7 PM, Another You

869 297 82
                                    

Taehyun pikir, nurani manusiawi itu kini telah berubah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Taehyun pikir, nurani manusiawi itu kini telah berubah.

Berbeda tepat setelah dia merasakan gelenyar aneh dari lubuk hatinya, yang bagai tengah menyerukan sesuatu.

Entah mengapa, dia tiba-tiba memiliki keingingan besar yang membara-bara untuk menaklukkan Beomgyu agar jatuh dalam genggamnya. Ini aneh.

"Lho?" Taehyun mengerjap dan memelotot ketika mendapati seisi rumah kosong tak berpenghuni persis seperti sejak siang hari bibi pamit meninggalkannya. Padahal sebelum ini dia sudah tidur sampai sore dan sudah mandi juga. "Kemana semua orang?" monolognya sambil berlari-lari kecil ke seluruh rumah, memanggil-manggil mama dan papa. Belum pulang?

Alih-alih overthinking dengan nasibnya yang sendirian, Taehyun malah tersenyum simpul. Mengacir menuju gudang terlarang saat teringat apa yang seharusnya dilakukan di situasi yang mendukung seperti saat ini.

"Beomgyu!" serunya girang. Tepat setelah memastikan kunci terus ada di sakunya. "Di rumah tak ada siapa pun! Aku kembali untukmu!"

Miauw~

Hoback mengitari sekitar kakinya, sangat gelisah.

"Kenapa, Hoback?"

Miauw~

"Minggirlah, aku akan masuk menemuinya."

Miauw~

"Apa yang salah denganmu? Tempat makanmu masih penuh."

Tok! Tok!

Taehyun langsung menegang di posisi. Cepat-cepat kembali memutar kunci ke semula dan memasukkannya dalam-dalam pada saku. Sial, kenapa harus pulang sekarang.

Taehyun berjalan malas-masalan menuju pintu. Membukanya dan membesarkan mata saat mendapati siapa yang berdiri di sana.

Seorang yang tidak Taehyun kenal.

"S-siapa?"

"Haha, jangan memasang raut setegang itu. Aku memang bukan orang jahat tapi aku bisa jadi penculik jika kau berekspresi selucu itu," ucap orang asing yang tinggi tegap itu dengan kekehan. "Kau sendirian, bukan? Aku bawakan lauk masakan rumah untukmu. Ibumu yang memesankan, katanya karena mereka mungkin akan pulang sangat larut dan meninggalkanmu sendirian di jam makan malam."

Taehyun masih diam saja. Menatap ragu.

"Kau tidak mengecek ponselmu? Barangkali dia meninggalkan pesan di sana."

Taehyun menurunkan pandangan. Agak menimbang pikiran.

Lelaki asing itu pun menyunggingkan senyum. "Namaku Taeyo. Kau bisa percaya kepadaku," ujarnya sambil menyodorkan tas bekal di tangannya.

Taehyun menerimanya. "Terima kasih."

"Apa kau perlu ditemani? Aku bisa bersamamu sampai orang tuamu pulang."

"Tidak perlu," balas Taehyun sangat cepat. Padahal sebelum ini dia sangat diam. "Aku bukan anak kecil. Tolong jangan terpengaruh dengan cara ibuku berbicara soal diriku."—Mama selalu melebih-lebihkan segala sesuatu bagai aku adalah balita. "Terima kasih makanannnya." Taehyun membungkuk dalam. Hendak langsung menutup pintu.

"S-sama-sama," ucap orang itu pelan, setelah pintu terkatup rapat.

***

Taehyun menutup pintu dan sebentar bersandar di sisi dalam. Agak menarik ulur napas.

Kemudian dengan ringan bergerak ke dapur dan meletakkan tas makanan itu di atas meja. Lebih memilih menunda makan demi melanjutkan apa yang lebih penting; menemui Beomgyu.

Bahkan kabar bahwa orang tua dan pamannya akan pulang sangat lambat membuat Taehyun diam-diam mendekam bongkahan euforia.

Dia bersyukur bukan main.

Tidak terasa, bahkan jam telah hampir mencapai pukul delapan ketika Taehyun menyempatkan melirik jam dinding.

"Beomgyu, aku datang! Apa kau mau makan malam ber—"

"Taehyun."

Taehyun menegang. Kakinya membeku dengan bulu roma meremang. Tubuhnya bagai tak mampu digerakkan, dan napas Taehyun tercekat. Apakah ... baru saja Beomgyu memanggil namanya? Bagaimana bisa? Baru tadi siang dia mengatakan bahwa bisu. Apakah Taehyun tengah dipermainkan?

"Kau datang untuk bermain denganku lagi?" kata Beomgyu lagi, yang membuat aliran darah Taehyun berdesir dengan ngeri. Tak mengerti, apa yang sebenarnya terjadi.

Bermain? Apa yang dimaksud dengan bermain? Saat Taehyun bahkan hanya datang untuk bermonolog ria tanpa balasan lisan, dan malah mendapat reaksi penolakan intens.

Melihat Taehyun hanya diam bagai ayam sekarat membuat Beomgyu jadi menyukir cengiran dengan tafsiran sulit. Itu jelas bukan senyum senang, ataupun sinis yang lebih mengirim skema negatif. Senyuman itu membingungkan. Sulit diartikan.

"Kau bersikap seolah kau melihat hantu," cibir Beomgyu.

"Apa yang terjadi!" sambar Taehyun, mengepal dua tangan kepalang erat. Sungguh, kakinya berat sekali digerakkan. Taehyun meneguk ludah sambil matanya memanas karena ketakutan. "Apa yang salah denganmu! Kenapa kau seperti ini terhadapku!"

Sumpah. Rasanya seperti berhadapan dengan sosok yang berbeda dengan yang tadi siang.

Rasanya seperti melihat seseorang tengah dirasuki arwah gaib yang menyeramkan.

Bahkan rasanya, seperti Taehyun dapat melihat kilatan manik yang berbeda dari Beomgyu yang dia temui sebelumnya.

Beomgyu berdiri. Membiarkan rantai memanjang terjuntai dari leher sampai lantai di sekitar kaki dinginnya. Kalau saja bisa lebih mencoba mencerna apa yang terjadi secara logistik, mungkin fakta Beomgyu yang berkepribadian ganda bisa segera dimengerti. Namun Taehyun sudah lebih sibuk didera panik sebelum mampu menjernihkan pikiran agar mencerna hal semacam itu.

"Menjelang pukul delapan malam, teman-temanku akan datang dan menghiburku dengan memberikan pita suara padaku. Jangan takut karena ini sudah biasa terjadi. Terima kasih sudah berani menemuiku hari ini, meski kurasa itu tidak seharusnya kau lakukan."

Tampaknya Taehyun memang sesibuk itu mengatasi kecemasannya saja, sampai-sampai tidak fokus dan baru sadar luka-luka yang bermunculan di sekitar lengan Beomgyu juga pakaian yang tampak lebih rusak dari sebelumnya. Surai Beomgyu juga tampak acak ketika Taehyun memperhatikannya lagi, dan ada luka kecil di sudut bibirnya. "Apa yang terjadi denganmu?" lisan Taehyun, berusaha menyamarkan gentar. "Apa yang terjadi ... selama ini, setelah aku keluar dari ruangan ini, tadi siang."

"Bomnal. Itu namaku saat malam hari," kata Beomgyu yang kembali membungkam Taehyun. "Dan tampaknya teman-temanku tidak suka denganmu. Mereka membenci kedatanganmu hari ini."

Taehyun rasanya mau menggila saja.

Bagaimana bisa orang itu terus mengucap "teman-teman" saat Taehyun sama sekali tak melihat orang lain di sana.

[✓] 36 HOURS : To Free YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang