Chapter 6 - Back to school

97 6 1
                                    

*kringg!* *kringg!* *kringg!* *kringg!* *ctek*

"Nnngah. Hoam..." aku mengusap wajah dengan kedua tanganku. "Jam 5. Tidur lima menit lagi?." aku bertanya pada diriku sendiri dengan mata tertutup.

Bangun. Nanti kau telat. Hari ini juga ada upacara, jangan lupa topi.

Mataku akhirnya terbuka "Hnn, iya Aion. Makasih udah ngingetin. Iya bangun." aku beranjak dari tempat tidur seperti seekor ulat dan merenggangkan setiap otot-ototku.

Sudah seminggu lamanya aku tidak masuk sekolah dan selama seminggu juga aku menerima puluhan surel yang berkata 'Lena kenapa gak masuk?', 'Lena gws ya :)', 'Lena kapan masuknya? We miss u :(', 'Lena besok masuk?', dan yang paling mengesalkan yaitu 'Lena, inget tugas numpuk segunung'. Satu minggu aku tidak masuk, tugas sudah menumpuk segunung.

Aku menyingkirkan pemikiran tersebut dan berjalan menuju kamar mandi (tidak lupa dengan pakaianku).

Setelah mandi, aku menuju kamarku untuk mengambil tas dan atribut sekolahku. Tetapi aku tidak menemukan topi dimana pun.

"Aduh, topi dimana ya?" wajahku mulai panik. Kenapa harus topi yang selalu sembunyi?.

Ingat-ingat dengan seksama. Terakhir kamu taruh dimana?

"Kemarin sih liatnya di situ." aku memandang meja belajarku.

Coba cari lagi. Mungkin terjatuh.

Aku mencari lagi disekitar meja belajarku; dibawah, atas, samping kiri kanan. Tidak ketemu.

"Aduh, dimana ya? Gak ada lagi." aku mengusap kepalaku. "Aion, bantu dong."

Di lantai bawah mungkin?.

"Di lantai bawah? Mungkin.". Tapi dimana?

*tok* *tok* *tok* "Lena?"

"Ya?"

"Ini sudah mau jam enam. Nanti telat."

"Iya bentar. Dok, liat topi sekolah Lena gak?"

"Kan kemarin malam kamu cuci. Ada di depan kipas angin."

Oh iya. "Kenapa gak ingetin sih, Aion?"

Maaf, aku juga lupa.

"Apa? Kau bicara dengan siapa, Lena?"

"Aaa, gak papa dok, Lena gak ngomong apa-apa. Hehe."

"Ya cepat, nanti telat."

"Iya dok."

Benar, sejak orang tuaku 'pergi'. Aku tinggal bersama dokter Trost, atau lebih tepatnya dokter Trost yang tinggal bersamaku. Karena sesuai hukum, semua kepunyaan orang tuaku diwariskan kepadaku. Tapi karena aku juga belum cukup umur, jadi dokter Trost yang mengurus semuanya. Yah jadi begitulah, dokter Trost yang menjadi orang tuaku sekarang. Dan tinggal di rumahku.

Dengan cepat aku menuruni tangga dan hampir terjatuh pada anak tangga terakhir. "Whoa! Watch yourself kid!" suara yang ringan dan terdengar kekanak-kanakkan. Jeremmy.

"Ya ya." hanya itu yang dapat kukatakan.

"Minum obat dulu sana." Jeremmy yang sedang memegang gelas menunjuk ke arah rak obat-obatan.

"Iya iya." aku segera berjalan ke rak obat dan mencarinya. "Loh, kok gak ada?"

"Hmm?" Jeremmy meneguk airnya. "Apa udah habis?". Ia menghampiriku dan ikut mencari.

"Tuh 'kan, gak ada." ujarku.

"Iya udah habis. Bentar, ku ambil dulu refill-nya." ia berjalan menuju ruang kantor yang dulunya dipakai oleh papa untuk bekerja.

BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang