "Nah, ini dia." aku mengambil tempat pill yang berada di tengah rak obat itu. Aku mengambil segelas air dan dengan cepat meminumnya.

Tiba-tiba mataku tertarik untuk melihat jam. Astaga! Udah jam 6!. Aku buru-buru mengambil tasku. "Lena, udah jam 6 tuh." kata papa yang sudah bersiap berangkat juga.

"Iya-iya pa." aku buru-buru menuju rak sepatu dan dengan kekuatan kilat Gundala aku memasang sepatu di kakiku. 30 detik. Aku menghitung di dalam benakku. Aku segera menuju garasi. Melihat papa yang sudah berjalan menuju mobil pajero-nya.

"Yaampun, lupa kuncinya."

"Tadi papa lihat di meja depan TV. Sana ambil dulu. Papa yang buka garasi."

"Oke." kataku sambil bergegas menuju tempat yang papa bilang. Wait, kenapa papa gak sekalian ngambilin?T_T.

Aku berlari kecil ke garasi. Papa sudah mengeluarkan mobilnya dan menyalakan mesinnya. Aku cepat-cepat menaiki motor maticku dan mengeluarkannya dari rumah. Aku menyalakan mesinnya. Lalu aku segera menutup pintu garasi dan gerbang. Papa membunyikan klakson, lalu aku melambai pada papa.

Buru-buru aku memakai helm, jaket, dan menaiki motor. "Huu ayo cepet. Plis, jangan macet. Plis." aku menggumam. *brrm* *brrm* aku langsung tarik gas. Dan aku melewati papa dengan cepat. "Plis, jangan telat."

Aku keluar dari komplek perumahanku dan sesamapinya di jalan raya, aku langsung ngebut sengebut-ngebutnya. Setelah beberapa menit, aku sampai juga di pusat kemacetan. "Harrgh. Macet pula! Ngeselin nih. Gara- gara tadi ada acara tv bagus. Harusnya gak usah ditonton tuh. #§¥£#@#!." aku melihat jam yang berada di tanganku. "Sepuluh menit lagi! Haduh, cepetan kek." Hufft.

Empat menit akhirnya aku keluar juga dari kemacetan. Saat aku ingin ngebut lagi, tiba-tiba ada motor supr* ex nyalip dari samping dan itu membuatku terjembab ke aspal. Dan itu sangat sakit. Yang nyalip tadi? Langsung kabur! Tapi aku mengingat postur tubuhnya. Dia anak SMA.

Orang-orang terdekat membantuku berdiri dan meminggirkan motorku. Sementara ada seorang yang berteriak memaki-maki anak SMA tadi. Tetapi dia sudah jauh. Orang-orang membantuku duduk di trotoar jalan. "Dek, gak papa kan?" seorang bertanya.

"Iya pak gapapa kok." kataku sambil meringis.

"Tapi dek, tangannya berdarah." salah satu orang menunjuk lengan kiriku.

Hah?. Aku melihat tangan kiriku. Yaampun! Beneran berdarah. Lukanya kira-kira memanjang 10 senti dan lebarnya 3 senti. Aku tidak sengaja melihat jam tangan yang terpasang di tangan kiriku ini. Aku terkejut. "Ya ampun! Jam setengah 6!." kataku setengah teriak.

Aku berusaha berdiri meskipun sakit. "Dek, apa mau dianterin pulang aja?" kata seorang yang mungkin sopir angkot.

"Ngga bang. Saya mau terus aja. Udah telat nih. Makasih ya bang."

Kulihat motorku terpakir dengan kaca spion sebelah kiri pecah dan tidak tersisa lagi. Dua orang menuntunku dan memegangi motorku saat ku menaikinya. Aku berterimakasih dan mengangguk. Kudengar salah seorang berkata "Gile, anak jaman sekarang emang rajin."

Hah? Rajin apanya?. Orang pelajaran pertama hari ini ulangan kimia yang telah kupelajari semalam suntuk. Kan sia-sia udah belajar mati-matian gitu. Sudahlah. Aku ngebut lagi.

5 menit akhirnya aku sampai juga di sekolah. Gerbang udah ditutup!.  Yah :(. Sekolahku mempersilakan murid masuk walaupun telat. Tapi pada jam pelajaran ketiga!. Aku (dan beberapa murid yang telat) ditahan di teras sekolah. Hukuman bagi yang telat adalah membersihkan toilet sekolah. Untung yang jaga lagi guru nggak killer. Gak tau siapa namaya, karena tidak diajar sama dia. Di antara murid yang telat, tidak ada yang kukenal. Cuma aku yang kelas sepuluh disini.

"Baju kamu kenapa kotor gitu?" tanya bu Salamah (wali kelas sekaligus guru kimiaku!) yang kebetulan lewat toilet.

"Saya kecelakaan tadi bu. Tadi, pas naik motor ada yang nyalip. Trus saya jatuh bu." kataku beralasan.

"Ya ampun. Eh, kamu dari kelas sepuluh mia satu kan?" katanya sambil menunjukku.

"Iya bu." kataku mengangguk.

"Kelas kamu lagi ulangan kan?" tanyanya prihatin. "Yaudah, kamu boleh susulan. Nanti temui ibu di ruang guru ya." katanya sambil tersenyum ramah.

Yessh! Makasih bu! I luph you bu! Muah. "Iya, bu. Makasih bu." kataku kalem.

*****

Bel menandakan jam ketiga telah dibunyikan. Kami semua dipersilakan masuk ke kelas masing-masing. Kami semua mengambil tas masing-masing yang berada di teras sekolah.

Betapa malunya aku masuk ke kelas saat semua mata tertuju kepadaku. Untungnya pelajaran bu Salamah berlangsung selama 4 jam. Jadi aku tenang saja. Aku menyalimi bu Salamah dan segera duduk di bangkuku.

Teman semejaku tiba-tiba bertanya, namanya Hana. "Na, kok baju lu kotor ? Lu kenapa?" Hana melihat baju kotorku.

"Gak papa. Cuman tadi ada cowok ngeselin yang nyalip gue." kataku enteng.

"Ya ampun. Tapi lu beneran gak papa kan?" tanyanya prihatin.

"Yah, gak papa." kataku enteng lagi.

Dan… kami pun memperhatikan bu Salamah yang sedang mengajar.


Akhirnya chapter 1 selesai! (merasakan aura kemenangan). Hahaha. Tolong kasih saran dan votenya yakk. Dan ingetin kalo mau dilanjutin (TS suka lupa hehehe). Sekian, dan terima kasih!
(Eh, btw, luka Lena pada kemana yaa? *__*)

BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang