01. MISSING

51 7 0
                                    

[Sebelum Acara Kelulusan Sekolah Dasar]

"Ayah, Zi kangen Bunda."

"Bunda juga pasti kangen sama Zi."

"Zi mau Bunda kayak teman-teman Zi, Ayah."

"Zi mau Bunda?"
"Gimana kalo Tante Tika?"

"Nggak, Zi nggak mau Bunda yang lain. Zi cuma mau Bunda Na."

◕◕◕

"Gimana, Mas?"

"Ziya nggak mau."

"....."

◕◕◕

[Setelah Acara Kelulusan Sekolah Menengah Pertama]

"Zi?"

"Nggak, Ayah. Zi nggak butuh sosok Bunda. Cukup Ayah selalu ada buat Zi di sini, Zi udah seneng dan bahagia."

◕◕◕

[Saat SMA]

"Besok acara pernikahan Ayah dengan Tante Tika."

"Ay---"

"Ini sudah jadi keputusan Ayah, Zi."

"Selamanya nggak akan pernah ada yang bisa gantiin posisi Bunda! Bunda Zi cuma satu, Bunda Na. Nggak ada yang lain!"

"Bisa tinggalkan Zi sebentar? Zi butuh waktu sendiri sebelum turun ke bawah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bisa tinggalkan Zi sebentar? Zi butuh waktu sendiri sebelum turun ke bawah." Ziya menatap tiga wanita di belakangnya lewat cermin rias. Tiga wanita paruh baya yang salah satunya merupakan asisten rumah tangga keluarga Ziya itu hanya mengangguk sebelum mereka pergi.

Hari ini, Ziya benar-benar ingin pergi. Dia tidak ingin menyaksikan acara pernikahan itu. Dia tidak mau memiliki seorang Ibu pengganti Bunda. Tidak, walaupun Ziya tidak pernah bertemu Bunda kandungnya, tapi Ziya sangat menyayangi wanita itu sampai kapanpun. Neneknya dulu pernah bilang, 'Jika Zi sayang Bunda, Zi jangan pernah mencari pengganti Bunda.'

Ziya sudah berjanji saat usianya 7 tahun. Ziya pun selalu menolak saat ayahnya bertanya ingin memiliki bunda atau tidak. Namun, lihat apa yang terjadi hari ini. Dia sepertinya akan kehabisan kata-kata jika Ayahnya sudah resmi menikah dengan Tante Tika yang tidak lain dan tak bukan merupakan sahabat dekat Bundanya.

"Bunda, Tante Tika memang baik sama Zi. Zi kenal Tante Tika dari Zi kecil. Semua orang bilang Tante Tika mulai merawat Zi sejak Bunda pergi. Zi sayang sama dia. Tapi Zi nggak pernah berharap apapun. Zi nggak pernah sedikit pun berharap dia bakal jadi pengganti Bunda. Zi nggak mau, Bun. Jangan salah paham."

Ziya menatap poto seorang wanita cantik yang tengah tersenyum dengan seorang bayi dalam gendongnya. Kata Arya, ayahnya, itu poto terakhir mereka, poto terakhir Ziya bersama bundanya saat usia Ziya 3 bulan.

"Apa yang harus Zi lakukan? Zi nggak mau, Bunda. Zi nggak butuh pengganti Bunda. Zi cuma ...."

Diam. Ziya menatap wajahnya lewat cermin di depannya. Dia baru saja selesai di make-up oleh tiga wanita tadi.

Ziya perlahan berdiri, dia meneliti seluruh tubuhnya yang mengenakan dress putih selutut dengan hiasan indah di kepalanya. Sangat cantik kata asisten rumah tangganya. Memang benar. Ziya terlihat sangat cantik seperti tuan putri. Namun, sayang sekali wajahnya terlihat sangat sedih. Lihatlah tuan putri ini, dia tengah bersedih tentang acara pernikahan ayahnya.

Ziya melamun, matanya menatap lurus pada jendela kamarnya yang terbuka lebar. Ada sebuah ide yang tiba-tiba terlintas di otaknya. Ziya tersenyum, tapi hatinya berpikir keras tentang ide gilanya.

"Bunda." Ziya mengembangkan senyum saat melihat sebuah syal berwarna putih yang selalu menggantung di sisi jendela. Kakinya melangkah ke arah sana dan mengambil syal itu. Dipakainya syal cantik peninggalan Nadin itu pada lehernya.

"Jangan marah, ya, jika Zi melakukan ini. Zi hanya tidak ingin ada yang menggantikan posisi Bunda. Zi sangat sayang Bunda, Zi sayang Ayah. Zi sayang kalian sebagai Bunda dan Ayah Zi. Nggak ada yang bisa gantiin kalian sampai kapanpun."

Ziya menatap ke bawah sana lewat jendela kamarnya. Lumayan tinggi, lebih dari 8 meter sepertinya. Benar, kamar Ziya berada di lantai dua. Kamar becat putih beraroma wangi yang tidak memiliki balkon. Huh, sayang sekali. Ini akan sulit untuk Ziya, tapi baiklah. Ziya tersenyum lagi, kemudian berbalik dan melangkah menuju lemari untuk mencari sesuatu.

Ketemu!

Ziya tersenyum tipis menatap benda di tangannya. Hatinya tiba-tiba ragu, tapi syal yang melilit di lehernya seolah memberi kehangatan membuatnya sedikit percaya diri untuk melakukan rencana itu.

"Ayah, maafkan Zi karena melakukan ini. Zi sayang Ayah," ucap Ziya. Setelahnya menghembuskan nafas berat, sebelum akhirnya mengikatkan tali tambang itu pada loster jendela.

"Maaf."

Heloooo haiii haiiiLoster jendela tuh erang-erang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Heloooo haiii haiii
Loster jendela tuh erang-erang.

Do you know erang-erang?

Aku cari di google namanya loster, yaudah tulisnya loster aja hehe ...

Maaf kalo salah, bisa di koreksi di sini ya
📩

Terimakasih sudah membaca, votenya jangan lupa😗 komen juga jangan di lupa. Melupakan mantan baru tuh WAJIB😎!

NEXT ....

MISSING Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang