"Non Zi, ayo turun, Non." Seorang asisten rumah tangga dengan pakaian rapi mengetuk pintu.
"Non Zi, ayo. Acaranya akan segera di mulai."
Pukul 18.45, tepat 15 menit lagi acara pernikahan yang tidak di harapkan gadis cantik itu akan dilaksanakan. Benar, malam ini gadis bernama lengkap Alesha Ziya Marthanaya itu harus menerima kenyataan tentang keluarga barunya nanti.
"Non, Non Zi." Tanpa lelah Bi Uni memanggil. Namun, tak ada sahutan apapun dari balik pintu kamar berwarna pink di depannya, membuat wanita paruh baya berpakaian serba biru muda ini tiba-tiba merasa khawatir.
"Non, Bibi masuk, ya." Uni perlahan membuka pintu. Dan, hanya sunyi yang dia dapati setelah memasuki kamar putih beraroma segar itu.
"Non." Uni memanggil sambil mencari keberadaan Ziya. Kakinya perlahan melangkah ke arah kamar mandi, diiringi cemas di hatinya karena keanehan ini.
Tidak biasanya Ziya tidak menyahut saat di panggil. Tidak biasanya Ziya tidak mengunci pintu. Apalagi saat tidak melihat syal rajut yang selalu tergantung di sisi jendela. Itu semakin membuat Uni merasa sangat khawatir. Pasalnya syal yang amat berharga itu tidak pernah hilang ataupun bergeser dari tempatnya.
"Astaga, Non Zi. Non di mana, Non?" Uni mengeraskan suaranya saat tak menemukan Ziya di kamar mandi. Dia berbalik, dengan langkah cepat kembali mencari Ziya ke setiap sudut kamar yang luas itu.
"Non Zi." Uni masih mencari, dia belum menemukan gadis cantik yang telah di rawatnya sedari gadis itu kecil. Dia belum menemukan Nona Zi-nya sampai ....
"Non Zi!" Langkah Uni terhenti. Tubuhnya seketika bergetar, matanya perlahan membulat sempurna dengan air mata yang perlahan membendung di pelupuk matanya.
Jendela, matanya menatap lurus pada jendela kamar Ziya yang terbuka lebar. Pikirannya mulai kacau, bukan karena jendela itu terbuka, tapi ... sebuah tambang yang menggantung ke bawah.
"Astaga, Non Ziya!" Uni berteriak. Tubuhnya seketika ambruk beserta air matanya yang ikut mengalir tak tertahankan.
"Bi Uni, ada apa?"
Teriakan Uni membuat orang-orang di lantai bawah merasa panik dan berlarian menuju kamar Ziya. Ayah Ziya yang pertama kali datang. Dia langsung menghampiri Uni yang jatuh terduduk di di lantai dengan air matanya yang deras. Membuat Arya benar-benar khawatir pada sesuatu.
"Katakan ada apa?" Arya sekali lagi bertanya.
"Kenapa dengan Ziya? Di mana Ziya, Bi?" Arya ikut panik karena asisten rumah tangga yang sudah 20 tahun bekerja padanya ini tetap diam tak menjawab apapun.
"Bi Uni!" Arya mengguncang tubuh Uni yang masih menunduk, sedikit meninggikan suaranya juga karena Uni malah semakin terisak sambil mengenggam erat kedua tangannya. Satu hal yang Arya tahu dari keadaan Uni sekarang, dia tengah ketakutan.
"Bi Uni, coba tenang. Dan, tolong katakan apa yang terjadi? Di mana Ziya sekarang?"
"Non Zi, Tuan." Uni perlahan mengangkat wajah menatap majikannya.
"Non Zi ...." Suara Uni terdengar sangat lirih, perlahan tangannya menunjuk gemetar pada jendela kamar Ziya yang terbuka lebar.
"Astaga, Ziya." Arya langsung berlari mendekati jendela. Saat itu juga tangisan Uni semakin histeris karena mengkhawatirkan Ziya.
"Zi." Sementara seorang remaja pria di ambang pintu tanpa pikir panjang langsung berlari pergi meninggalkan kamar Ziya.
"Mas, ada apa?" Seorang wanita dengan gaun indah dan hiasan cantik di kepalanya berdiri di ambang pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MISSING
Teen Fiction"Aku cuma mau ngerasain bahagia kayak Kak Ziya. Apa nggak boleh?" Kalimat yang sudah tidak asing bagi Ziya ini keluar dari mulut adiknya. Adik perempuan satu-satunya yang beberapa bulan lalu datang dan tiba-tiba tinggal bersama mereka. "Kak Zi, aku...